Kesejahteraan Sosial TINJAUAN PUSTAKA

jawab. Selain itu juga sebagai pusat penerus nilai karena lingkungan keluarga yang pertama-tama untuk berperilaku sesuai dengan budaya dan harapan masyarakat dimanapun berada. Itu artinya dua fungsi penting keluarga adalah penyesuaian diri atau beradaptasim dalam lingkungan keluarga dan hubungan antar manusia pada umumnya. Seperti bagaimana perempuan dapat secara langsung mengambil inisiatif untuk menyelamatkan rumah tangga Sadli, 2010:143.

2.7. Kesejahteraan Sosial

Dengan menggunakan pengertian dasar dari konsep sosial yang merupakan kata kunci dari konsep kesejahteraan sosial, yaitu hubungan antar manusia, maka konsep kesejahteraan sosial dapat di pandang dari 4 empat sisi, yaitu:

A. Sebagai Suatu Sistem Pelayanan Sosial

Elizabeth Wickenden dalam Wibhawa, Raharjo, Budiarti, 2010:23 mendefenisikan kesejahteraan sosial sebagai: “a system of laws, programs, benefits, and services which strengthen or assure provision for meeting social needs recognized as basic for the welfare of the population and for the functioning of the social order”. suatu sistem perundang-undangan, kebijakan, program, pelayanan dan bantuan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan sosial yang di kenal sebagai kebutuhan dasar bagi kesejahteraan manusia dan bagi keberfungsiannya ketertiban sosial secara lebih baik. Dari defenisi tersebut ada 3 hal yang perlu dipahami, yaitu: 1. Konsep pelayanan sosial bidang praktik pekerja sosial mencakup aktivitas yang sangat luas, mulai dari perundang-undangan sosial sampai kepada tindakan langsung pemberian bantuan. 2. Konsep kesejahteraan sosial berbeda dengan kesejahteraan. Terpenuhinya kebutuhan sosial kesejahteraan sosial sebagai suatu keadaan menjadi dasar bagi terciptanya kesejahteraan sebagai keadaan yanag baik dalam semua aspek kehidupan manusia. 3. Pada tingkat masyarakat, kesejahteraan sosial berarti terdapat ketertiban sosial social order yang lebih baik. Walter A. Friedlander mengemukakan bahwa kesejahteraan sosial adalah “sistem yang terorganisasi dari usaha-usaha sosial dan lembaga-lembaga sosial yang di tujukan untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan, serta untuk mencapai relasi perseorangan dan sosial yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan-kemampuan mereka secara penuh, serta untuk mempertinggi kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakat.” Berdasarkan pada kedua pengertian kesejahteraan sosial tersebut, maka tidak salah dan tidak heran jika semua manusia ingin hidupnya sejahtera, bahkan salah satu tujuan penyelenggara negara pun adalah ingin menyejaterahkan rakyat nya Wibhawa, Raharjo, Budiarti, 2010:24.

B. Sebagai Suatu Disiplin Keilmuan

Sebagai suatu disiplin keilmuan, kesejahteraan sosial tidak dapat dan tidak mungkin mengkaji semua aspek kehidupan manusia, melainkan harus menentukan dan membatasi kajian pada satu aspek kehidupan manusia. Sebutan konsep sosial dengan sendirinya telah membatasi sisi kajian ilmu kesejahteraan sosial hanya terhadap aspek kehidupan sosial manusia dengan segala perangkat sistem sosial dan dinamikanya Wibhawa, Raharjo, Budiarti, 2010:25. Sebagai sebuah cabang disiplin keilmuan, maka kesejahteraan sosial harus memiliki satu sudut kajian yang merupakan domain Wilayah keilmuannya terhadap manusia sebagai objek kajiannya dalam perbandingan dengan cabang-cabang ilmu yang juga mengkaji dan melayani manusia seperti Psikologi, Kedokteran, Ekonomi dan Hukum.

C. Sebagai Suatu Kedaan Hidup

Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB mendefenisikan kesejahteraan sosial sebagai berikut: “kesejahteraan sosial adalah suatu kesejahteraan sosial yang sejahtera baik secara fisik, mental maupun sosial dan tidak hanya perbaikan-perbaikan dari penyakit-penyakit sosial tertentu saja duwipa, 2010:5. Mengacu pada pengertian-pengertian tersebut maka kesejahteraan sosial dapat mengarah pada keadaan antar hubungan manusia yang baik, yang artinya kondusif bagi manusia untuk melakukan upaya guna memenihi kebutuhan hidupnya secara mandiri. Berdasarkan defenisi tersebut dapat dijelaskan beberapa hal, sebagai berikut: 1. Konsep baik dalam antar hubungan manusia diukur dari standar nilai-nilai sosial dan norma-norma yang melandasi tatanan kehidupan masyarakat dan perilaku warga masyarakat itu sendiri. 2. Konsep manusia ditujukan baik kepada individu-individu maupun unit-unit sosial kelompok, organisasi maupun masyarakat itu sendiri. 3. Bersifat kondusif, artinya bahwa hubungan sosial tersebut berwujud dalam tatanan atau ketertiban sosial yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap warga masyarakat untuk berusaha mencapa kesejahteraan hidupnya. 4. Memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri, artinya setiap warga masyarakat dimungkinkan untuk melakukan upaya dengan kemampuannya sendiri untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sendiri tanpa ketergantungan kepada pemberian dari manusia lain dan juga bukan berarti setiap warga masyarakat hidup sendiri-sendiri, melainkan hidup dalam keadaan saling membantu saling mendukung upaya warga masyarakat sesuai dengan posisi dan peran masing-masing di dalam masyarakat duwipa, 2010:5.

D. Sebagai suatu tatanan atau ketertiban sosial

Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tantang “kesejahteraan sosial” Pasal 1 yang dimaksudkan dengan kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya Wibhawa, Raharjo, Budiarti, 2010:25. Beberapa hal dapat disimpulkan dari defenisi tersebut, antara lain: 1. Kesejahteraan sosial di pandang sebagai suatu tatanan masyarakat. 2. Tatanan masyarakat tersebut bersifat kondusif bagi setiap warga negara untuk melakukan upaya memenuhi kebutuhan hidup mereka. 3. Adanya interaksi yang tidak terpisahkan dan saling mendukung di antara setiap individu warga masyarakat dengan masyarakatnya. 4. Landasan nilai bagi tatanan masyarakat adalah nilai-nilai dasar sosial budaya masyarakat itu sendiri. Dengan demikian wujud konsep kesejahteraan sosial adalah pengadaan dan penataan berbagai kebijakan sosial, perencanaan sosial, program-program dan penyelenggaraan berbagai pelayanan sosial dalam rangka penataan masyarakat itu sendiri yang bersifat saling mendukung dengan upaya warga masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.

2.8. Kerangka Pemikiran