Sosial Ekonomi TINJAUAN PUSTAKA

Apabila pihak Pengusaha dan KaryawanBuruh tidak mencapai kesepakatan untuk dilakukannya merumahkanmeliburkan KaryawanBuruh maka sesuai Undang-Undang Tenaga Kerja No 13 Tahun 2003 Pasal 164 Ayat 1 dikatakan bahwa: “pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerjaburuh karena perusahaan tutup yang disebabkan perusahaan mengalami kerugian secara terus-menerus selama 2 dua tahun, atau keadaan memaksa force majeure, dengan ketentuan pekerjaburuh berhak atas uang pesangon sebesar 1 satu kali ketentuan pasal 156 ayat 2 uang penghargaan masa kerja sebesar 1 satu kali ketentuan pasal 156 ayat 3 dan uang penggantian hak sesuai dengan ketentuan pasal 156 pasal 4.”

2.5. Sosial Ekonomi

Sosial dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang artinya segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Sedangkan dalam konsep sosiologis manusia sering disebut makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa bantuan dari orang lain disekitarnya Salim, 2002:454. Sementara pengertian ekonomi dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah, segala sesuatu tentang azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan seperti perdagangan, keuangan dan perindustrian. Jadi, dapat dikatakan bahwa ekonomi berkaitan dengan proses pemenuhan keperluan hidup sehari-hari Salim, 2002:379. Menurut M. Manullang ekonomi merupakan suatu usaha masyarakat untuk mencapai kemakmuran kemakmuran adalah suatu keadaan dimana manusia dapat memenuhi kebutuhannya baik barang-barang maupun jasa A. Simangunsong, 2004:22. Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan yang di atur secara sosial dan merupakan posisi tertentu seseorang dalam struktur sosial masyarakat. Pemberian posisi ini di sertai dengan pemberian seperangkat hak dan kewajiban yang harus di penuhi oleh pembawa status Mubyarto, 2000:32. Pengertian sosial ekonomi yaitu, sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat atau sosial ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya dilingkungannya, sehingga ia dapat menentukan keberadaan dirinya berdasarkan atas apa yang dimilikinya, yaitu mengenai pendapatan, perumahan, kesehatan, pendidikan, kondisi pangan. Para pakar cendekiawan ilmu sosial mempunyai perhatian besar pada masalah penerapan ilmu-ilmu sosial kemasyarakat seperti ilmu ekonomi guna memecahkan berbagai masalah sosial seperti kemiskinan. Sarjana-sarjana ekonomi bertugas merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan ekonomi nasional makro yang kalau berhasil pada gilirannya akan mengenyahkan kemiskinan dengan sendirinya. Ahli-ahli sosial sebaliknya dituntut oleh ahli-ahli ekonomi untuk menyusun “model sosial” guna memperbaiki “model ekonomi” Mubryanto, 1980 dalam M.Munandar soelaeman, 2001:240. Ahli-ahli ilmu sosial merasa keberatan apabila harus berfikir ekonomis dalam model- model abstrak. Ahli ilmu sosial hanya sampai pada anjuran agar para teknokrat ekonomi lebih manusiawi dalam pendekatan, sehingga menomorsatukan pemerataan ekonomi, serta lebih banyak menyusun perencanaan dari bawah ke atas, dan tidak dari atas ke bawah M.Munandar soelaeman, 2001:241.

2.6. Keluarga