PENDAHULUAN Strategi Adaptasi Rumah Tangga Karyawan Yang Dirumahkan PTPN IV Bah-Butong Dalam Mempertahankan Sosial Ekonomi Keluarga Di Desa Bah-Butong I Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun

BAB 1 PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, PTPN IV PT. perkebunan nusantara IV adalah Badan Usaha Milik Negara BUMN yang bergerak di bidang usaha Agroindustri. PTPN IV mengusahakan perkebunan dan pengolahan komoditas kelapa sawit dan teh yang mencakup pengolahan areal dan tanaman, kebun bibit dan pemeliharaan tanaman menghasilkan, pengolahan komoditas menjadi bahan baku berbagai industri, pemasaran komoditas yang dihasilkan dan kegiatan pendukung lainnya. PTPN IV memiliki 30 unit kebun yang mengelola budidaya kelapa sawit dan teh serta 3 unit proyek pengembangan kebun inti kelapa sawit, 1 unit proyek pengembangan kebun plasma kelapa sawit yang menyebar di 9 Kabupaten yaitu Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, Padang Lawas, Batubara, dan Mandailing Natal http:www.ptpn4.co.id di akses pada tanggal 1 Februari 2013 pukul 11.20 WIB. PTPN IV menempatkan areal perkebunan dan pengolahan komoditi teh di daerah Kabupaten Simalungun. Hal ini di sebabkan karena Kabupaten Simalungun terletak di daerah dataran tinggi, dimana tanaman teh tumbuh cukup subur di daerah ini. Selain itu, menurut sejarah, sejak jaman penjajahan Belanda daerah Simalungun telah di jadikan kawasan perkebunan teh. Ada 5 kawasan di Kabupaten Simalungun yang dijadikan perkebunan dan pengolahan komoditi teh, yaitu perkebunan teh Marjandi, Bah-Birong Ulu, Sidamanik, Bah- Butong dan Tobasari. Dalam beberapa tahun terakhir terhitung sejak tahun 2002, perkebunan PTPN IV di hadapkan pada permasalahan krisis ekonomi, yaitu permasalahan krisis keuangan pada perusahaan perkebunan teh. Krisis keuangan ini terjadi akibat turunnya harga pokok teh di pasaran Dunia, dari harga awal berada pada kisaran Rp 18.000,-Kg menjadi Rp 10.800,-Kg. www.kpbptpn4.co.id. Di akses pada tanggal 1 Februari 2013 pukul 11.23 WIB. Selain itu, produk komoditi Teh yang berada di Kabupaten Simalungun kalah bersaing dengan produk komoditi teh dari negara lain, seperti China, India dan Vietnam. Kualitas produksi teh PTPN IV kalah bersaing dengan pasar Internasional terjadi akibat dari sebagian besar tanaman teh yang berada di Simalungun merupakan tanaman teh yang sudah cukup tua, tanaman teh yang ada di Simalungun ini sebagian besar masih merupakan tanaman lama peninggalan Belanda, oleh karena itu kwalitas komoditi teh dari Simalungun sulit untuk bersaing di pasar Internasional, hasil wawancara dengan Bapak B.Sidabutar Staff Humas perkebunan Bah-butong. Pada tahun 2006, beberapa pimpinan PTPN IV mengambil kebijakan untuk mengkonversikan beberapa lahan perkebunan, dimana pada awalnya perkebunan teh akan di ganti menjadi perkebunan kelapa sawit. Menurut Direktur Produksi PTPN IV Balaman Tarigan, langkah Perseroan mengkonversi tanaman teh menjadi sawit sudah melalui kajian matang dan terencana dengan baik. Selain akibat dari tanaman teh yang sudah tua, perubahan iklim saat ini mengubah ciri khas lokal dan keunggulan teh Marjandi, Bah-Birong Ulu, Bah-Butong, Sidamanik dan Tobasari yang berada di dataran tinggi Kabupaten Simalungun. Saat ini PTPN IV mengelola perkebunan teh seluas 2.500 hektare dan rencananya akan di konversikan menjadi perkebunan kelapa sawit seluas 800 hektare dan selebihnya akan menyusul setelah pengkonversian lahan seluas 800 hekatare telah menunjukkan hasil. http:cintaperkebunan.blogspot.com diakses pada tanggal 1 februari 2013 pada pukul 11.32 WIB. Sejak tahun 2006 hingga saat ini, kebijakan pengkonversian tanaman teh menjadi perkebunan kelapa sawit hanya di jalankan oleh 2 perkebunan teh saja, yaitu perkebunan teh Marjandi dan Bah-Birong Ulu, sedangkan beberapa perkebunan teh lainnya belum merealisasikan kebijakan tersebut, yakni perkebunan teh Bah-Butong, Sidamanik dan Tobasari. Hal ini di sebabkan karena lokasi perkebunan yang telah di konversikan menjadi perkebunan sawit kurang cocok untuk tanaman kelapa sawit, setelah melakukan uji coba ternyata hanya menghasilkan minyak sawit yang sedikit dan penjualan minyak sawit tersebut tidak dapat mengatasi krisis keuangan yang terjadi bahkan menimbulkan masalah baru dimana biaya ongkos produksi lebih besar dibandingkan keuntungan yang didapatkan dari hasil penjualan minyak sawit. Pihak perusahaan PTPN IV tetap melanjutkan memproduksi komoditi teh di perkebunan Sidamanik, Bah-Butong dan Tobasari untuk tetap menjaga eksistensi produksi teh serta menjaga warisan sejarah bahwa lokasi ini terkenal dengan tanaman teh nya. Wacana untuk mengkonversikan teh ke tanaman sawit tetap ada dalam meningkatkan keuangan perusahaan, tetapi waktu dan proses tersebut belum dapat ditentukan dengan pasti oleh pihak PTPN IV.http:www.bumn.go.id68288publikasiberitaptpn-iv-setop-sementarakonversi-lahan-teh diakses pada tanggal 1 februari 2013 pukul 12.03 WIB. Akibat kegagalan dari hasil pengkonversian perkebunan teh menjadi sawit di perkebunan Marjandi dan Bah-Birong Ulu, dimana perkebunan sawit hanya menghasilkan minyak yang sedikit, maka salah satu upaya PTPN IV untuk menjaga agar tidak mengalami kerugian yang semakin besar, secara bertahap PTPN IV melakukan pengurangan jumlah karyawan dengan cara downsizing untuk mengurangi jumlah pengeluaran perusahaan. Downsizing Pemutusan Hubungan Kerja, Lay-off dan dirumahkan adalah upaya sistematis yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi jumlah tenaga kerja dengan tujuan memperbaiki efisiensi dan kinerja. Tujuan dari Downsizing adalah untuk mencapai jumlah karyawan yang ideal sesuai dengan kondisi ekonomi perusahaan. Penyebab lainnya adalah karena rekstrukturisasi, menyesuaikan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IPTEK, spesialisasi pada bisnis sehingga terjadi perubahan struktur dan jumlah karyawan pada perusahaan. Ada beberapa penyebab yang menjadikan perusahaan melakukan downsizing : 1. Krisis ekonomi yang dialami oleh perusahaan. 2. Pengeluaran perusahaan lebih besar dibandingkan dengan pendapatan perusahaan. 3. Jumlah tenaga kerja yang sangat banyak. 4. Membutuhkan tenaga kerja yang lebih profesional dan ahli dalam bidangnya. 5. Perusahaan ingin membuka cabang baru. Dampak dari downsizing yaitu menyebabkan bertambahnya angka pengangguran yang terjadi di dalam negara yang bersangkutan dan bagi pihak yang menjadi korban downsizing hal ini mengurangi komitmen mereka dalam mengkonsumsi dan memperkenalkan produk yang dihasilkan oleh perusahaan dahulu tempat mereka bekerja. Para pekerja mempersepsikan bahwa perusahaan tidak adil kepada mereka sehingga menurunkan keterampilan dan produktifitas mereka dalam dunia kerja downsizing yang dilakukan PTPN IV adalah dengan cara merumahkanmeliburkan salah satu karyawan apabila dalam satu keluarga suami-istri sama- sama menjadi karyawan, dalam hal ini istri yang menjadi korban dari downsizinghttp:thepublicadministration.blogspot.com201204downsizing.html di akses pada tanggal 2 februari 2013 pukul 09.23 WIB. Selain downsizing, PTPN IV juga aktif melakukan mutasi atau memindahkan karyawan ke perkebunan lainnya perpindahan yang dilakukan masih dalam satu perusahaan yang berada dalam naungan PTPN IV perpindahan yang dilakukan yaitu dari perkebunan teh ke perkebunan kelapa sawit. Sistem mutasi dilakukan jika dalam satu keluarga suami-istri keduanya tetap ingin bekerja sebagai karyawan di PTPN IV. Perkebunan teh Bah-Butong adalah salah satu dari ketiga cabang perkebunan teh PT. Perkebunan Nusantara IV yang masih aktif memproduksi teh. Perkebunan teh ini terletak di wilayah Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun. Perkebunan teh Bah-Butong merupakan perkebunan teh terbesar yang dimiliki oleh PTPN IV, bahkan merupakan perkebunan teh terbesar se-Asia Tenggara, lebih besar bila di bandingkan dengan perkebunan teh yang berada di negara Vietnam. Namun, walaupun demikian, perkebunan teh Bah-Butong tidak terlepas dari masalah krisis ekonomi keuangan yang di sebabkan oleh faktor-faktor yang telah di jelaskan sebelumnya. Terhitung sejak pertengahan tahun 2004, perusahaan perkebunan teh Bah-Butong telah aktif merumahkan dan memutasi secara bertahap karyawannya. Tercatat menurut data statistik perkebunan, dalam setiap Afdeling bagian dari Wilayah Desa terdapat sekitar 200 orang 100 Kepala Keluarga karyawan yang di mutasi ke perkebunan kelapa sawit, sekitar 200 orang karyawan pensiun dini dari lebih 600 orang 300 kepala keluarga karyawan yang berada dalam perkebunan dalam 1 Afdeling, sedangkan sisa jumlah penduduk yang tinggal yaitu sekitar 214 orang 107 Kepala Keluarga dan masing-masing keluarga hanya mendapat jatah satu orang saja yang dapat bekerja sebagai karyawan yaitu hanya untuk laki-laki suami saja yang dapat di pekerjakan. Sementara, bagi wanita dirumahkan atau istilah dalam perkebunan yaitu WTP Wanita Tanggungan Pria sehingga jumlah karyawan per Afdeling saat ini yang tersisa hanya sekitar 107 orang yang terdiri dari 107 kepala keluarga. hasil wawancara dengan Staff Humas perkebunan Bah-butong Bapak B.Sidabutar. Sebelum di keluarkannya keputusan untuk merumahkan sebagian karyawan oleh pihak perusahaan, pada awalnya pihak perusahaan ingin melakukan Pemutusan Hubungan Kerja PHK terhadap sebagian karyawan, namun oleh pihak karyawan melakukan perlawanan kepada pihak perusahaan dengan cara berdemonstrasi ke kantor pusat PTPN IV di Kota Medan dengan tuntutan agar pihak perusahaan PTPN IV mencari jalan lain dan tidak mem-PHK karyawan. Dengan adanya perlawanan dari karyawan menyebabkan adanya konflik yang terjadi antara PTPN IV dengan karyawannya. Konflik yang terjadi tidak bisa dielakkan karena pertentangan logika yang secara inheren melekat pada tiap pihak, oleh karena itu resolusi konflik ditekankan pada kebutuhan untuk menerima prosedur dan institusi dimana tercapai kolaborasi melalui kompromi dan negosiasi. Dengan cara pandang seperti itu, konflik yang terjadi antara pihak perusahaan dengan karyawan harus diselesaikan secara bipartite Habibie, Muhtar, 2009 : 20. Dengan adanya perlawanan dari pihak karyawan yang akan di PHK, akhirnya di ambil kesepakatan untuk merumahkan sebagian karyawan. Menurut Surat Edaran SE Menteri Tenaga Kerja kepada Pimpinan Perusahaan di seluruh Indonesia No. SE-907MENPHI-PPHIX2004 tentang Pencegahan Pemutusan Hubungan Kerja Massal “SE 9072004” pada Butir f menyatakan pemutusan hubungan kerja haruslah sebagai upaya terakhir, setelah dilakukan upaya berikut: “f. Meliburkan atau merumahkan pekerjaburuh secara bergilir untuk sementara waktu” a href = ’http:ads.hukumonline.comwwwdeliveryck.php, di akses pada tanggal 4 februari 2013 pada pukul 10.21 WIB. dalam hal ini, karyawan yang dirumahkan oleh PTPN IV Bah-Butong sebanyak lebih kurang dari 107 karyawan memiliki status dirumahkan oleh pihak perusahaan yang telah ditetapkan hingga usia 45 tahun dan setelah mencapai usia 45 tahun, karyawan yang dirumahkan tersebut akan dipensiunkan menurut perjanjian dan kesepakatan antara karyawan dan perusahaan. Akibat dirumahkannya salah satu karyawan dalam satu keluarga dalam hal ini adalah wanita istri, secara otomatis akan berdampak munculnya masalah baru di dalam kehidupan rumahtangga mereka, khususnya dalam bidang sosial dan ekonomi, mengingat dalam mancari nafkah untuk kebutuhan hidup mereka sehari-hari hanya mengandalkan penghasilan dari satu orang saja yaitu suami. Masalah ini tidak biasa mereka hadapi, karena pada awalnya suami-istri dapat bekerja dan memiliki 2 penghasilan dari gaji yang mereka terima, kini rumahtangga mereka hanya mengandalkan penghasilan dari 1 orang saja. Walaupun si istri menerima upah rata-rata berjumlah Rp. 150.000,-tiap bulannya, namun dengan jumlah uang tersebut tentu belum cukup digunakan untuk memenuhi segala kebutuhan rumahtangga mereka. Pada umumnya, masyarakat yang tinggal dan bekerja pada perkebunan teh Bah-Butong telah terbiasa dengan pola hidup dimana sebagian besar di tanggung oleh pihak perusahaan seperti sandang, pangan dan papannya rumah, beras, gula, minyak makan, sepatu boots, air bersih dan lain-lain serta di tambah dengan gaji bulanan yang di terima 2 kali dalam sebulannya. Dengan dirumahkannya salah satu karyawan wanitaistri maka secara otomatis jatah sandang dan pangan yang diterima oleh karyawan pasti drastis sangat berkurang bila dibandingkan dari yang semula mereka terima di saat keduanya masih bekerja, karena jatah yang diterima oleh karyawan dihitung berdasarkan per kepala. Kondisi ini tentu memaksa para karyawan perkebunan yang dirumahkan melakukan adaptasi rumahtangga dalam mempertahankan sosial ekonomi keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan diatas dan selain itu, penulis juga merupakan salah satu anak dimana salah satu orang tua ibu juga menjadi korban dirumahkan oleh PTPN IV Bah-Butong, oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk melihat lebih jauh bagaimana kondisi kehidupan sosial ekonomi keluarga karyawan yang dirumahkan dan strategi adaptasi apa yang dilakukan, untuk itu penulis mengangkat judul sebagai berikut “ Strategi Adaptasi Rumah Tangga Karyawan Yang Dirumahkan PTPN IV Bah-Butong Dalam Mempertahankan Sosial Ekonomi Keluarga Di Desa Bah-Butong I Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun”.

1.2. Perumusan Masalah

Untuk lebih memperjelas dan mengarahkan permasalahan yang mendasari tulisan ini maka penulis merumuskan permasalahan yang akan dibahas pada bab selanjutnya, yaitu: “Bagaimanakah strategi adaptasi rumahtangga yang dilakukan oleh karyawan yang dirumahkan PTPN IV Bah-Butong Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun?”. 1.3.Pembatasan masalah Penelitian ini terbatas pada kondisi kehidupan karyawan yang dirumahkan yaitu, kondisi pangan sehari-hari, pendidikan anak, kesehatan, jumlah pendapatan, kondisi perumahan dan pemenuhan akan alat tekhnologi. 1.4. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana karyawan yang dirumahkan PTPN IV Bah-Butong dalam upaya mempertahankan sosial ekonomi keluarga dan strategi apa yang mereka lakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian, diharapkan agar hasil yang di peroleh dapat memberikan manfaat antara lain: a. Secara teoritis, penelitian ini sebagai bahan untuk mempertajam kemampuan penulis dalam penulisan ilmiah. b. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP-USU. c. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi nyata dan bahan masukan bagi PTPN IV Bah-Butong serta instansi terkait lainnya untuk memperhatikan kehidupan karyawan yang dirumahkan?

1.5. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disajikan dalam 6 bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN