5.2. KASUS INFORMAN II 5.2.1. Identitas Informan
Nama :
L. Panjaitan
Jenis kelamin : Perempuan
Usia :
47 Tahun
Pendidikan terakhir : SMP
Alamat rumah : Emplasmen Bahbutong, Kecamatan Sidamanik.
Agama :
Kristen Protestan
Suku :
Batak Toba
Jumlah anggota keluarga : 4 Orang
5.2.2 Kondisi Sosial Ekonomi Informan II
Penulis mengenal informan II melalui informan I yaitu pada tanggal 9 april 2013. Pertemuan dengan informan II diawali ketika penulis meminta diperkenalkan dengan karyawan
lain yang juga menjadi korban pengurangan karyawan oleh PTPN IV dengan cara dirumahkan.
“Biasanya sekitar jam 6 sore penduduk disini baru ada di rumah, setelah selesai melakukan kerjaannya masing-masing seperti pulang dari ladang, sapa informan I”.
Sekitar pukul 6 sore penulis pun pergi kerumah calon informan II dengan ditemani oleh informan I, jarak rumah informan I dengan informan II tidaklah terlalu jauh hanya berjarak
sekitar 200-300 meter. Sesampai dirumah informan II ternyata informan II belum berada dirumah dan hanya bertemu dengan july yang merupakan anak informan II.
Mamak belum pulang kerja bang, biasanya memang mamak uda pulang jam segini. Bapak lagi jemput mamak ke tempat kerjaannya.
Sementara menunggu informan II pulang, penulispun memulai pembicaraan dengan july boru silalahi yang merupakan anak dari informan II dan july merupakan anak ke 2 dari dua
bersaudara dan masih duduk di kelas 2 SMA. July bertanya tentang maksud dan tujuan penulis ingin bertemu ibunya, penulis menjelaskan bahwa penulis sedng mengumpulkan data tentang
karyawan yang dirumahkan dan bagaimana strategi keluarga informan dalam mempertahankan social ekonomi keluarga. Sekitar 15 menit kemudian, akhirnya informan II datang dengan di
bonceng menggunakan sepeda motor oleh suaminya. “Oh mak dedi, ada apa ini datang kerumah, uda lama lah nunggu yah? Sapa
informan II kepada kami.”
Maka penulis pun menjelaskan tentang maksud dan tujuan kedatangan penulis dan setelah dijelaskan maka informan II pun mohon ijin untuk mandi sebentar karena baru pulang
dari ladang. Ketika menunggu informan II, suami informan II mendatangi penulis dan bertanya:
“ada apa dedi mau ketemu sama nantulang, apa ada yang penting?”
Penulis menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan penulis, begini tulang saya ada tugas dari kampus untuk mencari data-data guna menyelesaikan skripsi saya.
“memang data-data apa, kenapa tidak tulang aja yang di wawancarai dedi? Tanya suami informan II kembali, penulis pun menjawab: yang saya wawancarai adalah karyawan
yang dirumahkan oleh PTPN IV tulang, dimana setelah dirumahkan bagaimana strategi adaptasi rumahtangga karyawan tersebut untuk memenuhi kebutuhan keluarga setiap
harinya.
Setelah dijelaskan maksud dan tujuan dari kedatangan penulis, akhirnya suami informan II mengerti dan setelah beberapa menit kemudian akhirnya informan II selesai membersihkan
diri dan siap untuk diwawancarai begitu juga dengan informan I yang membawa penulis dan mengenalkan kepada informan II permisi untuk pulang. Sekitar pukul 19.28 WIB penulis
memulai wawancara, diawal pembicaraan informan II terlebih dahulu menanyakan seputar kuliah penulis karena informan II termasuk mengenal keluarga penulis.
“lagi penelitian ya dedi, uda mau selesai lah ya kuliahnya, Tanya informan II kepada penulis” iya nantulang ini lagi penelitian untuk menyelesaikan skripsi jawab penulis.
Penulis menceritakan seputar perkembangan perkuliahan penulis serta kemudian dilanjutkan dengan wawancara mengenai kehidupan informan II, dalam pengamatan penulis
bahwa informan II begitu antusias dengan permasalahan yang di bahas oleh penulis, hal ini dapat dilihat dari setiap jawaban yang dikemukakan oleh informan II mendapat respon positif serta
komunikasi yang dibangun begitu interaktif. Penulis melihat bahwa keluarga informan II adalah keluarga yang bahagia, hal ini terlihat
dari kekompakan yang terjalin antara suami dan istri serta anak mereka. Informan II memiliki 2 orang anak dan keduanya merupakan perempuan, padahal biasanya dalam adat batak jika belum
memiliki anak laki-laki belumlah merupakan sebuah keluarga yang lengkap karena dalam adat batak anak laki-laki merupakan penerus marga dari marga ayah dan biasanya apabila dalam 1
keluarga batak tidak memiliki anak laki-laki si suami akan bersikap antagonis terhadap istri. Namun hal ini tidaklah terjadi dalam keluarga informan II, pak silalahi yaitu suami informan II
begitu menyayangi keluarga mereka, hal ini terlihat dari sikap suami yang mengayomi keluarganya, ketika penulis melakukan wawancara suami informan II sedang memperhatikan
anaknya yang sedang belajar dan sesekali turut membantu anaknya apabila anaknya ada kesulitan.
Sekitar pukul 20.15 WIB informan II mengajak penulis untuk makan malam, penulis menyadari memang sudah saatnya untuk makan malam selain itu penulis juga melihat informan
II seperti sudah kelelahan karena baru pulang dari ladang, maka penulis membuat janji untuk melanjutkan kembali wawancara pada esok hari dan setelah ditanya ternyata informan II tidak
memiliki kegiatan utuk besok dan hanya dirumah saja, maka penulispun permisi pulang dan membuat janji untuk melanjutkan wawancara pada esok hari.
Pada keesokan harinya sekitar pukul 08.30 WIB penulis kembali mendatangi rumah inforaman II, sesampai dirumah ternyata informan II sedang menyuci pakaian dan informan II
meminta penulis untuk menunggu sebentar, setelah hampir pukul 9 pagi akhirnya informan II selesai mengerjakan pekerjaan rumahtangganya.
“maaf yah dedi jadi lama menunggu, biasalah mamak-mamak banyak kerjaan dirumah sapa informan II”. Oh, tidak apa-apa nantulang, memang pekerjaan nantulang sudah
selesai semua, tidak apa-apa koq nantulang dedi tunggu sampai selesai jawab penulis.
Ternyata informan II sudah menyelesaikan pekerjaannya sebagai ibu rumahtangga, maka penulis berlanjut terhadap wawancara yang sebelumnya sempat tertunda, saat penulis melakukan
wawancara informan II hanya sendiri berada dirumah karena suami nya sedang bekerja sementara anaknya sedang sekolah
Yah beginilah dedi kerjaan nantulang tiap harinya sejak nantulang dirumahkan oleh perusahaan, klo gda yang manggil untuk kerja diladang orang, yah dirumah ajalah
nantulang beresin rumah.
Dari wawancara yang dilakukan di dapat informasi bahwa informan II berasal dari daerah tanah jawa yaitu sebuah kecamatan di derah simalungun dan kemudian merantau ke bahbutong
dan menjadi karyawan di PTPN IV bahbutong tahun 1992, informan II menyelesaikan pendidikan terakhirnya di bangku SMP.
Informan II telah menjadi karyawan tetap di PTPN IV Bahbutong selama 21 tahun sebelum akhirnya di rumahkan pada tahun 2006 hingga sekarang, apakah yang nantulang
rasakan saat bekerja menjadi karyawan di perkebunan bahbutong? Tanya penulis kepada Informan II,
“nantulang sangat senang bisa bekerja di perkebunan ini dulunya, karena gajinya lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga nantulang, di tambah lagi tunjangan
seperti bonus dan subsidi seperti beras, minyak makan, gula, peralatan kerja dan lain-lain yang diberikan oleh pihak perusahaan, pokoknya pihak perusahaan sangat
memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Jadi nantulang, sebelum PTPN IV merumahkan sebagian dari karyawan apakah pihak
PTPN IV telah menginformasikan terlebih dahulu kepada karyawannya? Tanya penulis kembali kepada informan II. Sekitar 6 bulan sebelum kami dirumahkan memang pihak
perusahaan telah memberitahukan kepada kami para karyawan bahwa karyawan yang dilapangan atau pemanen akan dirumahkan oleh pihak perusahaan. menurut informasi
yang di dapat penulis, bahwa informan II begitu sangat sedih setelah mendengar bahwa karyawan pemanen akan dirumahkan hal ini terjadi karena perusahaan merugi akibat
dari turunnya harga jual teh di pasaran dunia serta sulitnya bersaing dengan Negara penghasil teh lainnya.
Sebelum informan II dirumahkan, menurut informasi yang di dapat penulis, bahwa karyawan yang akan dirumahkan telah melakukan protes agar pihak perusahaan tidak jadi
merumahkan karyawannya, namun tuntutan tersebut tidak dikabulkan oleh pihak perusahaan dengan alasan bahwa keputusannya sudah bulat karena perusahaan telah merugi dan tidak
sanggup untuk membayar gaji karyawannya.
Ketika petama kali saya memegang dan membaca surat yang menyatakan saya telah resmi dirumahkan, hati saya sangat hancur dan takut untuk melihat hidup keluarga saya
kedepannya, berdua saja kerja masih di bilang pas-pasan penghasilan kami, bagaimana lagi kalau hanya tinggal satu orang saja yang bekerja. Ditambah lagi saya dan suami saya
telah merencanakan akan membangun rumah dan kami telah mengumpulkan uang sedikit-sedikit tetapi sepertinya rencana tersebut akan batal karena kondisi sekarang
berbeda, hanya tinggal suami saja yang bekerja dan penghasilan kami hanya cukup untuk menyekolahkan anak saja, kami tetap berharap dan berdoa semoga ada rejeki supaya
rencana untuk membangun rumah bisa tercapai, lanjut informan II.
Angggota keluarga informan II berjumlah 4 orang yaitu 2 orang anak perempuan dan suami, kedua anak informan II sedang sekolah yaitu yang paling besar mengenyam pendidikan
AKBID di medan sedang kan anak kedua duduk di bangku SMA kelas III, sementara suami Informan II bekerja sebagai karyawan di PTPN IV yaitu di bagian pengolahan daun teh.
Bagaimanakah hubungan nantulang dengan suami semenjak dirumahkan? Penulis kembali bertanya kepada Informan II.
“Yah, hubungan kami tetap baik, namanya juga suami istri pasti kami akan memberikan yang terbaik untuk keluarga kami, itu sudah menjadi komitmen dari awal pernikahan
kami, jawab informan II sambil tersenyum”.
Selanjutnya, penulis mengalihkan pembicaraan ke topik yang lain yaitu mengenai kondisi pendapatan keluarga informan II. Sebelum nantulang dirumahkan berapakah rata-rata gaji atau
upah yang nantulang terima setiap bulannya?
Kalau masalah gaji, orang nantulang dulu menerima gaji 2 kali dalam sebulan yaitu gajian besar dan gajian kecil atau yang sering kamu sebut dengan pinjaman, kalau besarnya gaji
kami dihitung dari berapa banyak kami dapat memanen pucuk teh, biasanya rata-rata gaji yang natulang terima kalau gajian besar sekitar Rp.750.000 sampai Rp.850.000.
sedangkan gajian kecil biasanya rata-rata Rp.300.000. Selain dari gaji yang di terima tiap bulannya, informan II juga menerima bonus yang biasanya diberikan 2 tahun sekali dan
besarnya bonus di hitung dari tingginya golongan karyawan dan besarnya gaji pokok. Menurut informasi yang di dapat informan II terakhir kali menerima bonus sebesar
Rp.4000.000. sebelum akhirnya dirumahkan. Informan II juga menerima THR tiap tahunnya dan besarnya nominal THR juga dihitung dari tingginya golongan karyawan.
Selanjutnya, informan menceritakan tentang kondisi keuangan keluarganya, dahulu sebelum nantulang dirumahkan nantulang masih bisa menyimpan uang sedikit-sedikit karena gaji
tulang saja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga nantulang sedangkan gaji nantulang bisa disimpan, sekarang keluarga nantulang hanya berharap dari gaji tulang saja
sendiri, yah gimanalah tambah lagi anak-anak nantulang uda semakin tinggi sekolahnya pasti biayanya semakin besar, kalau sekarang masih bisa di cukupi biaya sehari-sehari karena masih
ada uang simpanan nantulang, tapi kalaulah habis uang simpanan itu gak tau lagi nantulang mau gimana” keluh informan II. Memang kedua anak informan II masih duduk di bangku sekolah,
yang paling besar kuliah di AKBID Medan dan pasti uang kuliahnya sangat besar, sementara anak keduanya duduk di bangku SMA kelas 3 dan pasti membutuhkan biaya yang besar juga.
Untuk memenuhi kebutuhan keluarga informan II, maka informan II mencari pekerjaan sebagai buruh tani disekitar tempat tinggalnya. Upah sebagai buruh tani sebanyak Rp 45.000,-
hari.
“walapun nantulang sudah tidak bekerja lagi sebgai karyawan, tetapi nantulang bisa bekerja sebagai buruh tani diladang orang lain dan gajinya bisa nantulang gunakan
untuk kebutuhan belanja didapur sehari-hari”.
Selanjutnya penulis bertanya mengenai kondisi rumah informan II, pada dasarnya setiap karyawan PTPN IV menempati rumah yang disediakan oleh pihak perkebunan beserta dengan
fasilitas seperti air bersih secara gratis. Rumah informan II juga memiliki perkarang rumah yang lumayan luas dan digunakan untuk menanam sayur-sayuran seperti daun ubi, bayam, cabe dan
lain-lain. Informan II juga memelihara beberapa ekor ayam disamping rumahnya, informan II juga memiliki barang-barang elektronik seperti rice cooker, televise, digital, DVD player dan
satu buah handphone. Setelah mendapatkan informasi mengenai kondisi rumah informan II penulis melanjutkan
pertanyaan mengenai kondisi kesehatan keluarga informan II. Dalam menjaga kesehatan keluarga apakah nantulang membuat persediaan obat-obatan dan
selain itu apakah ada cara-cara khusus dalam menjaga kesehatan keluarga nantulang,Tanya penulis kembali pada informan II.
Yah, kalau keluarga nantulang semenjak anak nantulang yang paling besar kuliah di AKBID dialah yang menyediakan obat-obat dirumah, kalau tidak salah obat-obat yang
generik, mengenai cara-cara khusus dalam menjaga kesehatan keluarga nantulang tidak ada,yah..kalau sakit langsung minum obat dan kalau sakitnya parah langsung kerumah
sakit, karena pihak perkebunan memberikan asuransi kesehatan kepada karyawan maupun anggota karyawan yang sakit dan biaya pengobatan tersebut sepenuhnya
ditanggung oleh pihak perusahaan.
Penulis juga mendapat informasi bahwa anggota keluarga informan II tidak ada yang menderita penyakit akut, informan II juga ikut menjadi peserta asuransi jiwa disalah satu
perusahaan asuransi nasional. Mengenai pendidikan keluarga informan II bahwasannya informan II memiliki dua orang
anak yang masih sekolah yang paling besar duduk dibangku kuliah akademi kebidanan di medan dan anak keduanya duduk di bangku SMA kelas 3 yang berada di kecamatan sidamanik dekat
dengan rumah informan II. Untuk biaya sekolah, yang paling banyak memerlukan biaya adalah anak nantulang yang di AKBID, tetapi untung saja uang kuliahnya bisa di cicil, tapi untuk uang
praktek dan uang makannya rata-rata nantulang harus mengirim uang 1,5 juta perbulannya. Tetapi untuk anak saya yang paling kecil tidak terlalu besar biayanya karena sekolah negeri
paling uang bukunya yang harus nantulang pikiri karena uang bukunya sangat mahal rata-rata tiap semesternya nantulang mengeluarkan uang buku sampai Rp.400.000,-
Dalam kondisi social informan II memiliki hubungan yang baik dengan tetangganya, hal itu dapat dilihat dari sikap ramah yang penulis lihat dari setiap informan berpapasan dengan
tetanganya pasti akan menyapa, apakah nantulang mengikuti kegiatan seperti arisan atau yang
lain-lain Tanya penulis, nantulang mengikuti arisan marga dan juga mengikuti partangiangan dari gereja.
5.3. KASUS INFORMAN III 5.3.1 Identitas Informan