Persentase Sarana Distribusi Alat Kesehatan yang Memenuhi Pelayanan Perizinan di Bidang Alat Kesehatan dan Perbekalan

Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 43 Gambar 19. Hasil Monitoring terhadap Sarana Distribusi Alkes yang Memenuhi Persyaratan CDAKB

4. Pelayanan Perizinan di Bidang Alat Kesehatan dan Perbekalan

Kesehatan Rumah Tangga Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan mempunyai tugas dan fungsi pembinaan terhadap alat kesehatan dan PKRT yang beredar di masyarakat dengan tujuan tersedia dan terjangkaunya alat kesehatan yang aman bermutu dan bermanfaat. Tugas tersebut dilaksanakan mulai kesehatan tersebut diproduksi, didistribusikan, sampai bagaimana alat kesehatan tersebut digunakan oleh masyarakat pengguna. Salah satu tugas dan fungsi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan adalah memberikan pelayanan sertifikasi sarana produksi dan distribusi alat kesehtan dan PKRTserta perizinan Alat Kesehatan dan PKRT. Hal ini merupakan salah satu tahap Scanning awal terhadap keamanan mutu dan manfaat alkes dan PKRT sebelum di berikan izin untuk dapat di edarkan dan di gunakan di wilayah Indonesia. Kegiatan peningkatan produksi dan distribusi alkes dan PKRT selama tahun 2012 telah memberikan izin edar alkes dan PKRT dalam negeri maupun impor, sertifikat produksi dan IPAK serta surat keterangan yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini: 10 20 30 40 50 60 70 80 2010 2011 2012 2014 50 55 60 70 50 58,95 64,44 SARANA DISTRIBUSI ALKES YANG MEMENUHI PERSYARATAN CDAKB Target Realisasi Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 44 Tabel 7. Izin Edar Alkes dan PKRT Tahun 2012 per Bulan Gambar 20. Jumlah Layanan Registrasi Izin Edar Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 45 Gambar 21. Jumlah Izin Edar Alkes dan PKRT Tahun 2012 Tabel 8. Jumlah Sertifikat Produksi Alkes, PKRT dan Izin Penyalur Tahun 2012 per Bulan Gambar 22. Sertifikat Produksi Alkes, PKRT dan IPAK Tahun 2012 per Bulan 45 3 4 7 41 Jumlah Izin Edar Alkes dan PKRT Tahun 2012 Alat Kesehatan Import Alat Kesehatan Dalam Negeri PKRT Import PKRT Dalam Negeri Perubahan Perpanjangan NO PERIJINAN Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des TOTAL 1 SERTIFIKAT PRODUKSI ALKES 4 5 3 3 6 7 2 6 1 4 2 43 2 SERTIFIKAT PRODUKSI PKRT 8 3 3 2 5 7 12 5 2 2 49 3 IPAK 44 60 57 82 85 85 60 41 36 21 26 31 628 TOTAL 44 72 65 88 90 96 74 55 47 24 30 35 720 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des Sertifikat Produksi Alkes, PKRT dan IPAK Tahun 2012 per Bulan SERTIFIKAT PRODUKSI ALKES SERTIFIKAT PRODUKSI PKRT Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 46 NO PERIZINAN JUMLAH BERKAS 1 Sertifikat Produksi Alat Kesehatan 43 2 Sertifikat Produksi PKRT 49 3 Ijin Penyalur Alat Kesehatan 628 TOTAL 720 Tabel 9. Jumlah Sertifikat Produksi dan IPAK Tahun 2012 Gambar 23. Jumlah Sertifikat Produksi Alkes, PKRT dan IPAK Tahun 2012 NO SURAT KETERANGAN Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des TOTAL 1 Surat Keterangan Masuk 291 155 180 211 201 236 244 176 92 200 209 205 2400 2 Surat Keterangan Keluar 151 161 183 153 184 212 203 147 145 153 174 179 2045 Tabel 10. Surat Keterangan tahun 2012 per Bulan  Jumlah surat keluar lebih besar dari surat masuk karena ada surat sebelum tahun 2012 belum diambil dan masih ada diloket perizinan 6 7 87 Jumlah Sertifikat Produksi Alkes, PKRT dan IPAK Tahun 2012 Sertifikat Produksi Alat Kesehatan Sertifikat Produksi PKRT Ijin Penyalur Alat Kesehatan Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 47 Gambar 24. Surat Keterangan Tahun 2012 per Bulan NO SURAT KETERANGAN TOTAL 1 SURAT KETERANGAN MASUK 2400 2 SURAT KETERANGAN KELUAR 2045 Tabel 11. Surat Keterangan Tahun 2012 Gambar 25. Persentase Surat Keterangan Tahun 2012  Surat keterangan Impor adalah izin yang diberikan kepada perusahaan yang memasukan Alat Kesehatan dan PKRT yang tidak memiliki registrasi kedalam wilayah RI untuk kepentingan tertentu sesuai ketentuan yang berlaku. 50 100 150 200 250 300 350 Surat Keterangan Tahun 2012 per Bulan SURAT KETERANGAN MASUK SURAT KETERANGAN KELUAR SURAT KETERANGAN MASUK 44 SURAT KETERANGAN KELUAR 56 Surat Keterangan Tahun 2012 Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 48  Surat Keterangan Izin Ekspor adalah izin yang diberikan kepada perusahaan yang memproduksi alat kesehatan dan atau PKRT khusus untuk ekspor dan tidak diedarkan di wilayah Republik Indonesia.  Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1190PermenkesPerVIII2010 tentang izin edar Alat Kesehatan dan PKRT. E. Peningkatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian 1. Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional Produksi di Dalam Negeri Sehubungan dengan pengembangan Bahan Baku Obat Tradisional BBOT, Indonesia dikenal secara luas sebagai mega senter keanekaragaman hayati yang terbesar didunia. Dengan memiliki 30.000 spesies tumbuhan dan diketahui sekurang-kurangnya 9.600 spesies tumbuhan berkhasiat sebagai obat dan kurang lebih 300 spesies telah digunakan sebagai bahan obat tradisional oleh Industri obat tradisional, merupakan pasar yang potensial bagi pengembangan Bahan Baku Obat Tradisional. Hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas tahun 2010 menunjukan bahwa 55,3 penduduk Indonesia menggunakan ramuan tradisional jamu untuk memelihara kesehatannya dan 95,6 mengakui ramuan tradisional yang digunakan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Selain itu trend masyarakat yang sudah mulai a k to nature juga memberikan peningkatan konsumsi akan obat tradisional, baik berupa jamu, Obat Herbal Terstandar OHT dan Fitofarmaka. Seiring dengan akan dilaksanakannya integrasi pengobatan tradisional dalam sektor pelayanan formal, maka akan menimbulkan konsekuensi meningkatnya penggunan obat tradisional di masyarakat. Untuk itu Pemerintah harus dapat menjamin ketersediaan obat tradisional, termasuk ketersediaan BBOT-nya. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian selaku Unit Eselon II di Kementerian Kesehatan yang mempuyai tugas melakukan perumusan pelaksanaan kebijakan dan pembinaan serta bimbingan teknis di bidang produksi dan distribusi kefarmasian telah melakukan berbagai kegiatan Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 49 seperti sosialisasi dan pertemuan serta koordinasi untuk mendorong industri agar mampu berdaya saing, baik nasional maupun internasional dalam pengembangan bahan baku obat BBO dan obat tradisional BBOT sehingga dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dari kegiatan peningkatan produksi dan distribusi kefarmasian Hingga akhir tahun 2012, Indikator Jumlah bahan baku obat dan obat tradisional produksi di dalam negeri dengan target sejumlah 25 bahan baku, baru tercapai sebesar 15 bahan baku. Dengan begitu capaian kinerja indikator tersebut mencapai 60. Gambar 26. Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional Produksi di dalam Negeri Pencapaian 15 bahan baku obat dan obat tradisional yang diproduksi di dalam negeri telah disesuaikan dengan definisi operasional DO bahan baku obat dan obat tradisional yang diproduksi di dalam negeri yaitu aha a al pe yusu sediaa far asi o at da o at tradisio al dapat berupa bahan berkhasiat maupun bahan tambahan, yang merupakan hasil pe erapa tek ologi aupu aha ala ya g siap diproduksi . Upaya yang dilakukan adalah dengan memperkuat koordinasi dengan satuan kerja lintas sektor terkait seperti Industri Farmasi BUMN dan swasta, BPPT, LIPI, lembaga-lembaga penelitian serta universitas dalam memenuhi kebutuhan pengembangan produksi obat dan obat tradisional serta 5 15 25 45 4 15 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 2010 2011 2012 2014 BAHAN BAKU OBAT DAN OBAT TRADISIONAL PRODUKSI DI DALAM NEGERI Target Realisasi Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 50 melengkapi sarana dan prasarana kebutuhan bahan baku obat dan obat tradisional produksi dalam negeri, melakukan perencanaan berbasis bukti.

2. Standar Produk Kefarmasian yang Disusun dalam Rangka Pembinaan

Produksi dan Distribusi Standar produk kefarmasian dalam rangka pembinaan produksi dan distribusi yang telah disusun pada tahun 2012 yaitu Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia, Suplemen III Farmakope Indonesia, Kodeks Kosmetik Indonesia edisi II Volume 3, Standar Pelayanan Perizinan Produksi dan Distribusi Kefarmasian, Pedoman Pembinaan Industri Farmasi, Pedoman Pembinaan Industri Obat Tradisional, Pedoman Pembinaan Pedagang Besar Farmasi, Pedoman Pembinaan Industri Rumah Tangga Pangan dan Pedoman Pembinaan Sarana Produksi Kosmetik. Gambar 27. Standar Produk Kefarmasian yang Disusun Dalam Rangka Pembinaan Produksi dan Distribusi

3. Registrasi Izin Produksi dan Distribusi Sarana Kefarmasian Tahun

2012 a Izin PBF dan PBF Bahan Obat b Izin Industri Farmasi c Izin Industri Obat Tradisional d Izin Industri Kosmetika 2 4 6 8 10 2010 2011 2012 2014 2 4 6 10 4 6 STANDAR PRODUK KEFARMASIAN YANG DISUSUN DALAM RANGKA PEMBINAAN PRODUKSI DAN DISTRIBUSI Target Realisasi Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 51

F. Cakupan Sumber Daya Kefarmasian dan Alat Kesehatan di Indonesia

Salah satu indikator penting untuk menggambarkan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan adalah jumlah sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan.

1. Cakupan Sarana Produksi Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Cakupan sarana produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan menggambarkan tingkat ketersediaan sarana pelayanan kesehatan yang melakukan upaya produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan. Yang termasuk sarana produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan antara lain Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional IOT, Industri Ekstrak Bahan Alam IEBA, Indsutri Kosmetika, Usaha Kecil Obat Tradisional UKOT, Usaha Mikro Obat Tradisional UMOT, Produksi Alat Kesehatan, dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga PKRT. Keadaan cakupan sarana produksi yang dibahas dalam profil ini secara keseluruhan diukur terhadap 33 provinsi di Indonesia pada tahun 2010 hingga 2012. Khusus pada tahun 2012, dapat dilihat persentase ketersediaan sarana produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan pada Gambar 28., dimana terlihat sarana Usaha Kecil dan Usaha Mikro Obat Tradisional memiliki jumlah paling banyak dibandingkan dengan sarana produksi lainnya diikuti oleh Industri Kosmetika dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pangsa pasar Obat Tradisional cukup diminati oleh dunia usaha dalam negeri. Hal ini dapat disebabkan oleh kemudahan dalam proses perizinan dan ketersediaan sumber daya hayati yang besar dapat meningkatkan pertumbuhan industri obat tradisional.