BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1. Sejarah Singkat Desa Bah Butong
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari tokoh masyarakat yang telah lama tinggal dan menetap di Desa Bah Butong, asal-usul nama Desa Bah Butong berasal dari dua suku kata yaitu
bah dan butong, bah artinya air dan butong yang artinya banyak, secara umum artinya adalah air yang banyak. Di Desa Bah Butong memang terdapat banyak sungai-sungai kecil yang mengalir
mengelilingi desa, di antaranya adalah sungai bah biak, sungai rambung, sungai bundar dan sungai sihilon.
Penamaan desa Bah Butong sudah ada sejak jaman Penjajahan sebelum Indonesia merdeka, dimana desa ini dahulu masih merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Simalungun.
Pada saat itu seluruh daerah di Simalungun masih berbentuk kerajaan dimana menurut sejarahnya ada empat kerajaan besar ditanah Simalungun, yaitu:
1. Kerajaan Purba yang diperintah oleh raja Purba
2. Kerajaan raya yang diperintah oleh raja raya
3. Kerajaan siantar yang diperintah oleh raja siantar
4. Kerajaan tanah jawa yang diperintah oleh raja tanah jawa.
Sedangkan wilayah Bah Butong sendiri termasuk dalam wilayah kerajaan siantar, dimana sistem pemerintahan kerajaan itu sendiri terbagi-bagi lagi yaitu kerajaan pusat dalam hal ini
wilayah simalungun secara keseluruhan diperintah oleh raja Pati, sedangkan wilayah kerajaan bagian seperti yang dikatakan dalam empat bagian kerajaan tadi diperintah oleh raja dan wilayah
kerajaan di Nagori atau desa diperintah oleh tuan raja. Desa Bah Butong diperintah oleh tuan raja
silopak, dimana Raja Silopak inilah yang membuka perkampungan atau Nagori Bah Butong dan disebut dengan sipukka huta dalam bahasa simalungun yang artinya orang yang membuka
perkampungan atau desa, sementara nagori artinya desa. Awal terbentuknya perkebunan teh didaerah bah butong ditandai dengan kedatangan
penjajahan belanda kedaerah simalungun dimana pada waktu itu belanda mengadakan politik adu domba untuk merebut kekuasaan dari tangan rakyat, pada saat itu tuan raja silopak memiliki
kerabat yang bernama raja kariahan yang memerintah didaerah yang bersebelahan dengan nagori bah butong lalu mereka di adu domba dan dipecah belah oleh pemerintah belanda sehingga
kedua nagori ini berselisih paham, oleh pihak belanda memanfaatkan keadaan ini dan mereka dapat menanam teh dilokasi desa bah butong sehingga secara perlahan-lahan wilayah kerajaan
semakin terkikis dan hilang akibat politik yang dijalankan oleh belanda, pada akhirnya pihak belanda yang menguasai beberapa daerah yang dijadikan perkebunan teh di simalungun.
Hingga saat ini ada beberapa perkebunan teh bekas peninggalan belanda yang berada di wilayah kabupaten simalungun seperti perkebunan teh bah butong, perkebunan teh sidamanik
dan perkebunan teh toba sari. Desa bah butong I merupakan desa yang di jadikan oleh pihak PTPN IV menjadi daerah perumahan bagi karyawan. Pada awalnya, belanda merebut bah butong
dari tuan raja silopak dengan politik adu domba dan menjadikan desa bah butong sebagai pemukiman rumah bagi pekerja yang bekerja di perkebunan teh milik belanda. Setelah
Indonesia merdeka, perumahan, pabrik serta perkebunan teh milik belanda di nasionalisasikan oleh pemerintah Indonesia dan di jadikan PT. Persero di bawah naungan BUMN.
4.2. Letak Desa Bah Butong I