Kerangka Pemikiran Bagan Alir Pikir Gambar 2.1

masyarakat sesuai dengan posisi dan peran masing-masing di dalam masyarakat duwipa, 2010:5.

D. Sebagai suatu tatanan atau ketertiban sosial

Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tantang “kesejahteraan sosial” Pasal 1 yang dimaksudkan dengan kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya Wibhawa, Raharjo, Budiarti, 2010:25. Beberapa hal dapat disimpulkan dari defenisi tersebut, antara lain: 1. Kesejahteraan sosial di pandang sebagai suatu tatanan masyarakat. 2. Tatanan masyarakat tersebut bersifat kondusif bagi setiap warga negara untuk melakukan upaya memenuhi kebutuhan hidup mereka. 3. Adanya interaksi yang tidak terpisahkan dan saling mendukung di antara setiap individu warga masyarakat dengan masyarakatnya. 4. Landasan nilai bagi tatanan masyarakat adalah nilai-nilai dasar sosial budaya masyarakat itu sendiri. Dengan demikian wujud konsep kesejahteraan sosial adalah pengadaan dan penataan berbagai kebijakan sosial, perencanaan sosial, program-program dan penyelenggaraan berbagai pelayanan sosial dalam rangka penataan masyarakat itu sendiri yang bersifat saling mendukung dengan upaya warga masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.

2.8. Kerangka Pemikiran

Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 151 Ayat 1 mengamanatkan bahwa, Pengusaha, pekerjaburuh, serikat pekerjaserikat buruh dan pemerintah, dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan Hubungan kerja PHK. Melalui hal ini pemerintah mengeluarkan Surat Edaran SE Menteri Tenaga Kerja kepada Pimpinan Perusahaan di Seluruh Indonesia tentang pencegahan pemutusan kerja massal pada butir f menyatakan, pemutusan hubungan kerja haruslah sebagai upaya terakhir, setelah dilakukan upaya meliburkan atau merumahkan PekerjaBuruh secara bergilir untuk sementara waktu. Dirumahkannyadiliburkan Karyawan PTPN IV Bah-Butong, akan mengakibatkan sosial ekonomi rumahtangga keluarga karyawan mengalami berbagai macam permasalahan. Permasalahan tersebut antara lain, sulitnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari baik sandang, pangan dan papan. Bagi keluarga karyawan yang menjadi korban dirumahkandiliburkan oleh PTPN IV Bah-Butong dalam hal ini tidak boleh pasrah dalam menghadapi kondisi seperti ini, harus ada upaya untuk mengatasi berbagai permasalahan kehidupan sosial dan ekonomi rumah tangga mereka. Oleh karena itu, perlu adanya strategi adaptasi yang dapat mengoptimalkan segala potensi yang dilakukan rumah tangga karyawan yang dirumahkandiliburkan dalam mempertahankan sosial ekonomi keluarga. Maka untuk lebih memperjelas bahasan ini, penulis menggambarkan bagan alir pikir strategi adaptasi masyarakat yang dirumahkan dalam mempertahankan sosial ekonomi keluarga sebagai berikut:

2.9. Bagan Alir Pikir Gambar 2.1

DirumahkanDiliburkan Kondisi sosial ekonomi karyawan yang dirumahkan Pendapatan, perumahan, pendidikan, kesehatan, pangan. 1. Pengontrolan konsumsi keluarga. 2. Penggantian makanan yang di konsumsi dengan yang lebih murah atau terjangkau misalnya mengganti ikan menjadi telur 3. Penjualan simpanan benda‐benda berharga seperti emas, perabotan rumahtangga untuk memperoleh uang tambahan. 4. Peminjaman kredit dari bank, anggota keluarga, pedagang atau koperasi simpan pinjam. 5. Produksi dan perdagangan skala kecil membuka warung atau kedai sampah. 6. Menanam tanaman yang bisa di konsumsi di pekarangan rumah. 7. Menitipkan anak ke kerabat atau keluarga lain baik secara temporer maupun permanen. 8. Penjualan asset produksi seperti tanah, hewan ternak untuk memperoleh uang tambahan. 9. Menjadi buruh harian lepas BHL untuk mencari uang tambahan. 10. Mencari pekerjaan lain. Pemenuhan kebutuhan pangan dan bukan pangan 2.10. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.10.1. Defenisi Konsep