Data Tenaga Kefarmasian di Puskesmas

Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 73 kefarmasian di puskesmas adalah 6583 tenaga farmasi yang terdiri dari Apoteker berjumlah 964 orang, S1 Farmasi berjumlah 472 orang, D3 farmasi berjumlah 1836 orang dan SAASMF sejumlah 3311 orang. Jumlah Tenaga Farmasi yang bekerja di Puskesmas paling banyak berada di Provinsi Jawa tengah dengan jumlah 688 orang dan Jawa Timur dengan jumlah 640 orang. Perbandingan jumlah tenaga farmasi di tiap-tiap provinsi dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Sumber : Pemutakhiran Data Ditjen Binfar dan Alkes, Kemenkes RI Tahun 2013 Gambar 43 Grafik SDM Kefarmasian yang Bekerja di Puskesmas Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 74 Rincian jumlah tenaga kefarmasian yang bekerja di Puskesmas berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. PROVINSI APOTEKER S1 FARMASI D3 FARMASI SAASMF TOTAL Aceh 11 1 62 285 359 Sumatera Utara 21 14 136 213 384 Sumatera Barat 26 12 146 192 376 Riau 32 11 43 118 204 Kepulauan Riau 15 1 11 42 69 Jambi 12 5 81 124 222 Bengkulu 18 5 20 82 125 Sumatera Selatan 3 10 71 84 Bangka Belitung 5 2 39 32 78 Lampung 34 14 64 86 198 DKI Jakarta 68 7 5 112 192 Jawa Barat 94 35 104 375 608 Jawa Tengah 62 8 280 338 688 Jawa Timur 69 15 57 499 640 DI Yogyakarta 27 11 30 118 186 Bali 18 3 18 91 130 Nusa Tenggara Barat 32 6 19 57 114 Nusa Tenggara Timur 14 29 115 49 207 Kalimantan Barat 4 40 13 57 Kalimantan Tengah 31 9 50 28 118 Kalimantan Selatan 2 2 10 54 68 Kalimantan Timur 46 2 42 132 222 Sulawesi Utara 7 11 18 17 53 Gorontalo 13 16 15 5 49 Sulawesi Tengah 46 48 97 19 210 Sulawesi Tenggara 45 50 80 35 210 Sulawesi Selatan 110 88 173 37 408 Maluku Utara 25 36 28 10 99 Maluku 17 15 11 8 51 Papua Barat 25 9 8 22 64 Papua 32 7 24 47 110 Tabel 14. Jumlah Tenaga Kefarmasian yang Bekerja di Puskesmas

G. Sistem Pelaporan dan Perizinan Bidang Kefarmasian dan Alat

Kesehatan 1. Sistem Aplikasi Monitoring Ketersediaan Obat e-Logistic Untuk mendukung pelayanan kesehatan di sarana pelayanan kesehatan dasar maka sangat didukung ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan. Informasi ketersediaan obat secara real time memerlukan Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 75 dukungan perangkat aplikasi dan jaringan yang sempurna disamping ketersediaan sumber daya lainnya. Dalam rangka mendukung ketersediaan tersebut maka Ditjen Binfar dan Alkes pada tahun 2011 telah merilis software e-logistic obat. Selain untuk tujuan seperti tersebut diatas software e-logistic dapat juga digunakan untuk mengetahui ketersediaan sumber daya di instalasi farmasi seperti sumber daya manusia, sarana dan prasarana, biaya operasional dan lain-lain yang sangat bermanfaat dalam menyusun profil setiap instalasi farmasi ProvKabKota.

2. Sistem Aplikasi E-REGALKES dan Single Sign On SSO

Pada tanggal 21 Desember 2012, Kementerian Kesehatan meluncurkan e-Regalkes dan Single Sign On SSO oleh Wakil Menteri Kesehatan. Fitur Single Sign On SSO diluncurkan dalam rangka Pengembangan Indonesia National Single Window INSW sebagai solusi untuk mempermudah masyarakat menggunakan sistem Indonesia National Single Window INSW dan sistem e-Regalkes secara terintegrasi. Pengguna hanya perlu login satu kali sudah dapat mengakses semua sistem. Tujuan pelucuran e-Regalkes adalah untuk meningkatkan pelayanan publik khususnya pada pelayanan perizinan di bidang alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga. Dengan sistem ini pemohon perizinan tidak perlu datang di loket Unit Layanan Terpadu ULT Kementerian Kesehatan RI yang ada di Jakarta, karena semua dokumen perizinan dapat disampaikan secara elektronik. Sistem ini sangat efektif dan efisien bagi pemohon perizinan mengingat wilayah NKRI yang demikian luasnya. Gambar 44. Aplikasi E-Regalkes