Cakupan Sarana Produksi Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 52 Sumber: Pemutakhiran Data Ditjen Binfar dan Alkes, Kemenkes RI Tahun 2011 - 2013 Gambar 28. Grafik Cakupan Sarana Produksi di Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tingkat Nasional Tahun 2010 - 2012 a Industri Farmasi Perkembangan jumlah dan jenis produk yang diproduksi oleh Industri Farmasi dalam negeri serta kebijakan Pemerintah yang kondusif telah mendorong sarana industri farmasi Indonesia hingga menjadi salah satu industri yang berkembang cukup pesat dengan jumlah konsumen yang terus bertambah. Tercatat bahwa di Indonesia terdapat 24 Provinsi yang belum memiliki sarana industri farmasi antara lain Provinsi Aceh, Riau, Kep. Riau, Bengkulu, Jambi, Lampung, Kepulauan Bangka Belitung, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua. Sementara jumlah industri farmasi di Indonesia pada tahun 2010 – 2012 yang hanya tersebar di 9 provinsi dapat dilihat pada Gambar 29., dimana Provinsi Jawa Barat memiliki jumlah industri farmasi terbanyak diikuti oleh Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Timur. 2 5 1 9 8 1 1 5 2 2 4 4 8 1 5 2 6 2 1 2 1 7 1 2 5 2 3 4 5 9 5 5 3 2 3 9 1 1 2 1 2 2 9 2 3 7 5 7 9 5 6 4 200 400 600 800 1000 1200 1400 Industri Farmasi Industri Obat Tradisional IOT Usaha Kecil Obat Tradisional UKOT Produksi Alat Kesehatan Produksi Perbekalan Kesehatan dan Rumah Tangga PKRT Industri Kosmetika 2010 2011 2012 Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 53 Sumber : Pemutakhiran Data Ditjen Binfar dan Alkes, Kemenkes RI Tahun 2011 – 2013 Gambar 29. Grafik Jumlah Industri Farmasi per Provinsi pada Tahun 2010 – 2012 Kenyataan bahwa jumlah industri farmasi di wilayah Indonesia bagian barat lebih besar dibanding wilayah Indonesia bagian timur, ini dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan industri farmasi di Indonesia bagian timur dalam rangka pemerataan sarana tersebut di seluruh Indonesia. Keberadaan industri farmasi yang banyak tersebar di wilayah Indonesia bagian barat ini juga salah satu sebab dari mahalnya harga obat di bagian timur akibat tingginya biaya distribusi. Faktor keamanan, kapasitas Sumber Daya Manusia SDM dan keadaan ekonomi masyarakat di wilayah timur Indonesia juga harus ditingkatkan untuk mendukung upaya tersebut. Hal ini penting untuk membuka akses masyarakat terhadap sarana pelayanan kesehatan khususnya bidang kefarmasian dan alat kesehatan. b Industri Obat Tradisional IOT Ketersediaan sarana pelayanan kesehatan seperti Industri Obat Tradisional sudah banyak berkembang dan mayoritas masyarakat kian banyak yang berpaling pada obat tradisional terkait slogan back to nature Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 54 atau hidup sehat dengan herbal. Penyebaran industri obat tradisional pada tingkat provinsikabkota belum banyak berkembang pada wilayah Indonesia bagian Barat maupun Indonesia bagian timur. Hal ini terlihat dari Gambar 30., yang menunjukkan Grafik Jumlah Industri Obat Tradisional per Provinsi pada tahun 2010 – 2012. Terdapat 25 Provinsi di Indonesia yang belum memiliki sarana tersebut, yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Riau, Bangka Belitung, Jambi, Bengkulu, Lampung, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua. Sumber : Pemutakhiran Data Ditjen Binfar dan Alkes, Kemenkes RI Tahun 2011 – 2013 Gambar 30. Grafik Jumlah Industri Obat Tradisional per Provinsi pada Tahun 2010 – 2012 Keberadaan Industri Obat Tradisional paling banyak terdapat di Provinsi Jawa Barat, diikuti oleh Provinsi Banten dan Jawa Timur. Kenaikan jumlah dari tahun 2010 hingga 2012 yang cukup signifikan terlihat pada Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta dan Jawa Tengah. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh prospek yang baik dan cukup menjanjikan dalam Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 55 mengembangkan usaha di bidang obat tradisional, kemudahan dalam proses perizinan dan dalam memperoleh bahan baku, meningkatnya jumlah penelitian di bidang obat tradisional yang didukung oleh kebijakan pemerintah untuk mengedepankan produk herbal asli Indonesia, jamu dan lain sebagainya. c Usaha Kecil Obat Tradisional UKOT Berdasarkan ketersediaannya, jumlah sarana Usaha Kecil Obat Tradisional UKOT dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 mengalami pertumbuhan. Berdasarkan hasil pemutakhiran data kefarmasian tahun 2013 Usaha Kecil Obat Tradisional di Indonesia hanya tersebar di 22 Provinsi, sementara 11 sebelas provinsi yang belum memiliki sarana UKOT antara lain Provinsi Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Jumlah sarana Usaha Kecil Obat Tradisional tahun 2010 – 2012 yang tersebar hanya di 22 Provinsi tersebut dapat dilihat pada Gambar 31. Sumber: Pemutakhiran Data Ditjen Binfar dan Alkes, Kemenkes RI Tahun 2011 - 2013 Gambar 31. Grafik Jumlah Usaha Kecil Obat Tradisional di Indonesia pada Tahun 2010 - 2012 50 100 150 200 250 300 A ce h S u m u t S u m b a r J am b i L am p u n g D K I Jak ar ta J ab ar J at e n g Y o g y ak a rt a J at im B an te n B al i N T B N T T K al b a r K a lt e n g K al se l K al ti m S u lu t S u ls e l G o ro n tal o M al u k u Ju m lah S ar an a 2010 2011 2012 Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 56 d Produksi Alat Kesehatan Berdasarkan data cakupan sarana kesehatan bidang kefarmasian dan alat kesehatan pada tahun 2010 – 2012 terdapat 20 provinsi yang belum memiliki sarana produksi alat kesehatan, yaitu Provinsi Riau, Bangka Belitung, Jambi, Bengkulu, Lampung, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua. Sarana produksi alat kesehatan sebagian besar berada di wilayah Indonesia Barat. Terdapat peningkatan jumlah sarana produksi alat kesehatan dari tahun ke tahun dan jenis alat kesehatan yang diproduksi juga lebih beragam, sebaran sarana produksi Alat Kesehatan di tiap provinsi tahun 2010 – 2012 dapat dilihat pada Gambar 32. Sumber: Pemutakhiran Data Ditjen Binfar dan Alkes, Kemenkes RI Tahun 2011 - 2013 Gambar 32. Jumlah Sarana Produksi Alat Kesehatan per Provinsi pada Tahun 2010 –2012 e Produksi Perbekalan Kesehatan dan Rumah Tangga PKRT Berdasarkan data cakupan sarana Perbekalan Kesehatan dan Rumah Tangga PKRT di Indonesia pada tahun 2010 – 2012 terdapat 14 provinsi yang belum memiliki sarana produksi PKRT, yaitu Provinsi Riau, Kep. Bangka 20 40 60 80 100 120 Ju m lah S ar an a 2010 2011 2012 Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 57 Belitung, Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, NTB, dan Bali. Jumlah sarana produksi PKRT yang tersebar di 20 provinsi di Indonesia pada tahun 2010 - 2012 dapat dilihat pada Gambar 33. Sumber: Direktorat Bina Prodis Alat Kesehatan, Kemenkes RI Tahun 2011 – 2013 Gambar 33. Jumlah Sarana Produksi Perbekalan Kesehatan dan Rumah Tangga per Provinsi pada Tahun 2010 –2012 f Industri Kosmetik Berdasarkan data cakupan sarana Industri Kosmetika di Indonesia pada tahun 2010 – 2012, terdapat 17 provinsi yang belum memiliki sarana tersebut yaitu Provinsi Riau, Bengkulu, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, NTB, NTT, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua. Gambar 34. menunjukkan cakupan jumlah sarana Industri Kosmetika yang tersebar di 16 provinsi di Indonesia pada tahun 2010 - 2012. 50 100 150 200 250 300 Ju m lah S a ran a 2010 2011 2012 Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 58 Sumber: Pemutakhiran Data Ditjen Binfar dan Alkes, Kemenkes RI Tahun 2011 - 2013 Gambar 34. Jumlah Industri Kosmetika per Provinsi pada Tahun 2010 - 2012

2. Cakupan Sarana Distribusi Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Dalam rangka meningkatkan cakupan sarana pelayanan kesehatan terutama terkait ketersediaan sarana distribusi bidang kefarmasian dan alat kesehatan terdapat beberapa cara salah satunya dengan melihat jumlah sarana distribusi bidang kefarmasian dan alat kesehatan. Sarana distribusi tersebut mencakup Pedagang Besar Farmasi, Apotek, Toko Obat, Penyalur Alat Kesehatan dan Cabang Penyalur Alat Kesehatan yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia pada periode tahun 2010 - 2012. Pada Gambar 35. dapat dilihat persentase jumlah masing-masing sarana distribusi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan yang diuraikan sebagai berikut: 1 sarana distribusi paling dominan adalah Apotek sebagai retailer yang menguasai 59 dari total sarana, diikuti oleh Toko Obat yakni sebesar 24; 2 sarana PBF sebagai distributor besarwholesaler memegang 10 dari pasar nasional; dan 3 sarana Penyalur Alat Kesehatan sebesar 5, diikuti oleh Cabang Penyalur Alat Kesehatan Cab PAK merupakan sarana yang sebarannya memiliki jumlah terkecil yakni sebesar 2. Hal ini menunjukkan bahwa perspektif dunia usaha masih dominan memilih Apotek sebagai jenis sarana distribusi utama yang dikembangkan. Kenyataan ini didukung oleh beberapa grup perusahaan besar yang 50 100 150 200 Ju m lah S ar an a 2010 2011 2012 Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 59 bergerak di bidang farmasi mulai banyak mendirikan apotek sebagai mitra usaha dengan sistem konsinyasiwaralaba yang lebih dikenal dengan sistem franchise yang mulai banyak mengakuisisi Apotek konvensional. Sumber : Pemutakhiran Data Ditjen Binfar dan Alkes, Kemenkes RI Tahun 2012 Gambar 35. Grafik Cakupan Sarana Distribusi di Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2012