Letak Desa Bah Butong I ANALISA KASUS Starategi adaptasi rumah tangga karyawan yang dirumahkan PTPN IV bahbutong

silopak, dimana Raja Silopak inilah yang membuka perkampungan atau Nagori Bah Butong dan disebut dengan sipukka huta dalam bahasa simalungun yang artinya orang yang membuka perkampungan atau desa, sementara nagori artinya desa. Awal terbentuknya perkebunan teh didaerah bah butong ditandai dengan kedatangan penjajahan belanda kedaerah simalungun dimana pada waktu itu belanda mengadakan politik adu domba untuk merebut kekuasaan dari tangan rakyat, pada saat itu tuan raja silopak memiliki kerabat yang bernama raja kariahan yang memerintah didaerah yang bersebelahan dengan nagori bah butong lalu mereka di adu domba dan dipecah belah oleh pemerintah belanda sehingga kedua nagori ini berselisih paham, oleh pihak belanda memanfaatkan keadaan ini dan mereka dapat menanam teh dilokasi desa bah butong sehingga secara perlahan-lahan wilayah kerajaan semakin terkikis dan hilang akibat politik yang dijalankan oleh belanda, pada akhirnya pihak belanda yang menguasai beberapa daerah yang dijadikan perkebunan teh di simalungun. Hingga saat ini ada beberapa perkebunan teh bekas peninggalan belanda yang berada di wilayah kabupaten simalungun seperti perkebunan teh bah butong, perkebunan teh sidamanik dan perkebunan teh toba sari. Desa bah butong I merupakan desa yang di jadikan oleh pihak PTPN IV menjadi daerah perumahan bagi karyawan. Pada awalnya, belanda merebut bah butong dari tuan raja silopak dengan politik adu domba dan menjadikan desa bah butong sebagai pemukiman rumah bagi pekerja yang bekerja di perkebunan teh milik belanda. Setelah Indonesia merdeka, perumahan, pabrik serta perkebunan teh milik belanda di nasionalisasikan oleh pemerintah Indonesia dan di jadikan PT. Persero di bawah naungan BUMN.

4.2. Letak Desa Bah Butong I

Desa bah butong terletak diwilayah kecamatan sidamanik, kabupaten simalungun. Jarak ke ibu kota provinsi ± 150 kilometer, lama jarak tempuh ke ibu kota provinsi ± 4jam jika ditempuh dengan kendaraan bermotor. Nagori bah butong I memiliki luas 565,09 Ha yang terdiri dari dua wilayah Afdeling desa kecil yaitu emplasmen bah butong yang memiliki luas ±354,29 Ha dan afdeling baharen yang memiliki luas 210,80 Ha. Ada empat sungai dikawasan nagori bah butong I yaitu sungai bah biak, sungai rambung merah, sungai bundar dan sungai sihilon. Secara geografis, batas-batas wilayah nagori bah butong I adalah sebagai berikut: 1. Sebelah utara berbatasan dengan sidamanik 2. Sebelah timur berbatasan dengan nagori bah butong II 3. Sebelah barat berbatasan dengan desa tiga urung pematang sidamanik 4. Sebelah selatan berbatasan dengan nagori Bah Biak.

4.3. Keadaan Demografis

Desa bah butong I memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.539 jiwa yang terdiri dari 521 Kepala Keluarga KK dan tersebar di dua afdeling, yaitu emplasmen bah butong dan bah aren, dengan perincian sebagai berikut: TABEL 1 KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN KEPALA KELUARGA No Jenis Kelamin Kepala Keluarga Jumlah Persentase 1 Kepala Keluarga laki-laki 492 94,43 2 Kepala Keluarga Perempuan suami telah tiadajanda 29 5.57 Jumlah 521 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Nagori Bah Butong I

4.3.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Untuk mengetahui jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut: TABEL 2 KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN No Jenis Kelamin Jumlah Persentase 1 Laki-laki 1374 54,12 2 Perempuan 1165 45,88 Jumlah 2539 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Nagori Bah Butong I Dari tabel 2 di atas, dapat dilihat adanya perbedaan jumlah penduduk laki-laki yang lebih banyak yaitu sekitar 54,12 bila di bandingkan dengan jumlah penduduk perempuan dimana hanya terdapat sekitar 45,88.

4.3.2. Komposisi Penduduk Menurut Usia

Penduduk Desa Nagori Bah Butong I terdiri dari berbagai kelompok usia yang dapat digambarkan dalam tabel berikut ini: TABEL 3 KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT USIA No Golongan Usia Jumlah Persentase 1 0-12 Bulan 96 3,78 2 1-4 Tahun 132 5,20 3 5-6 Tahun 128 5,04 4 7-12 Tahun 163 6,42 5 13-15 Tahun 213 8,39 6 16-18 Tahun 320 12,60 7 19-25 Tahun 510 20,1 8 26-35 Tahun 221 8,70 9 36-45 Tahun 432 17,01 10 46-50 Tahun 310 12,21 11 51-58 Tahun 14 0,55 12 Lebih Dari 59 Tahun - - Jumlah 2539 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Nagori Bah Butong I Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa kelompok umur penduduk di desa bah butong menunjukkan penduduk di daerah ini di dominasi oleh penduduk yang berusia 19-25 Tahun yaitu sekitar 20,1. Sementara penduduk yang ber umur 51-58 tahun serta usia lebih dari 59 tahun bila dijumlahkan hanya berkisar 12,76, hal ini disebabkan karena pihak perusahaan PTPN IV Bah Butong telah mempensiundinikan karyawannya yang berumur 51 tahun ke atas walaupun pada dasarnya usia pensiun karyawan adalah 55 Tahun. Namun karena perusahaan mengalami masalah keuangan, oleh pihak perusahaan terpaksa mempensiundinikan sebagian karyawannya serta bagi karyawan yang di pensiunkan tidak boleh lagi tinggal di perumahan dinas karyawan.

4.3.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Yang Dianut

Komposisi penduduk berdasarkan agama yang dianut di desa Bah Butong I dapat di lihat melalui tabel berikut ini: TABEL 4 KOMPOSISI PENDUDUK BERDASARKAN AGAMA No Agama Jumlah persentase 1 Islam 1690 66,56 2 Kristen Protestan 771 30,37 3 Kristen Katholik 78 3,07 Jumlah 2539 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Nagori Bah Butong I Menurut jenis agama yang dianut, pada umumnya penduduk nagori bah butong I mayoritas memeluk agama Islam yaitu sebanyak 66,56 dan yang menganut agama kristen berjumlah 33,44.Walaupun demikian, adanya perbedaan agama yang terdapat dalam nagori bah butong I, tidak pernah dijadikan alasan untuk adanya pertikaian atau selisih paham antar penduduk yang berbeda agama. Hal ini disebabkan karena adanya sikap saling toleransi antara pemeluk agama yang berbeda di desa ini dalam menjalankan kewajiban dalam agamanya masing-masing. Bahkan, setiap hari raya idulfitri hari besar umat islam selalu diadakan perlombaan panjat pinang dimana pesertanya bisa siapa saja tidak harus islam, umat kristiani juga ikut meramaikan perlombaan tersebut.

4.3.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di desa Bah Butong I dapat di lihat melalui tabel berikut ini: TABEL 5 KOMPOSISI PENDUDUK BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN No Pendidikan Jumlah Persentase 1 Belum Sekolah 253 12,33 2 Sedang Sekolah 322 15,70 3 Tidak Pernah Sekolah 4 0,19 4 Tidak Tamat SD - - 5 Tamat SD 187 9,11 6 Tidak Tamat SMP 35 1,69 7 Tamat SMPSederajat 420 20,47 8 Tidak Tamat SMA 293 14,28 9 Tamat SMASederajat 320 15,60 10 Tidak Tamat Perguruan TinggiSederajat 123 6,00 11 Tamat Perguruan TinggiSederajat 95 4,63 Jumlah 2052 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Nagori Bah Butong I Berdasarkan data statistik desa dapat dilihat jumlah penduduk menurut kualifikasi pendidikan yang paling besar terdapat dalam tingkat pendidikan tamat SMPSederajat yaitu sebesar 20,47 serta diikuti oleh penduduk desa yang tingkat pendidikan tamat SMASederajat yaitu berjumlah sekitar 15,60. Sementara penduduk yang tidak tamat sekolah memiliki jumlah yang terendah yaitu sekitar 0,19, penduduk yang tidak sekolah merupakan penduduk yang memiliki keterbatasan sehingga tidak dapat sekolah karena di desa ini tidak terdapat sekolah untuk menangani anak berkebutuhan khusus. Sementara penduduk yang pernah belajar hingga ke perguruan tinggi namun tidak dapat menyelesaikan yaitu berjumlah sekitar 6,00 123 orang, hal ini terjadi karena orang tua yang tidak sanggup lagi membiayai pendidikan anaknya di perguruan tinggi karena salah satu orang tua menjadi korban Dirumahkan oleh pihak perusahaan. Sedangkan penduduk yang dapat menyelesaikan pendidikan hingga keperguruan tinggi yaitu berjumlah sekitar 4,63 95 orang dan rata-rata penduduk yang dapat menyelesaikan pendidikan hingga ke perguruan tinggi adalalah sebelum dirumahkan karyawan.

4.3.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Angkatan Kerja

Komposisi penduduk berdasarkan angkatan kerja di desa Bah Butong I dapat di lihat melalui tabel berikut ini: TABEL 6 KOMPOSISI PENDUDUK BERDASARKAN ANGKATAN KERJA No Angkatan Kerja Jumlah Persentase 1 16-18 Tahun 58 3,22 2 19-25 Tahun 110 6,10 3 26-35 Tahun 221 12,24 4 36-45 Tahun 632 34,99 5 46-50 Tahun 571 31,61 6 51-58 Tahun 214 11,84 Jumlah 1807 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Nagori Bah Butong I Berdasarkan tabel 6 diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa usia angkatan kerja 36-45 Tahun adalah usia terbanyak dalam angkatan kerja yaitu berjumlah sekitar 34,99 serta diikuti usia angkatan kerja 46-50 Tahun yaitu sebesar 31,61. Sebagian besar kedua kelompok usia tersebut adalah yang bekerja sebagai karyawan di PTPN IV Bah Butong. Sedangkan untuk usia 16-18 tahun yang berjumlah sekitar 3,22 dan kelompok usia 19-25 Tahun yang berjumlah sekitar 6,10 adalah kelompok usia yang bekerja di sektor lain di luar perusahaan PTPN IV yang bekerja di sektor seperti tukang bangunan, buruh tani, dan lain sebagainya

4.3.6. Komposisi Jumlah Pengangguran

Komposisi penduduk berdasarkan jumlah pengangguran di desa Bah Butong I dapat di lihat melalui tabel berikut ini: TABEL 7 KOMPOSISI JUMLAH PENGANGGURAN No Angkatan Kerja Jumlah Persentase 1 Pengangguran usia 16-55 Tahun 210 9,70 2 16-55 yang masih sekolah 322 14,87 3 15-55 yang bekerja penuh 1211 55,94 4 15-55 yang bekerja tidak penuh 422 19,49 Jumlah 2165 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Nagori Bah Butong I Berdasarkan tabel 7 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah pengangguran yang terdapat di desa bah butong I berjumlah sekitar 9,70, sedangkan untuk yang bekerja tidak penuh yaitu sekitar 19,49 dimana jumlah ini bekerja sebagai buruh kontrak di ladang orang lain dan bekerja di ladang sendiri dan tidak memiliki jam waktu bekerja yang menetap atau bekerja jika ada panggilan saja dan jika diperlukan saja.

4.3.7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Komposisi penduduk berdasarkan Jenis mata pencaharian di desa Bah Butong I dapat di lihat melalui tabel berikut ini: TABEL 8 KOMPOSISI PENDUDUK BERDASARKAN JENIS MATA PENCAHARIAN No Mata Pencaharian Jumlah Persentase 1 Karyawan BUMN PTPN IV 1012 67,42 2 Petani 21 1,40 3 Buruh Tani BHL 410 27,32 4 PNSTNIPOLRI 14 0,93 5 Sopir 8 0,53 6 Peternak 6 0,40 7 Pedagang 11 0,73 8 Industri rumah tangga 5 0,33 9 DokterBidan 2 0,14 10 Guru Swasta 12 0,80 Jumlah 1501 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Nagori Bah Butong I Berdasarkan tabel 8 diatas, dapat disimpulkan bahwa penduduk desa yang bermatapencaharian sebagai karyawan PTPN IV adalah sebesar 67,42 dimana memang desa ini berada di kawasan PTPN IV dan merupakan pemukiman bagi karyawan yang disediakan oleh pihak peusahaan. Sementara untuk masyarakat yang bekerja sebagai Buruh Harian Lepas BHL adalah merupakan orang-orang yang menjadi korban dirumahkan oleh pihak perusahaan PTPN IV dan sebagian besar dari mereka adalah wanita, pada umumnya mereka bekerja di ladang sebagai buruh harian. 4.4. SARANA DAN PRASARANA 4.4.1 Sarana Jalan Jarak desa bah butong dari kota kecamatan memiliki panjang ±4km, serta jarak tempuh sekitar 15 menit dengan menggunakan sepeda motor. Sarana jalan yang digunakan adalah jalan beraspal namun sudah mengalami banyak kerusakan karena usia aspal yang sudah cukup tua yaitu dibangun sejak tahun 1998 dan tidak pernah ada perbaikan hingga saat ini, sementara jalan ini merupakan jalan utama yang menghubungkan desa bahbutong ke kota kecamatan hingga sampai ke kota kabupaten dan seterusnya hingga ke kota provinsi. Kerusakan semakin di perparah karena jalan ini juga digunakan oleh truk-truk pembawa hasil produksi teh PTPN IV untuk di bawa ke medan belawan dan seterusnya di ekspor ke luar negeri. Di desa bahbutong juga terdapat jalan-jalan yang menghubungkan ke desa-desa lain dan jalan-jalan ini masih merupakan jalan tanah yang apabila hujan akan sangat sulit untuk di lalui karena struktur jalan yang licin penuh dengan lumpur dan apabila musim kemarau jalan ini akan penuh dengan debu. Desa bahbutong memiliki jalan berupa gang di wilayah perumahan dan juga masih merupakan jalan tanah, desa ini juga memiliki 1 jembatan penghubung antara desa bahbutong dengan desa bahbiak dimana jembatan ini telah dibangun sejak jaman penjajahan Belanda dan belum ada pemugaran atau renovasi yanag dilakukan atas jembatan ini oleh pemerintah setempat, hanya dari swadaya masyarakat sekitar yang saling gotong royong untuk memperbaiki jembatan ini dan alakadarnya sehingga sangat berbahaya dan harus berhati-hati apabila melewati jembatan ini.

4.4.2. Sarana Transportasi dan Komunikasi

Untuk menuju ke desa bahbutong dari Ibu Kota Kabupaten simalungun yaitu Pematang Siantar dapat melalui terminal parluasan dengan menggunakan transportasi darat roda empat yang di sebut penduduk sekitar dengan MOPEN Mobil Pendek, mopen ini memiliki nama yaitu beringin indah dan juga Simarjarunjung, jarak tempuh dari terminal parluasan hingga sampai ke desa bahbutong memakan waktu hingga 1jam lebih dikarenakan kondisi jalan yang rusak. Selain itu, penduduk desa bahbutong juga telah banyak menggunakan sepeda motor untuk pergi ke luar desa dan bahkan keluar kabupaten. Penduduk desa bahbutong yang sebagian besar adalah merupakan karyawan PTPN IV dan memiliki gaji tiap bulannya memilih untuk mengkredit sepeda motor agar dapat memiliki sarana transportasi sendiri dan lebih efesien bila digunakan. Pihak PTPN IV menyediakan bus sekolah yaitu mobil truck yang biasanya digunakan oleh pihak perusahaan untuk mengangkat daun teh segar bagi anak-anak sekolah yang rumahnya jauh dari sekolah yaitu Afdeling Baharen, dimana baharen merupakan bagian dari desa bahbutong I dan jarak desa ini menuju sekolah SMP dan SMA sekitar 4KM dan tidak ada mobil angkutan umum sehingga mobil truck perusahaan satu-satunya kendaraan yang ada. Dengan semakin canggihnya tekhnologi sekarang ini dan banyaknya handphone yang di jual dengan harga yang murah maka Sarana komunikasi yang ada di desa bahbutong I sebagian besar penduduk telah memiliki handphone yang dijadikan untuk sarana komunikasi utama selain itu di desa ini juga telah memiliki kode pos dan dapat mengirim surat kemana saja.

4.4.3. Sarana Air Bersih dan Listrik

Sarana air bersih yang digunakan sehari-hari oleh penduduk desa bahbutong I berasal dari mata air sungai Bahbiak, mata air ini langsung di alirkan kerumah-rumah penduduk melalui pipa-pipa yang sengaja di bangun oleh pihak perusahaan PTPN IV sebagai program corporate social responsibility CSR terhadap penduduk sekitar. Penggunaan air ini tidak dipungut biaya oleh pihak perusahaan dan masyarakat bebas menggunakan air bersih ini, oleh penduduk sekitar air ini digunakan untuk air minum karena air ini merupakan air yang langsung berasal dari mata air dan tanpa menggunakan kaporit sehingga aman untuk dikonsumsi, biasanya air ini rutin mengalir 3 kali dalam sehari, yaitu jam 11 malam hingga 12 malam, lalu jam 4 pagi hingga jam 6 pagi lalu jam 3 sore hingga jam 5 sore. Pada awalnya, sarana listrik yang ada di desa bahbutong I berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel PLTD yang ada di pabrik PTPN IV, dalam penggunaan listrik ini tidak di pungut biaya namun listrik hanya hidup dari pukul 18.00 WIB sampai dengan pukul 07.00 WIB. Namun sejak tahun 1998 akhirnya PLN masuk ke desa ini, maka oleh pihak perusahaan tidak lagi mengaliri listrik kepada penduduk melalui PLTD dan penduduk menggunakan PLN serta membayar jumlah tagihan listrik yang di pakai tiap bulannya

4.4.4. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang ada di desa bahbutong I, masing-masing afdeling di lengkapi dengan satu unit klinik dan seorang bidan desa untuk tempat berobat masyarakat, di desa ini juga terdapat posyandu untuk melayani anak-anak balita, apabila ada penduduk desa yang sakit parah dan harus di bawa kerumah sakit, melalui bidan desa akan dirujuk kerumah sakit umum sidamanik dan seterusnya akan di rujuk kerumah sakit balimbingan dan selanjutnya kerumah sakit marta friska medan, ketiga rumah sakit ini adalah rumah sakit yang menjalin hubungan kerjasama dengan pihak perusahaan PTPN IV, Jadi bagi karyawan atau anggota keluarga karyawan yang sakit bisa berobat di rumahsakit ini secara gratis karena segala biaya ditanggung oleh pihak perusahaan. Di desa ini juga terdapat pijet refleksi tukang kusut dimana tukang pijat tersebut adalah sama-sama penduduk desa yang kebetulan dapat mengusut dan biasanya mengusut bila dipanggil saja, dan biaya pijat tidak ditentukan yaitu bersifat sukarela biasanya rata-rata penduduk memberi Rp.15000,- sampai dengan Rp.25000,- sekali kusut. Sarana kesehatan yang terdapat di desa Bah Butong I dapat di lihat melalui tabel berikut ini: TABEL 9 SARANA KESEHATAN No Sarana Kesehatan Jumlah 1 Rumah Sakit Umum - 2 Klinik Bersalin 1 3 Puskesmas - 4 Posyandu 1 5 Apotek - 6 Poliklinik - 7 Dokter Praktek - Jumlah 2 Sumber: Kantor Kepala Desa Nagori Bah Butong I

4.4.5. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan di desa bahbutong I yaitu terdapat Sekolah Taman Kanak-Kanak TK, Pendidikan Sekolah Dasar SD dan Sekolah Menengah Pertama SMP saja, sedangkan untuk sekolah menengah umum terdapat di luar desa yaitu di sidamanik dan dan pematang siantar. Di desa bahbutong terdapat 1 SD dan 1 SMP yaitu SMP swasta darma pertiwi, dimana sekolah ini awalnya di dirikan oleh pihak PTPN IV dimana guru dan pegawainya adalah karyawan PTPN IV tetapi ada juga PNS yang dibantukan oleh pemerintah untuk sekolah ini. Di desa ini juga terdapat madrasah yang didirikan oleh penduduk setempat, agar anak- anak penduduk desa yang beragama Islam dapat belajar ilmu agama dan alquran sepulang sekolah formal untuk mengisi waktu luang dan biasanya madrasah ini buka jam 3 sore sampai jam 5 sore mulai hari senin sampai dengan hari kamis. Sarana pendidikan yang terdapat di desa Bah Butong I dapat di lihat melalui tabel berikut ini: TABEL 10 SARANA PENDIDIKAN No Sarana Pendidikan Jumlah 1 Taman Kanak-Kanak 1 2 Sekolah Dasar SD 1 3 Sekolah Menengah Pertama SMP 1 4 Sekolah Menengah Atas SMA - 5 Madrasah MDA 1 Jumlah 4 Sumber: Kantor Kepala Desa Nagori Bah Butong I

4.4.6. Sarana Ibadah

Di desa bahbutong I tedapat 4 rumah ibadah, yaitu 2 di emplasmen bahbutong dan 2 di afdeling baharen yang terdiri atas 2 mesjid dan 2 gereja, selain itu terdapat 1 unit musholah yang terdapat di SMP Swasta Darma Pertiwi yang dikhusukan untuk siswai yang ingin sholat di waktu masih jam sekolah. Di desa ini memiliki sifat saling toleransi antar pemeluk agama yang berbeda, dimana di desa ini tidak pernah terjadi bentrok antar penduduk yang berbeda agama, di desa ini juga terdapat kegiatan keagamaan yang rutin dilakukan tiap seminggu sekali selain kegiatan agama ditempat ibadah, bila di agama islam sering di sebut wiritan yang dilakukan tiap malam rabu dan bagi umat kristen sering di sebut dengan partangiangan yang diadakan setiap malam jumat. Sarana ibadah yang terdapat di desa Bah Butong I dapat di lihat melalui tabel berikut ini: TABEL 11 SARANA IBADAH No Sarana Ibadah Jumlah 1 Mesjid 2 2 Gereja 2 3 Musholah 1 Jumlah 5 Sumber: Kantor Kepala Desa Nagori Bah Butong I

4.4.7. Sarana Olahraga

Pada dasarnya kegiatan olahraga di desa bahbutong I sangatlah diperhatikan oleh para pemimpin perusahaan, karena para pemimpin perusahaan menyadari arti penting dari olahraga itu sendiri selain untuk menyehatkan badan tetapi olahraga juga dapat digunakan sebagai sarana pemersatu dan sikap saling peduli antar sesama karyawan perusahaan, sehingga tercipta hubungan yang harmonis antar karyawan. Jenis olahraga yang ada di perkebunan desa bahbutong I sangat beragam seperti sepak bola, bola volly, bulutangkis, tenis lapangan dan tenis meja. Olahraga yang paling disukai oleh penduduk desa bahbutong I adalah olahraga sepak bola, olahraga ini hampir setiap hari dilakukan secara rutin mulai dari anak-anak sampai orang tua dan jadwalnya di atur oleh pengurus sepakbola. Pada desa Nagori bahbutong I memiliki klub sepakbola dan ada dua kelompok klub sepakbola yaitu persatuan sepakbola emplasmen bahbutong PSEB dan persatuan sepakbola Afdeling baharen PSAB. Setiap minggunya perusahaan perkebunan melakukan pertandingan sepakbola antar klub yang ada di kecamatan sidamanik dan jadwalnya di tentukan oleh pihak perusahaan yang mengelola bidang olahraga. Sementara untuk olahraga tenis lapangan adalah olahraga khusus untuk para pimpinan perusahaan, ada terdapat 4 lapangan olahraga tenis lapangan dan dikelola khusus untuk pimpinan perusahaan dan bagi karyawan tidak di perbolehkan bermain oleh pihak perusahaan karena lapangan ini milik perusahaan. Berikut ini adalah sarana olahraga yang ada di desa bahbutong I yang digambarkan melalui tabel berikut ini: TABEL 12 SARANA OLAHRAGA No Lapangan Olahraga Jumlah 1 Sepak Bola 2 2 Bola volley 2 3 Badmintonbulutangkis 4 4 Tenis Lapangan 4 5 Tenis Meja 4 Jumlah 16 Sumber: Kantor Kepala Desa Nagori Bah Butong I

4.4.8 Sarana Rekreasi Dan Hiburan

Tempat rekreasi yang ada di desa bahbutong I adalah Sebuah air terjun yang di beri nama Air terjun Bahbiak yang terdapat di Afdeling bahbiak. Air terjun ini banyak di datangi tidak hanya oleh penduduk sekitar tetapi juga masyarakat yang dari luar kota seperti pematangsiantar juga datang ketempat ini. Selain itu di desa ini juga terdapat bunga bangkai yang pernah tumbuh dan menghebohkan hingga ke ibukota kabupaten sehingga tempat ini terkenal, namun akibat sarana jalan dan transportasi yang masih sulit akibatnya orang-orang yang ingin liburan ketempat ini menjadi malas karena memakan waktu yang cukup lama dan tenaga yang yang tidak sedikit. Selain itu, di desa ini juga tedapat hiburan keyboard dangdutan yang dilakukan setiap 1 bulan sekali yaitu disaat gajian, dan acara dangdutan ini juga dilengkapi dengan atraksi jarangkepang kuda lumping daan untuk biaya ini di ambil melalui sumbangan sukarela setiap kepala rumahtangga.

4.4.9. Sistem Pemerintahan

Desa bahbutong I atau dalam bahasa simalungun disebut dengan Nagori bahbutong I di pimpin oleh seorang pangulu kepala desa, dimana dalam pemilihan kepala desa pangulu dilakukan dengan demokrasi yaitu dengan cara pemelihan umum dimana seluruh penduduk desa bahbutong I bebas memlih calon kepala desa yang di percaya yang telah mendaftar sebagai calon kepala desa. Pemilihan Kepala desa pangulu di Nagori bahbutong I dilakukan setiap 6 tahun sekali dan dilakukan di 2 afdeling wilayah bagian dari desa, desa bahbutong terdiri dari 2 afdeling yaitu afdeling emplasmen bahbutong dan Afdeling baharen. Dalam menjalankan tugasnya, pangulu juga dibantu oleh seorang sekretaris nagori dimana sekretaris nagori dipilih sendiri oleh pangulu siapa yang ia percaya untuk membantunya dalam menjalankan tugasnya sebagai Pangulu kepala desa dan dibawah sekretaris ada disebut sebagai Kaur pemerintahan, kaur keuangan dan kaur pembangunan, dibawah kaur ada di sebut sebagai gamot dimana di desa bahbutong I terdapat 6 gamot, setelah itu ada disebut LPM Nagori yang tugasnya juga untuk membantu kepala desa dan tingkat terbawah ada di sebut sebagai maujanah dan kepala lorong keplor. Berikut adalah gambar struktur pemerintahan di desa bahbutong I: Gambar 4.1 Struktur Pemerintahan Desa Bahbutong I Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun BAB V Pangulu Kepala Desa Sekretaris desa Kaur Pemerintahan Kaur Keuangan Kaur Pembangunan Gamot 1 Gamot 3 Gamot 5 Gamot 6 Gamot 4 Gamot 2 LPM Nagori Maujanah Kepala Lorong Emplasmen bahbutong Kepala Lorong Afdeling Baharen ANALISIS DATA KONDISI SOSIAL EKONOMI DAN STRATEGI ADAPTASI RUMAH TANGGA KARYAWAN YANG DIRUMAHKAN 5.1. KASUS INFORMAN I 5.1.1. Identitas Informan I Nama : Tionar Br Manullang Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 45 Tahun Pendidikan Terakhir : Sekolah Menengah Pertama SMP Alamat Rumah : Gg. Sortasi No 46, Emplasmen Bahbutong, Nagori bah butong I. Agama : Kristen Protestan Jumlah Anggota Keluarga : 5 orang Suku Bangsa : Batak Toba

5.1.2. Kondisi Sosial Ekonomi Informan I

Informan I merupakan ibu kandung dari penulis, sedikit banyaknya penulis telah merasakan dampak dari salah satu orang tua yang dirumahkan oleh PTPN IV yaitu ibu penulis dan untuk menggali lebih dalam lagi informasi yang dibutuhkan penulis dalam melengkapi penulisan ini, maka penulis melakukan wawancara terlebih dahulu terhadap informan I. Wawancara ini dilakukan pada tanggal 07 April 2013. Pada tanggal 7 April 2013 sekitar pada pukul 18.00 WIB penulis melakukan wawancara, karena pada jam seperti inilah semua anggota keluarga telah selesai melakukan aktivitas dan waktunya untuk istirahat dan kumpul bersama untuk menonton televisi. Maka penulis mulai melakukan wawancara dengan bertanya, “mak, seperti yang mamak ketahui saya mengambil judul tentang permasalahan dampak dari dirumahkannya karyawan PTPN IV Bahbutong dan mamak merupakan salahsatu korban karyawan yang dirumahkan, sebenarnya sebelum mamak dirumahkan sudah berapa lama mamak bekerja sebagai karyawan di PTPN IV Bahbutong ini? “yah..kalau mamak uda bekerja selama 16 tahun lamanya di sini nak, yah sewaktu kamu masih berumur 2 tahun dahulunya”. Trus, di posisi atau jabatan apa mamak ditempatkan sebelum mamak dirumahkan sebagai karyawan? “yah mamak dulu bekerja sebagai pemanen pucuh teh atau lapangan nak” Karyawan yang bekerja dilapangan sebagai pemetik teh pada awalnya bekerja dengan menggunakan tangan untuk memetik pucuk teh tersebut, namun karena tuntutan hasil produksi yang harus banyak maka pihak perusahaan mengganti alat pemetik teh yang pada awalnya menggunakan tangan menjadi menggunakan gunting yang khusus dibuat untuk memetik daun teh agar jumlah daun teh yang didapat cukup banyak. Namun tetap saja hasil produksi dirasa tidak maksimal oleh pihak perusahaan, dan selain itu pihak perusahaan merasa cukup terlalu banyak karyawan yang harus digaji sementara harga daun teh dipasaran dunia turun drastis, maka oleh pihak perusahaan mengganti gunting sebagai alat untuk memanen daun teh menjadi menggunakan mesin buatan jepang yang dalam 2 jam memanen dapat hampir 1 ton daun teh sementara disaat masih menggunakan tangan atau gunting paling besar hanya mendapatkan 400- 500 Kg daun teh dalam 2 jam. “Trus, berapa jam dalam sehari mamak dulu bekerja”? “Yah mamak dulu bekerja mulai dari jam 7 pagi itu harus sudah sampai di tempat bekerja jam 7 jadi berangkat dari rumah yah sekitar jam 6, trus istirahat makan siang jam setengah satu siang sampai jam setengah dua, trus pulang jam 4 sore berarti sekitar 9 jam kerja”. Memang penulis merasakan keadaan dimana dahulunya sebelum dirumahkan oleh pihak perusahaan ibu penulis harus bangun jam 4 pagi untuk menyiapkan makanan dan membereskan rumah, dan saya sebagai anak pertama juga di tuntut untuk harus bangun pagi jam 5 demi membantu ibu seperti menyuci piring menyapu rumah dan halaman serta membantu adik-adik dalam mempersiapkan diri untuk pergi ke sekolah, di sore hari ibu pulang kerja jam 4 sore dan biasanya sampai dirumah pukul 5 sore sementara ayah saya yang juga bekerja sebagai karyawan dan bekerja di bagian produksi teh yang jam kerjanya sejak pukul 3 pagi hingga jam 3 sore kalau tidak lembur dan kalau lembur dapat pulang hingga pukul 9 malam, biasanya sepulang kerja kalau ayah saya tidak lembur ayah langsung pergi keladang dan pulang sekitar jam 6 sore. Sementara saya harus memasak makanan untuk makan malam dan menjaga adik-adik saya, saat itu saya melakukan kegiatan rutin tersebut sejak kelas 5 SD hingga kelas 3 SMP dan setelah tamat SMP saya harus sekolah ke kota siantar dan kos disana sehingga yang membantu ibu saya setiap harinya adalah adik saya. Dan selanjutnya saya mulai bertanya lagi, “Sebelum mamak dirumahkan apakah mamak senang bekerja di perkebunan ini? “yah bila dibandingkan dengan sekarang, mamak sangat senang dulu bekerja karena tidak pusing untuk cari uang dan membiayai kalian anak-anak mamak dan memenuhi kebutuhan kita sehari-hari. Kalau dahulu gaji mamak aja udah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kita, seperti membeli ikan sayur, alat-alat dapur, baju kalian dan lain-lain, sementara untuk gaji bapak bisa untuk bayar uang sekolah klian dan sisanya cukup untuk ditabung”. Memang penulis merasakan dimana saat ibu masih bekerja sebagai karyawan, untuk kebutuhan sehari-hari selalu tercukupi dan tidak pernah ada masalah dengan kebutuhan sekolah, dan ibu masih bisa menabung uang di bank. Selanjutnya penulis bertanya, “Trus, fasilitas- fasilitas apa saja yang di sediakan oleh pihak perusahaan ketika ibu masih menjadi karyawan di perkebunan ini?” “Sewaktu mamak masih bekerja dahulu, seingat mamak fasilitas yang mamak dapat seperti mendapat beras 7½ Kg 2 minggu sekali dan anak juga mendapat tanggungan bantuan beras sebanyak 3½ Kg setiap 1 orang anak, setelah itu mendapat sepatu Boots untuk pelindung saat bekerja, baju dinas sebanyak 2 pasang yang diberikan 1 tahun sekali, tapian alas baju luar untuk bekerja, mendapat subsidi minyak makan curah sebanyak 7 Kgbulannya, mendapat gaji 2 kali sebulan yaitu gajian besar dan gajian kecil, serta mendapat jamsostek dimana kalau sakit dan harus dirawat di rumah sakit semua biaya di tanggung oleh perusahaan”. Melalui jawaban informan I tersebut dapat dilihat bahwa pihak perusahaan benar-benar memperhatikan kesejahteraan karyawannya, baik dalam sandang dan pangan juga kesehatan karyawan turut di perhatikan oleh pihak perusahaan, maka penulis pun berlanjut pada pertanyaan berikutnya. “Jadi mak, sebelum dirumahkan apakah pihak perusahaan telah terlebih dahulu menginformasikan kepada karyawan bahwa perusahaan akan merumahkan sebagian karyawan dan bagaimana perasaan mamak pada saat mendengar kabar tersebut dan apa alasan sehingga karyawan harus dirumahkan?” “Jantunganlah Resah dan gelisah Pening memikirkan tentang gimana untuk mencari uang lagi dengan umur yang udah tua, anak-anak masih sekolah sedangkan 2 orang saja yang bekerja masih pas-pasan uangnya apalagi tinggal satu orang saja yang bekerja aduh gk habis pikirlah, keringat dingin dan mau pinsan rasanya waktu pertama kali dengar kabar itu”. Menurut informasi yang didapat, yang menjadi alasan mengapa pihak perusahaan merumahkan sebagian dari karyawannya adalah karena pihak perusahaan merugi akibat harga teh di pasaran dunia yang turun drastis serta dengan adanya mesin pemanen daun teh sehingga hanya memerlukan karyawan yang sedikit untuk memanen daun teh bila dibandingkan dengan memanen dengan menggunakan tangan atau gunting, sehingga hanya menggaji karyawan yang jumlahnya hanya sedikit dan dapat mengurangi pengeluaran keuangan perusahaan dan tidak mengalami kerugian yang semakin besar. Sebelum dirumahkannya karyawan oleh pihak perusahaan, karyawan telah melakukan protes dengan melakukan demonstrasi ke kantor pusat PTPN IV di Medan, karyawan menuntut agar pihak perusahaan mencari jalan lain agar tidak merumahkan karyawan dan apabila memang harus dirumahkan hak-hak karyawan harus dipenuhi terlebih dahulu. Dan hasil yang di dapat dari tuntutan tersebut adalah: 1. Karyawan bisa tetap bekerja sebagai karyawan di PTPN IV tetapi dengan syarat suami dan istri keduanya harus pindah bekerja ke perkebunan kelapa sawit dimana perkebunan kelapa sawit tersebut masih di bawah naungan PTPN IV. 2. Suami dapat tetap bekerja di perkebunan PTPN IV Bahbutong akan tetapi istri memiliki status dirumahkanwanita tanggungan pria WTP dan menerima gaji bulanan sebesar Rp.200.000,- 3. Karyawan yang dirumahkan memiliki status dirumahkan hingga umur 45 tahun dan setelah mencapai umur 45 tahun akan dipensiundinikan oleh perusahaan. Dengan suasana yang semakin hening setelah informan I menceritakan tentang bagaimana perasaannya ketika mengetahui akan dirumahkan oleh perusahaan, maka penulispun melanjutkan pertanyaan kembali “bagaimanakah perasaan mamak ketika pertama kali menerima surat yang menyatakan mamak telah resmi menjadi status dirumahkan oleh pihak perusahaan? Dengan mata yang berlinang dan nada yang terisak-isak informan I pun menjawab dengan pelan “ketika mamak menerima surat itu, dalam hati mamak menangis dan terus bertanya dalam hati, gimananya anak-anak ku yang 3 itu, bisanya mereka ku sekolahkan sampai tinggi biar jangan sampai sama nasibnya seperti kami orang tuanya. Terus kami ada sekitar ratusan termasuk teman dekat mamak waktu kerja kami menangis bersama di kantor itu ketika menerima surat resmi kami dirumahkan”. Maka suasana dirumah Informan I pun semakin hening dan penulis pun sebagai anak pertama dari Informan I menangis dan terbawa dalam suasana ketika mengetahui cerita sebenarnya yang terjadi, memang selama ini saya penulis dan sebagai anak dari Informan I tidak mengetahui kesedihan yang di alami oleh ibu saya karena ibu saya tidak pernah menunjukkan kesedihannya di depan kami anak-anaknya. “lihatlah adekmu samsul, dia terpaksa tidak bisa melanjutkan kuliah karena kau nak taulah keuangan kita, dia jadi harus merantau ke Bogor dan bekerja disana, sebenarnya mamak sedih sekali liat adekmu itu yang tidak bisa kuliah padahal dia sebenarnya ingin kuliah tapi dia mengerti dengan keadaan kita dan dia memilih merantau ke Bogor. Untung saja kemarin kamu bisa masuk ke perguruan tinggi negeri uang kuliahmu tidak terlalu mahal, hanya mengusahakan uang perbulanmu saja”. Suasana pembicaraan pun semakin hening dan mengharukan, saya sebagai anak pertama merasa tidak bisa berbuat apa-apa terhadap keluarga saya, saya tidak mengetahui segala permasalahan dan kesusahan yang dialami keluarga saya, karena penulis jauh dari keluarga karena kos di medan, ditambah lagi keluarga tidak pernah menceritakan masalah yang ada karena takut menjadi beban pikiran saya di perantauan. Penulispun menangis setelah mengetahui apa sebenarnya yang terjadi, dan ibu saya berkata: “udalah nak, jangan nangis lagi, sebentar lagi kan udah mau selesainya kuliahmu, nanti langsung cari kerjalah kau nak biar bisa kau sekolahkan adek-adekmu ini sampai sarjana seperti kau nak. Mamak bangga punya anak-anak seperti kalian dan itu yang buat mamak kuat dan sehat sampe sekarang “sai di dapot hamu ma sude na pinacarianmu dohot sude cita-cita muna, Amin”, dalam bahasa indonesia nya dapat diartikan “selalu tercapailah segala keinginan dan cita-cita kalian anak-anak ku, Amin”. Penulis pun sebagai anak dari informan I semakin tersentuh dengan nasehat dari ibu saya tersebut dan semakin semangat untuk mengerjakan skripsi agar cepat selesai dan bisa diwisuda. Maka penulispun kembali bertanya kepada Informan I, jadi mak sebelum dirumahkan apa keluarga kita memiliki harapan atau rencana untuk masa depan? “iya ada nak, dulu mamak sama bapak pernah berencana ingin membeli tanah di siantar dan membangun rumah, yah.. sebagai persiapan bila mamak sama bapak uda pensiun dan kita harus pindah dari perumahan kebun ini. Selain itu kami juga berencana ingin menyekolahkan kalian hingga jadi sarjana dan membeli tanah untuk dijadikan ladang, memang tanah disiantar untuk tapak rumah uda terbeli, namun harus terpaksa dijual karena untuk uang kuliahmu pertama kali kuliah dulu dan membeli tapak rumah di daerah perkampungan karena lebih murah bila dibandingkan di siantar. Yah kalau untuk menguliahkan kalian belum tau hasilnya, yang pastinya kamu uda mau selesai dan mudah- mudahan adik mu nomor 2 dan nomor 3 kalau ada rejeki pasti dikuliahkan juga dan mamak berharap besar samu mu sebagai anak nomor 1 jadi bantu-bantulah adek-adekmu ya..”. Dalam suasana wawancara yang hening dan sedih, maka penulispun menunda pertanyaan-pertanyaan yang lain dalam mencari informasi untuk melengkapi tulisan ini sampai besok, karena waktu juga sudah menunjukkan pukul 21.24 WIB dan waktunya semua anggota keluarga untuk istirahat dan tidur malam. “Yah sudahlah ya mak, uda capek mamak ku lihat, tidurlah mamak yah, besok kita lanjutin lagi wawancaranya.” “Oh, ialah nak, mamak pun uda ngantuk juga ini. Klian pun tidurlah yah…”. Berbicara tentang kehidupan dasar keluarga dari Informan I, informan 1 merupakan ibu rumah tangga yang memiliki seorang suami yang bernama M. Situmorang, bapak M.situmorang bekerja sebagai karyawan di PTPN IV bahbutong dan bekerja di pabrik bagian pengepakan teh. Mereka memiliki 3 orang anak, dimana ke 3 nya merupakan anak laki-laki dan penulis merupakan anak pertama yang bernama dedi situmorang yang berumur 24 tahun dan sedang kuliah di universitas sumatera utara. Sementara anak ke 2 bernama Samsul riadi situmorang dan berumur 21 tahun, anak ke 2 dari Informan I saat ini sedang merantau ke pulau jawa tepatnya di kota bogor. Sebenarnya anak ke 2 ini setelah tamat dari SMK negeri pematang siantar berkeinginan melanjutkan pendidikannya ke universitas, namun karena keuangan dari keluarga Informan I yang tidak mampu membiayai pendidikan tersebut, akhirnya anak ke 2 ini memilih untuk merantau terlebih dahulu dan kalau sudah ada rejeki kemungkinan akan melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Sementara anak ketiga dari Informan I bernama wirman situmorang, sekarang berumur 17 tahun dan sedang duduk di kelas 2 SMA Negeri sidamanik. Dalam keluarga Informan I tidak memiliki anggota keluarga lain atau atau orang lain yang tinggal ngekos bersama-sama dengan keluarga ini. Penulis pun kembali bertanya kepada Informan I “bagaimanakah hubungan anda dengan suami anda semenjak anda dirumahkan oleh pihak perusahaan? “hubungan kami yah baik-baik saja, walaupun ada pertengkaran sedikit yah namanya juga rumahtangga biasa bertengkar, tapi dapat kami selesaikan baik-baik karena ingat kalian yang udah besar-besar malulah kalau sampai tau klian kami bertengkar. Walaupun mamak sudah gak kerja lagi sebagai karyawan dan bapak yang bekerja sendiri tapi bapak tetap ngerti keadaan mamak”. Bagaimanakah hubungan keluarga anda dengan tetangga anda? “hubungan saya dengan para tetangga saya yah sangat baik, walaupun tetangga saya banyak yang beragama muslim baik di depan rumah, samping kiri dan kanan serta belakang rumah adalah beragama muslim kami tetap kompak dan tidak pernah selisih paham apalagi berantam, kami ini kan statusnya sama-sama merantau ke desa ini dan sama-sama bekerja di PTPN IV Bahbutong, yah jadi kami saling membantu karena tau gimana suka-duka nya bekerja disini”. Pada dasarnya penulis juga merasakan sikap toleransi dan menghargai antar penduduk di desa ini, penduduknya ramah-tamah dan saling peduli dengan tetangga masing-masing. Keesokan harinya, pada pukul 17.00WIB, penulis kembali melakukan wawancara kepada Informan I, tepat disaat istirahat keluarga setelah selesai melakukan aktifitas masing-masing. “sewaktu mamak dahulu masih aktif bekerja sebagai karyawan, gaji perbulan yang mamak terima kira-kira berapa mak?” Penulis kembali bertanya guna mendapatkan informasi. “yah, orang mamak dahulu waktu masih bekerja nerima gaji 2 minggu sekali, ada istilahnya gajian besar dan gajian kecil, kalau gajian besar biasanya sekitar awal awal bulan yaitu tanggal 1 dan besarnya gaji tergantung sama banyaknya pucuk teh yang mamak dapat waktu bekerja, rata-rata mamak nerima gaji Rp.500.000,- sampai dengan Rp.700.000,- sementara untuk gajian kecilnya biasanya di berikan sekitar tanggal 20 dan besarnya hanya sebesar Rp.200.000,- hingga Rp.300.000,-”. Dengan gaji sebesar Rp.1.000.000,- yang diterima setiap bulannya oleh Informan I untuk memenuhi kebutuhan keluarga setiap harinya dirasa sangatlah cukup dan ditambah dengan gaji suami. Selain menerima gaji, apakah perusahaan memberikan tunjangan lain kepada karyawannya? “kami semua karyawan juga menerima tunjangan lain seperti THR waktu lebaran dan menerima bonus atau kami sebut dengan bonusan yang diberikan setiap 1 tahun sekali”. Sebagai perusahaan yang di kelolah oleh BUMN, PTPN IV Bahbutong secara rutin memberikan THR Tunjangan Hari Raya setiap tahunnya dan rata-rata karyawan menerima 1-2 juta di lihat dari pangkat atau golongan karyawan, sementara untuk bonus pekerjaan diberikan setiap bulan 6 atau bulan 7 pada tiap tahunnya dan besarnya uang bonus yang di berikan yaitu sekitar 4-6 juta dilihat dari tingginya golongan karyawan. Informan 1 menuturkan: “kalau untuk dari gaji bapakmu perbulannya cukup hanya untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari saja tetapi kalau untuk menyekolahkan kalian bertiga hingga kuliah pasti tidak cukup”. Dalam hal ini, penulis memang melihat dan merasakan bahwa dengan gaji dari suami informan 1 yang diterima setiap bulannya hanya berjumlah sekitar Rp.1.560.000,00 dirasa hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari saja seperti sandang dan pangan. Oleh karena itu, untuk membantu perekonomian keluarga informan 1 mencari pekerjaan lain semenjak di rumahkan sebagai buruh harian lepas di perkebunan kopi milik warga. “ untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari mamak bekerja di ladang kopi dan digaji Rp.45.000,00 dalam sehari dan uang inilah yang dipake untuk belanja makan sehari- harinya dan gaji bapak dipakai untuk membiayai sekolah anak-anak”. Penulis melihat, sebagian besar karyawan yang dirumahkan oleh pihak perusahaan memilih mencari pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan pekerjaan yang dilakukan yaitu sebagai buruh harian lepas di perkebunan kopi milik warga di desa sirube-rube kecamatan pematang sidamanik, daerah ini letaknya bersebelahan dengan kecamatan sidamanik dan berjarak sekitar 30KM dari desa bahbutong, untuk mencapai desa sirube-rube BHL menggunakan mobil sewa yang desebut dengan Mopen mobil pendek. Pada dasarnya, karyawan yang bekerja di Perkebunan Teh bahbutong menempati rumah dinas yang disediakan oleh PTPN IV, namun apabila telah tidak bekerja di PTPN IV maka karyawan yang telah tidak bekerja tersebut harus meninggalkan rumah tersebut dan mencari tempat tinggal lain. Selain memberikan fasilitas rumah yang disediakan oleh pihak perusahaan, perusahaan juga menyediakan air bersih yang dialirkan langsung melalui mata air bahbiak yang berada sekitar 5km dari desa bahbutong. Informan 1 berkata: “Rumah dan air bersih di berikan gratis oleh pihak perusahaan, oleh karena itu sangat membantu bagi kami”. Untuk memasak makanan sehari-hari informan 1 menggunakan gas elpiji untuk memasak ikan dan sayur, untuk memasak air minum keluarga informan 1 menggunakan kayu bakar karena dapat menghemat energy kerana apabila menggunakan gas akan memakan gas yang cukup banyak sementara untuk memasak nasi menggunakan ricecooker. Penulis melihat kondisi perumahan informan satu sangatlah sederhana, yaitu memiliki 1 unit TV 21 inci, 1 unit CD Player, 1 unit tape, ricecooker, sanyo dan handphone. “rata-rata uang listrik yang kami bayar perbulannya yaitu Rp.45.000-Rp.50.000,00”. Penulis juga melihat suasana rumah informan 1 khususnya pada pekarangan dimana di setiap rumah dinas perkebunaan memilki pekarangan yang lumayan luas sekitar 4-5 meter, informan satu memanfaat pekarangan untuk menanam sayur-sayuran seperti daun ubi, daun sop, bawang batak dan juga untuk pekarangan belakang dimanfaatkan sebagai kandang ayam. “kami memiliki ayam sebanyak 15 ekor, yah lumayan membantu dikit-dikit keuangan karena ayam dan telurnya dapat dijual”. Pada dasarnya dalam menjaga kesehatan keluarga, informan 1 hanya membeli obat ketika salah satu anggota keluarga sakit dan obat tersebut dapat di beli di warung yang ada di sekitar tempat tinggal. Apabila ada anggota keluarga ibu yang sakit parah apakah yang keluarga ibu lakukan? “apabila ada keluarga kami yang sakit parah maka kami akan langsung membawa kerumahsakit apa lagi pihak perusahaan PTPN juga memberikan bantuan kepada anggota keluarga karyawan baik anak maupun istri yang sakit dimana perusahaan menanggung semua biaya rumahsakit”. 5.2. KASUS INFORMAN II 5.2.1. Identitas Informan Nama : L. Panjaitan Jenis kelamin : Perempuan Usia : 47 Tahun Pendidikan terakhir : SMP Alamat rumah : Emplasmen Bahbutong, Kecamatan Sidamanik. Agama : Kristen Protestan Suku : Batak Toba Jumlah anggota keluarga : 4 Orang

5.2.2 Kondisi Sosial Ekonomi Informan II

Penulis mengenal informan II melalui informan I yaitu pada tanggal 9 april 2013. Pertemuan dengan informan II diawali ketika penulis meminta diperkenalkan dengan karyawan lain yang juga menjadi korban pengurangan karyawan oleh PTPN IV dengan cara dirumahkan. “Biasanya sekitar jam 6 sore penduduk disini baru ada di rumah, setelah selesai melakukan kerjaannya masing-masing seperti pulang dari ladang, sapa informan I”. Sekitar pukul 6 sore penulis pun pergi kerumah calon informan II dengan ditemani oleh informan I, jarak rumah informan I dengan informan II tidaklah terlalu jauh hanya berjarak sekitar 200-300 meter. Sesampai dirumah informan II ternyata informan II belum berada dirumah dan hanya bertemu dengan july yang merupakan anak informan II. Mamak belum pulang kerja bang, biasanya memang mamak uda pulang jam segini. Bapak lagi jemput mamak ke tempat kerjaannya. Sementara menunggu informan II pulang, penulispun memulai pembicaraan dengan july boru silalahi yang merupakan anak dari informan II dan july merupakan anak ke 2 dari dua bersaudara dan masih duduk di kelas 2 SMA. July bertanya tentang maksud dan tujuan penulis ingin bertemu ibunya, penulis menjelaskan bahwa penulis sedng mengumpulkan data tentang karyawan yang dirumahkan dan bagaimana strategi keluarga informan dalam mempertahankan social ekonomi keluarga. Sekitar 15 menit kemudian, akhirnya informan II datang dengan di bonceng menggunakan sepeda motor oleh suaminya. “Oh mak dedi, ada apa ini datang kerumah, uda lama lah nunggu yah? Sapa informan II kepada kami.” Maka penulis pun menjelaskan tentang maksud dan tujuan kedatangan penulis dan setelah dijelaskan maka informan II pun mohon ijin untuk mandi sebentar karena baru pulang dari ladang. Ketika menunggu informan II, suami informan II mendatangi penulis dan bertanya: “ada apa dedi mau ketemu sama nantulang, apa ada yang penting?” Penulis menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan penulis, begini tulang saya ada tugas dari kampus untuk mencari data-data guna menyelesaikan skripsi saya. “memang data-data apa, kenapa tidak tulang aja yang di wawancarai dedi? Tanya suami informan II kembali, penulis pun menjawab: yang saya wawancarai adalah karyawan yang dirumahkan oleh PTPN IV tulang, dimana setelah dirumahkan bagaimana strategi adaptasi rumahtangga karyawan tersebut untuk memenuhi kebutuhan keluarga setiap harinya. Setelah dijelaskan maksud dan tujuan dari kedatangan penulis, akhirnya suami informan II mengerti dan setelah beberapa menit kemudian akhirnya informan II selesai membersihkan diri dan siap untuk diwawancarai begitu juga dengan informan I yang membawa penulis dan mengenalkan kepada informan II permisi untuk pulang. Sekitar pukul 19.28 WIB penulis memulai wawancara, diawal pembicaraan informan II terlebih dahulu menanyakan seputar kuliah penulis karena informan II termasuk mengenal keluarga penulis. “lagi penelitian ya dedi, uda mau selesai lah ya kuliahnya, Tanya informan II kepada penulis” iya nantulang ini lagi penelitian untuk menyelesaikan skripsi jawab penulis. Penulis menceritakan seputar perkembangan perkuliahan penulis serta kemudian dilanjutkan dengan wawancara mengenai kehidupan informan II, dalam pengamatan penulis bahwa informan II begitu antusias dengan permasalahan yang di bahas oleh penulis, hal ini dapat dilihat dari setiap jawaban yang dikemukakan oleh informan II mendapat respon positif serta komunikasi yang dibangun begitu interaktif. Penulis melihat bahwa keluarga informan II adalah keluarga yang bahagia, hal ini terlihat dari kekompakan yang terjalin antara suami dan istri serta anak mereka. Informan II memiliki 2 orang anak dan keduanya merupakan perempuan, padahal biasanya dalam adat batak jika belum memiliki anak laki-laki belumlah merupakan sebuah keluarga yang lengkap karena dalam adat batak anak laki-laki merupakan penerus marga dari marga ayah dan biasanya apabila dalam 1 keluarga batak tidak memiliki anak laki-laki si suami akan bersikap antagonis terhadap istri. Namun hal ini tidaklah terjadi dalam keluarga informan II, pak silalahi yaitu suami informan II begitu menyayangi keluarga mereka, hal ini terlihat dari sikap suami yang mengayomi keluarganya, ketika penulis melakukan wawancara suami informan II sedang memperhatikan anaknya yang sedang belajar dan sesekali turut membantu anaknya apabila anaknya ada kesulitan. Sekitar pukul 20.15 WIB informan II mengajak penulis untuk makan malam, penulis menyadari memang sudah saatnya untuk makan malam selain itu penulis juga melihat informan II seperti sudah kelelahan karena baru pulang dari ladang, maka penulis membuat janji untuk melanjutkan kembali wawancara pada esok hari dan setelah ditanya ternyata informan II tidak memiliki kegiatan utuk besok dan hanya dirumah saja, maka penulispun permisi pulang dan membuat janji untuk melanjutkan wawancara pada esok hari. Pada keesokan harinya sekitar pukul 08.30 WIB penulis kembali mendatangi rumah inforaman II, sesampai dirumah ternyata informan II sedang menyuci pakaian dan informan II meminta penulis untuk menunggu sebentar, setelah hampir pukul 9 pagi akhirnya informan II selesai mengerjakan pekerjaan rumahtangganya. “maaf yah dedi jadi lama menunggu, biasalah mamak-mamak banyak kerjaan dirumah sapa informan II”. Oh, tidak apa-apa nantulang, memang pekerjaan nantulang sudah selesai semua, tidak apa-apa koq nantulang dedi tunggu sampai selesai jawab penulis. Ternyata informan II sudah menyelesaikan pekerjaannya sebagai ibu rumahtangga, maka penulis berlanjut terhadap wawancara yang sebelumnya sempat tertunda, saat penulis melakukan wawancara informan II hanya sendiri berada dirumah karena suami nya sedang bekerja sementara anaknya sedang sekolah Yah beginilah dedi kerjaan nantulang tiap harinya sejak nantulang dirumahkan oleh perusahaan, klo gda yang manggil untuk kerja diladang orang, yah dirumah ajalah nantulang beresin rumah. Dari wawancara yang dilakukan di dapat informasi bahwa informan II berasal dari daerah tanah jawa yaitu sebuah kecamatan di derah simalungun dan kemudian merantau ke bahbutong dan menjadi karyawan di PTPN IV bahbutong tahun 1992, informan II menyelesaikan pendidikan terakhirnya di bangku SMP. Informan II telah menjadi karyawan tetap di PTPN IV Bahbutong selama 21 tahun sebelum akhirnya di rumahkan pada tahun 2006 hingga sekarang, apakah yang nantulang rasakan saat bekerja menjadi karyawan di perkebunan bahbutong? Tanya penulis kepada Informan II, “nantulang sangat senang bisa bekerja di perkebunan ini dulunya, karena gajinya lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga nantulang, di tambah lagi tunjangan seperti bonus dan subsidi seperti beras, minyak makan, gula, peralatan kerja dan lain-lain yang diberikan oleh pihak perusahaan, pokoknya pihak perusahaan sangat memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Jadi nantulang, sebelum PTPN IV merumahkan sebagian dari karyawan apakah pihak PTPN IV telah menginformasikan terlebih dahulu kepada karyawannya? Tanya penulis kembali kepada informan II. Sekitar 6 bulan sebelum kami dirumahkan memang pihak perusahaan telah memberitahukan kepada kami para karyawan bahwa karyawan yang dilapangan atau pemanen akan dirumahkan oleh pihak perusahaan. menurut informasi yang di dapat penulis, bahwa informan II begitu sangat sedih setelah mendengar bahwa karyawan pemanen akan dirumahkan hal ini terjadi karena perusahaan merugi akibat dari turunnya harga jual teh di pasaran dunia serta sulitnya bersaing dengan Negara penghasil teh lainnya. Sebelum informan II dirumahkan, menurut informasi yang di dapat penulis, bahwa karyawan yang akan dirumahkan telah melakukan protes agar pihak perusahaan tidak jadi merumahkan karyawannya, namun tuntutan tersebut tidak dikabulkan oleh pihak perusahaan dengan alasan bahwa keputusannya sudah bulat karena perusahaan telah merugi dan tidak sanggup untuk membayar gaji karyawannya. Ketika petama kali saya memegang dan membaca surat yang menyatakan saya telah resmi dirumahkan, hati saya sangat hancur dan takut untuk melihat hidup keluarga saya kedepannya, berdua saja kerja masih di bilang pas-pasan penghasilan kami, bagaimana lagi kalau hanya tinggal satu orang saja yang bekerja. Ditambah lagi saya dan suami saya telah merencanakan akan membangun rumah dan kami telah mengumpulkan uang sedikit-sedikit tetapi sepertinya rencana tersebut akan batal karena kondisi sekarang berbeda, hanya tinggal suami saja yang bekerja dan penghasilan kami hanya cukup untuk menyekolahkan anak saja, kami tetap berharap dan berdoa semoga ada rejeki supaya rencana untuk membangun rumah bisa tercapai, lanjut informan II. Angggota keluarga informan II berjumlah 4 orang yaitu 2 orang anak perempuan dan suami, kedua anak informan II sedang sekolah yaitu yang paling besar mengenyam pendidikan AKBID di medan sedang kan anak kedua duduk di bangku SMA kelas III, sementara suami Informan II bekerja sebagai karyawan di PTPN IV yaitu di bagian pengolahan daun teh. Bagaimanakah hubungan nantulang dengan suami semenjak dirumahkan? Penulis kembali bertanya kepada Informan II. “Yah, hubungan kami tetap baik, namanya juga suami istri pasti kami akan memberikan yang terbaik untuk keluarga kami, itu sudah menjadi komitmen dari awal pernikahan kami, jawab informan II sambil tersenyum”. Selanjutnya, penulis mengalihkan pembicaraan ke topik yang lain yaitu mengenai kondisi pendapatan keluarga informan II. Sebelum nantulang dirumahkan berapakah rata-rata gaji atau upah yang nantulang terima setiap bulannya? Kalau masalah gaji, orang nantulang dulu menerima gaji 2 kali dalam sebulan yaitu gajian besar dan gajian kecil atau yang sering kamu sebut dengan pinjaman, kalau besarnya gaji kami dihitung dari berapa banyak kami dapat memanen pucuk teh, biasanya rata-rata gaji yang natulang terima kalau gajian besar sekitar Rp.750.000 sampai Rp.850.000. sedangkan gajian kecil biasanya rata-rata Rp.300.000. Selain dari gaji yang di terima tiap bulannya, informan II juga menerima bonus yang biasanya diberikan 2 tahun sekali dan besarnya bonus di hitung dari tingginya golongan karyawan dan besarnya gaji pokok. Menurut informasi yang di dapat informan II terakhir kali menerima bonus sebesar Rp.4000.000. sebelum akhirnya dirumahkan. Informan II juga menerima THR tiap tahunnya dan besarnya nominal THR juga dihitung dari tingginya golongan karyawan. Selanjutnya, informan menceritakan tentang kondisi keuangan keluarganya, dahulu sebelum nantulang dirumahkan nantulang masih bisa menyimpan uang sedikit-sedikit karena gaji tulang saja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga nantulang sedangkan gaji nantulang bisa disimpan, sekarang keluarga nantulang hanya berharap dari gaji tulang saja sendiri, yah gimanalah tambah lagi anak-anak nantulang uda semakin tinggi sekolahnya pasti biayanya semakin besar, kalau sekarang masih bisa di cukupi biaya sehari-sehari karena masih ada uang simpanan nantulang, tapi kalaulah habis uang simpanan itu gak tau lagi nantulang mau gimana” keluh informan II. Memang kedua anak informan II masih duduk di bangku sekolah, yang paling besar kuliah di AKBID Medan dan pasti uang kuliahnya sangat besar, sementara anak keduanya duduk di bangku SMA kelas 3 dan pasti membutuhkan biaya yang besar juga. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga informan II, maka informan II mencari pekerjaan sebagai buruh tani disekitar tempat tinggalnya. Upah sebagai buruh tani sebanyak Rp 45.000,- hari. “walapun nantulang sudah tidak bekerja lagi sebgai karyawan, tetapi nantulang bisa bekerja sebagai buruh tani diladang orang lain dan gajinya bisa nantulang gunakan untuk kebutuhan belanja didapur sehari-hari”. Selanjutnya penulis bertanya mengenai kondisi rumah informan II, pada dasarnya setiap karyawan PTPN IV menempati rumah yang disediakan oleh pihak perkebunan beserta dengan fasilitas seperti air bersih secara gratis. Rumah informan II juga memiliki perkarang rumah yang lumayan luas dan digunakan untuk menanam sayur-sayuran seperti daun ubi, bayam, cabe dan lain-lain. Informan II juga memelihara beberapa ekor ayam disamping rumahnya, informan II juga memiliki barang-barang elektronik seperti rice cooker, televise, digital, DVD player dan satu buah handphone. Setelah mendapatkan informasi mengenai kondisi rumah informan II penulis melanjutkan pertanyaan mengenai kondisi kesehatan keluarga informan II. Dalam menjaga kesehatan keluarga apakah nantulang membuat persediaan obat-obatan dan selain itu apakah ada cara-cara khusus dalam menjaga kesehatan keluarga nantulang,Tanya penulis kembali pada informan II. Yah, kalau keluarga nantulang semenjak anak nantulang yang paling besar kuliah di AKBID dialah yang menyediakan obat-obat dirumah, kalau tidak salah obat-obat yang generik, mengenai cara-cara khusus dalam menjaga kesehatan keluarga nantulang tidak ada,yah..kalau sakit langsung minum obat dan kalau sakitnya parah langsung kerumah sakit, karena pihak perkebunan memberikan asuransi kesehatan kepada karyawan maupun anggota karyawan yang sakit dan biaya pengobatan tersebut sepenuhnya ditanggung oleh pihak perusahaan. Penulis juga mendapat informasi bahwa anggota keluarga informan II tidak ada yang menderita penyakit akut, informan II juga ikut menjadi peserta asuransi jiwa disalah satu perusahaan asuransi nasional. Mengenai pendidikan keluarga informan II bahwasannya informan II memiliki dua orang anak yang masih sekolah yang paling besar duduk dibangku kuliah akademi kebidanan di medan dan anak keduanya duduk di bangku SMA kelas 3 yang berada di kecamatan sidamanik dekat dengan rumah informan II. Untuk biaya sekolah, yang paling banyak memerlukan biaya adalah anak nantulang yang di AKBID, tetapi untung saja uang kuliahnya bisa di cicil, tapi untuk uang praktek dan uang makannya rata-rata nantulang harus mengirim uang 1,5 juta perbulannya. Tetapi untuk anak saya yang paling kecil tidak terlalu besar biayanya karena sekolah negeri paling uang bukunya yang harus nantulang pikiri karena uang bukunya sangat mahal rata-rata tiap semesternya nantulang mengeluarkan uang buku sampai Rp.400.000,- Dalam kondisi social informan II memiliki hubungan yang baik dengan tetangganya, hal itu dapat dilihat dari sikap ramah yang penulis lihat dari setiap informan berpapasan dengan tetanganya pasti akan menyapa, apakah nantulang mengikuti kegiatan seperti arisan atau yang lain-lain Tanya penulis, nantulang mengikuti arisan marga dan juga mengikuti partangiangan dari gereja. 5.3. KASUS INFORMAN III 5.3.1 Identitas Informan Nama : T. Br Siringo Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 45 Tahun Pendidikan terakhir : SMP Alamat Rumah : Emplasmen Bah-Butong I Kecamatan Sidamanik Agama : Kristen Protestan Suku : Batak Toba Jumlah Anggota Keluarga : 5 Orang

5.3.2 Kondisi Sosial Ekonomi Informan III

Pada dasarnya, informan III masih merupakan keluarga penulis karena adanya hubungan persaudaraan dari marga selain itu juga informan III memiliki rumah yang cukup dekat dengan rumah penulis, oleh karena itu penulis tidak terlalu sulit untuk mendapatkan informasi dari informan III, letak rumah informan III dengan rumah penulis hanya berjarak sekitar 10 meter. Pada tanggal 11 april sekitar pukul 17.00 WIB, penulis mendatangi rumah informan III, ketepatan informan III beserta suaminya sedang berada di rumah dan sedang menggiling kopi. Selamat sore mang boru, wah lagi penen nih yah mangboru, sapa penulis kepada keluarga Informan III, “yah lumayanlah dedi, ada sedikit-sedikit dari ladang kita itu balas suami informan III. Uda gimana kuliahmu dedi, mangboru dengar uda skripsi kamu yah Tanya suami informan III kepada penulis, yah begitulah mangboru, ini saya lagi penelitian untuk melengkapi data-data skripsi saya jelas penulis kepada suami informan III. Penelitian saya berbicara tentang strategi adaptasi rumahtangga karyawan yang dirumahkan PTPN IV Bahbutong di desa bahbutong I kecamatan sidamanik kabupaten simalungun dalam mempertahankan social ekonomi keluarga, jadi disini yang menjadi informan saya adalah namboru sebagai karyawan yang menjadi korban dirumahkan. Oh, begitu yah sudah lanjutlah wawancaranya, sapa suami informan III kembali. Maka informan III pun mempersilahkan penulis untuk masuk kedalam rumah supaya suasananya enak dan tenang. Selanjutnya penulis memulai melakukan wawancara, jadi bou sebelum dirumahkan uda berapa lama bou menjadi karyawan di Perkebunan ini, bou menjadi karyawan di perkebunan ini sejak tahun 1992 yah sudah hampir 15 tahun sampai nantulang dirumahkan. Selanjutnya informan III sebelum dirumahkan bekerja sebagai pemanen pucuk teh dan bekerja dari pukul 8 pagi hingga pukul 4 sore dan hari kerjanya dari senin hingga sabtu. Bou sangat senang sekali dahulunya bisa bekerja di perkebunan ini, karena selain gajinya yang lumayan bonusnya juga ada biasanya kami menerima gaji 2 kali dalam sebulan yaitu gajian besar dan gajian kecil. Sama seperti halnya informan I dan informan II gaji dan bonus yang diterima karyawan rata-rata sama jumlahnya dan juga fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh pihak perkebunan juga sama seperti rumah, alat-alat kerja dan air bersih. Selanjutnya informan III menceritakan awal dari pihak perkebunan akan merumahkan sebagian dari karyawannya, seingat bou, 3 bulan sebelum kami resmi dirumahkan memang sudah ada kabar kalau pihak PTPN mengalami kerugian dan akan melakukan pemutasian dan merumahkan karyawannya. Saat mendengar kabar tersebut kami karyawan sangat sedih dan kuatir apabila kami karyawan jadi dirumahkan oleh pihak perusahaan bagaimana dengan nasib keluarga kami untuk selanjutnya hingga akhirnya surat resmi yang menyatakan kami resmi telah dirumahkan telah keluar. Awalnya kami memang telah melakukan protes dan mohon pengertian dari pihak perusahaan agar kami tidak jadi dirumahkan dengan cari melakukan demonstrasi ke kantor pusat PTPN IV yang ada di medan namun tuntutan kami tidak di kabulkan hingga akhirnya kami resmi dirumahkan. Awal bou menerima surat resmi yang menyatakan resmi dirumahkan bou sangat sedih sekali, bou memikirkan gimana dengan ekonomi keluarga bou, karena 2 orang saja yang bekerja bisa di bilang gaji yang diterima pas-pasan gimana lagi kalau hanya 1 orang saja yang bekerja. Apa lagi anak-anak bou masih sekolah, bou benar-benar pusing dan bingung jika memikirkan tentang biaya sekolah anak-anak. Informan III memiliki empat anggota keluarga, yaitu seorang suami serta tiga anak dimana ada dua anak perempuan dan satu anak laki-laki, ketiga anak informan III masih duduk di bangku sekolah dimana anak pertama yaitu merupakan seorang perempuan duduk di bangku kuliah semester 4, anak keduanya juga seorang perempuan duduk di kelas tiga SMA dan anak ketiganya yaitu seorang laki-laki duduk di bangku kelas 1 SMP, Suami informan III bekerja sebagai karyawan di PTPN IV dan posisi kerjanya sebagai mandor di bagian pengolahan daun teh. “bagaimanakah hubungan bou dengan suami bou sejak bou dirumahkan?”. “hubungan keluarga kami tetap baik, sejak awal bou dirumahkan suami bou lah yang memberikan semangat kepada bou agar tidak terlalu setres memikirkan bagaimanakah nasib keluarga kami. Suami bou selalu memberikan semangat agar bou tetap kuat dalam menjalani hari- hari dan mendidik anak-anak kami walaupun di awalnya bou memang sangat bingung dan takut ketika bou harus dirumahkan, bou selalu memikirkan bagaimana cara kami untuk menyekolahkan anak-anak kami hingga keperguruan tinggi sementera yang bekerja saja hanya suami saja, namun kekawatiran itu perlahan hilang ketika suami bou naik jabatan sebagai mandor, yah gaji mandor lumayan dedi dibanding ketika suami bou masih menjadi karyawan biasa”. Mengenai kondisi pendapatan, informan III bercerita bahwa sebelum dirumahkan informan III dapat menerima upah kerja rata-rata perbulanya sekitar 1,5 juta rupiah dan ditambah dengan bonus yang diterima 2 kali dalam setahun dimana hitungannya 6 bulan sekali dan rata- rata bonus yang di terima 8juta, dengan upah sebanyak itu informan III merasa sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga nya sehari-sehari ditambah lagi suami informan III juga bekerja sebagai karyawan dan memiliki gaji rata-rata 2juta perbulannya serta bonus yang di dapat tiap tahunnya. “kalau dahulu sebelum saya dirumahkan keluarga kami masih bisa menyimpan uang dan keluarga kami juga masih bisa membeli tanah dan membangun rumah, awalnya sebelum bou dirumahkan bou tidak merasa takut dan bimbang bagaimana biaya untuk menyekolahkan anak-anak bou namun setelah bou dirumahkan dan hanya mengandalkan gaji suami bou sendiri sebagai ibu rumahtangga saya harus benar-benar pintar membagi gaji agar cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga bou sehari-hari”. Informan III juga bercerita bahwa sejak dirumahkan informan III mulai bekerja sebagai buruh harian di ladang orang lain dengan upah Rp.40.000,-perharinya dan upah tersebut digunakan untuk kebutuhan dapur sehari-hari. Informan III menempati rumah dinas yang di sediakan oleh pihak PTPN IV sama seperti karyawan lainnya dimana sumber air bersih berasal dari mata air yang dialirkan kerumah karyawan dan di berikan secara gratis. “yah kalau sehari-hari bou memasak menggunakan gas elpiji dan untuk memasak nasi menggunakan ricecooker”. Dengan kondisi pekarangan rumah yang cukup luas, seperti karywan lainya informan III juga memanfaatkan pekarangannya untuk menanam sayu-sayuran dan memelihara ayam. Untuk menjaga kesehatan keluarga apakah ada cara-cara khusus yang keluarga bou lakukan? Penulis kembali bertanya. Kalau cara-cara khusus tidak ada, yah kalau keluarga kami ada yang sakit langsung kami bawa berobat ke dokter dan kalau parah langsung di bawa ke rumahsakit, apalagi pihak perusahaan PTPN IV memberikan asuransi kesehatan kepada karyawan dan keluarga karyawan jadi kalau sakit dan harus dirawat dirumahsakit seluruh biaya ditanggung oleh pihak perusahaan. Informan III juga mengatakan anggota keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit yang berbahaya dan apabila sakit hanya demam biasa. Informan III juga mengikuti asuransi jiwa di salah satu perusahaan asuransi swasta dengan pembayaran asuransi Rp.300.000,-per bulannya. Hal ini memberikan gambaran bahwa informan III benar-benar mempersiapkan dan menjaga kualitas hidupnya untuk masa mendatang. Ketiga anak informan III masih sekolah, dimana anak pertamanya yang bernama Siska duduk di bangku kuliah semester IV dan kuliah di Universitas Nomensen pematangsiantar dan anaknya tersebut kos, anak keduanya yang bernama Nita duduk di bangku kelas III SMA di SMA Negri sidamanik dan anak ketiganya yang bernama coky duduk di bangku kelas 1 SMP. “kalau biaya sekolah yang paling berat pasti yang kuliah tapi untung uang kuliahnya bisa nyicil jadi tidak terlalu berat membayarnya , jelas informan III”. Informan III mengatakan bahwa keluarganya aktif mengikuti arisan dari marga baik dari marga nya sendiri maupun dari suami, selain itu informan III juga merupakan anggota gereja dan selalu mengikuti kegiatn gereja seperti partangiangan dan kor. Informan III juga mengatakan apabila mereka kekurangan uang maka informan III akan meminjam dari kerabatnya karena ada salah satu kerabatnya yang memiliki penghasilan yang lebih dan hubungan dengan kerabatnya tersebut sangatlah baik.

5.4. ANALISA KASUS Starategi adaptasi rumah tangga karyawan yang dirumahkan PTPN IV bahbutong

dalam mempertahankan social ekonomi keluarga informan I, II, III Pada awalnya sebelum informan I dirumahkan, penghasilan dalam memenuhi kebutuhan keluarga informan I sehari-sehari masih sangat cukup dan bahkan informan I masih bisa menabung sebagian dari gaji yang diterima tiap bulannya, karena suami informan I juga bekerja sebagai karyawan. Dengan gaji suami istri yang bila diakumulasikan berjumlah hampir 3 juta perbulannya beserta dengan bonus dan THR yang diterima sekali dalam setahunnya keluarga informan dalam kondisi ekonomi masih terbilang mapan, karena dalam pemenuhan kebutuhan keluarga seperti makan, pendidikan, sosial, asuransi, dan lain-lain masih bisa dipenuhi. Namun, setelah informan I dirumahkan dan hanya 1 orang saja yang bekerja yaitu suami maka kondisi ekonomi keluarga informan I berubah drastis, dengan penghasilan Rp.1.500.000,- perbulannya dan digunakan untuk membiayai kehidupan keluarga setiap harinya dirasa sangatlah kurang ditambah lagi 2 orang anak informan I telah mengenyam pendidikan di bangku SMA dan di bangku kuliah jadi sangat membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena masalah ekonomi tersebut pada akhirnya anak ke 2 yang telah tamat dari bangku sekolah SMK tidak dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi karena masalah biaya sekolah yang tidak cukup, pada akhirnya anak kedua tersebut harus pergi merantau untuk mencari kerja. Begitu juga dengan inforaman I, untuk membantu kondisi ekonomi keluarga pada akhirnya informan I mencari pekerjaan dan akhirnya menjadi buruh tani diladang-ladang tuan tanah yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Bekerja sebagai buruh tani merupakan satu-satunya pekerjaan yang ada di sekitar tempat tinggal informan I, dengan upah Rp.45.000,-perharinya, namun pekerjaan ini tidak bisa ada setiap harinya dan ada hanya saat masa panen kopi dan ketika rumput diladang tuan tanah telah banyak, oleh karena itu untuk menyesuaikan pengeluaran dan pemasukan keuangan keluarga maka informan I memangkas pengeluaran rumahtangga seperti memakan daging hanya sekali dalam sebulan pada saat suami informan I menerima upah bulanan, memasak dengan menggunakan kayu bakar, menanam sayuran di pekarangan rumah agar tidak membeli sayur, memelihara ayam agar telur dan ayamnya dapat dijual. Disamping itu juga, informan I beserta suaminya mengolah lahan kosong yang ada di pinggir sungai untuk dijadikan ladang. Namun walaupun demikian, segala usaha yang telah dilakukan hanyalah membantu sedikit saja ekonomi keluarga dan terus mencari cara agar ekonomi keluarga informan I bisa dapat terpenuhi setiap harinya ditambah lagi segala harga kebutuhan pokok bertambah naik. Tidak jauh berbeda dengan keadaan informan I, informan II juga memiliki masalah ekonomi keluarga yang hampir sama, pada awalnya sebelum informan II dirumahkan kebutuhan rumahtangganya masih dapat terpenuhi setiap harinya, dengan penghasilan 2 orang yang bekerja yaitu suami dan istri dengan rata-rata penghasilan lebihkurang 2,5 juta perbulannya .beserta dengan bonus yang diterima setiap tahunnya. Namun setelah informan II dirumahkan, keadaan ekonomi keluarga informan II berubah drastis sehingga harus menyesuaikan pendapatan keluarga dengan pengeluaran keluarga, informan II sebagai ibu rumahtanga berinisiatif memangkas pengeluaran keluarga dimana pada awalnya hampir setiap hari keluarga informan II mengkonsumsi ikan basah harus ditukar dengan ikan yang lebih murah seperti ikan asin dan telur dan hanya mengkonsumsi ikan basah sekali dalam seminggu serta memakan daging hanya sekali dalam sebulan yaitu saat gajian, selain itu informan II juga mengurangi uang jajan untuk anaknya yang masih SMA dan mengurangi uang bulanan untuk anaknya yang sedang kuliah. Seperti informan I, informan II juga mencari pekerjaan untuk menambah penghasilan keluarga dan bekerja sebagai buruh tani di ladang milik tuan tanah yang ada di kampung sebelah yang berjarak hampir 15 km dari tempat tinggal informan II dengan upah Rp. 45.000bulan. Walaupun demikian, dengan penghasilan 45rbu perharinya hanya sedikit membantu ekonomi keluarga ditambah lagi pekerjaan sebagai buruh tani tidak ada setiap harinya dan hanya dibutuhkan disaat masa panen dan apabila rumput diladang telah banyak dan waktunya untuk di bersihkan, oleh karena itu keluarga informan II masih mengalami masalah ekonomi dan berpengaruh terhadap kehidupan sosial keluarga informan II seperti harus mengurangi keaktifan di perkumpulan marga dan arisan karena membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan hanya mengikuti arisan dan perkumpulan marga yang terpenting saja seperti marga suami dan istri dan untuk marga dari orang tua tidak terlalu aktif. Kasus informan III sedikit berbeda dengan informan I dan II, di awal informan III dirumahkan memang mengalami masalah ekonomi yang sangat pelik, informan III menceritakan bahwa sebelum dirumahkan dan masih bekerja sebagai karyawan di PTPN IV mereka masih bisa menyisihkan sebagian dari gaji kerena ketiga anaknya masih kecil dan yang paling besar masih duduk di bangku SMP sehingga mereka dapat membeli beberapa bidang ladang dan tapak rumah, ladang yang di beli langsung di olah dengan ditanami kopi ateng dan juga informan III memiliki beberapa rante sawah dari pembagian harta warisan dari orang tua suaminya. Setelah informan III dirumahkan, kehidupan keluarga informan III berubah drastis dimana pada awalnya segala kebutuhan ekonomi keluarga dapat terpenuhi setiap harinya namun setelah dirumahkan kebutuhan tersebut sedikit banyaknya tidak dapat lagi dipenuhi secara keseluruhan, seperti memberi uang jajan lebih kepada anak, memakan makanan yang enak setiap hari, bertamasya setiap hari minggu dan lain sebagainya. Ditambah lagi ladang dan sawah belum bisa menghasilkan dan bahkan sawah harus disewakan kepada orang lain karena tidak punya biaya untuk mengolah sendiri sementara ladang yang ditanami kopi ateng belum menghasilkan dan masih membutuhkan pupuk setiap bulan. Sebelum dirumahkan ladang yang dimiliki informan III di urus oleh orang lain yang di beri gaji setiap hari bila bekerja, setelah dirumahkan maka ladang tersebut di olah sendiri oleh informan III karena tidak memiliki uang untuk menggaji orang lain untuk mengolah ladangnya. Namun tahun berikutnya keadaan berubah dimana suami informan III diangkat menjadi mandor di pengolahan daun teh dan secara otomatis gaji yang diterima tiap bulannya bertambah serta mendapat uang tunjangan lainnya, sedikit banyaknya kebutuhan ekonomi keluarga informan III mulai tercukupi ditambah lagi ladang kopi yang dimiliki informan III telah menghasilkan dan panen 2 kali dalam sebulannya dan dapat menghasilkan rata-rata Rp.500.000,- sekali panen.

5.5 KESIMPULAN LIFE STORY INFORMAN I, II, III