Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pemerintah yang Melaksanakan
Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 29
Pembekalan SDM IFRS untuk Pelayanan Farmasi Klinik dengan indikator untuk pelayanan kefarmasian di rumah sakit sesuai standar hasil yang
dicapai pada triwulan I satu adalah 168 RS dengan capaian persentase sebesar 21,5 , pada triwulan II dua adalah sebanyak 191 RS dengan
capaian persentase 24,46 , pada triwulan III tiga adalah sebanyak 206 RS dengan capaian persentase 26,4 , dan untuk triwulan IV empat adalah
sebanyak 276 RS dengan capaian persentase 35,33 .
Gambar 14. Data Intervensi Dit Binyanfar Dalam Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
Pelaksanaan pelayanan kefarmasian sesuai standar di rumah sakit pada prinsipnya dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya beberapa rumah
sakit hanya memiliki apoteker yang terbatas jumlahnya, tidak sesuai dengan rasio jumlah apoteker terhadap jumlah tempat tidur 1 : 30. Akibatnya,
apoteker yang ada hanya fokus pada pengelolaan sediaan farmasi di rumah sakit, tidak lagi dapat melaksanakan pelayanan kefarmasian klinik.
Apoteker di rumah sakit merasa pengetahuan mereka terbatas sehingga merasa tidak mampu untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian
klinik secara optimal. Kendala lainnya adalah apoteker merasa tidak percaya diri menghadapi dokter dalam melaksanakan pelayanan farmasi
klinik. Masalah lain adalah tidak tersedianya sarana dan prasarana untuk
28 11
36 39
17 35
54 30
63
17 33
19 22
60
24 23
54 77
12 56
13 47
44 38
50 27
54 67
33 27
33 29
29 10
20 30
40 50
60 70
80 90
N A
D S
U M
U T
S U
M B
A R
R I
A U
J A
M B
I S
U M
S E
L B
E N
G K
U LU
LA M
P U
N G
B A
B E
L K
E P
R I
D K
I JA
B A
R JA
T E
N G
D .I
.Y JA
T IM
B A
N T
E N
B A
L I
N T
B N
T T
K A
LB A
R K
A LT
E N
G K
A LS
E L
K A
LT IM
S U
LU T
S U
LT E
N G
S U
LS E
L S
U LT
R A
G O
R O
N T
A LO
S U
LB A
R M
A LU
K U
M A
LU T
P .
B A
R A
T P
A P
U A
Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 30
melaksanakan pelayanan kefarmasian klinik, kesulitan mencari bahan referensi ataupun minimnya teks book serta pedoman lain di rumah sakit.
Manajemen rumah sakit yang tidak mendukung terhadap pelaksanaan pelayanan farmasi klinik oleh apoteker dapat mempengaruhi pelaksanaan
pelayanan farmasi klinik. Dukungan tersebut diperlukan agar tercipta suasana kerja yang kondusif karena setiap bagian memahami ruang lingkup
serta fungsi apoteker adalah diantaranya memantau terapi pasien. Manajemen yang tidak memahami bahwa melaksanakan konseling, visite
dan PIO merupakan bagian dari pelaksanaan standar pelayanan farmasi yang merupakan Keputusan Menteri Kesehatan, sehingga pelaksanaan
kegiatan tersebut merupakan amanah pelaksanaan regulasi pemerintah.
Dari beberapa permasalahan diatas, dapat diusulkan:
1. Peningkatan kualitas SDM kefarmasian di rumah sakit
Ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk dalam bidang kesehatan setiap waktu berkembang, dan karena itulah apoteker
dituntut untuk selalu memperbaharui pengetahuannya. Proses belajar haruslah proses yang berkelanjutan dan terus menerus.
Untuk itu, peran asosiasi profesi besar sekali dalam memberikan kesempatan kepada anggotanya terus menerus meningkatkan
kapasitas dirinya melalui penyelenggaraan berbagai kegiatan agar apoteker berkesempatan meningkatkan dirinya.
2. Pe
eria Moti asi da Role Model pelaya a kefar asia di rumah sakit
Apoteker yang merasa kurang percaya diri melaksanakan pelayanan kefarmasian dapat dimotivasi bahwa apoteker adalah pihak
yang memiliki pengetahuan yang mumpuni dan kewenangan yang dilimpahi oleh Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 Pasal
108 untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian. Selain itu, dengan memberi kesempatan kepada apoteker melihat
role model yaitu apoteker ya g a pu elaksa aka pelayanan
kefarmasian sesuai standar, maka apoteker lainnya dapat terinspirasi dan memiliki motivasi diri yang kuat bahwa ia juga mampu
melaksanakan pelayanan kefarmasian.
Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 31
3. Advokasi terhadap manajeman rumah sakit
Melalui pelaksanaan advokasi kepada rumah sakit, khususnya pihak manajemen rumah sakit terkait tugas dan fungsi seorang
apoteker sesuai peraturan perundang-undangan, maka diharapkan pihak manajemen mendukung pelaksanaan pelayanan kefarmasian
secara langsung maupun tidak langsung. Diharapkan, pihak manajemen
dapat mengambil
keputusan yang
mendukung pelaksanaan pelayanan kefarmasian, khususnya jika didapatkan
adanya tenaga kesehatan yang tidak mendukung pelayanan kefarmasian.
Advokasi terhadap manajemen rumah sakit meliputi: tugas dan peran apoteker sesuai Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian, pengalaman Direktur rumah sakit yang Instalasi Farmasi Rumah Sakitnya telah melaksanakan pelayanan
kefarmasian, serta kebijakan pelayanan kefarmasian terkait pelayanan farmasi klinik.
Dala ra gka e apaia MDG’s “ejak tahun 2005 sampai 2011 Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian bekerjasama dengan Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan P2PL khususnya Subdit HIVAIDS telah melakukan pembekalan Tenaga Farmasi
tentang Pelayanan Kefarmasian untuk ODHA kepada 155 tenaga farmasi di Rumah Sakit di seluruh Indonesia.
No Nama Kegiatan
Jumlah Tenaga
Farmasi
1 Pelatihan Tenaga Farmasi Tentang Pelayanan Kefarmasian Untuk Odha Orang Dengan HIVAIDS
108 2
Care Support Treatment CST Terapi Untuk ODHA Untuk Kelas Farmasi 25
3 Training Of Trainer TOT Care Support Treatment CST Terapi Untuk ODHA
22
Tabel 4. Pembekalan Tenaga Farmasi tentang Pelayanan Kefarmasian untuk ODHA
Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 32
Dalam rangka mencapai indikator persentase Instalasi Farmasi RS Pemerintah yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar
dilaksanakan di 3 Regional:
REGIONAL BARAT REGIONAL I
REGIONAL TENGAH REGIONAL II
REGIONAL TIMUR REGIONAL III
Pelaksanaan: Jakarta Tempat Praktek: RS Fatmawati
Pelaksanaan: Bandung Tempat Praktek: RS Hasan
Sadikin Pelaksanaan: Surabaya
Tempat Praktek:
RS Dr.
Soetomo Prov Sumsel
RSU Kayuagung,
RSU Prabumulih, RSUD M. Enim,
RSUD
Lahat, RSU
Lubuk Linggau
Prov. Kalbar RSU Sambas, RSU Pemangkat
Prov. Sulawesi Utara RSU Dr.Sam Ratulangi, RSU
Bitung, RS Ratatotok - Buyat
Prov.Lampung RSU
Pringsewu, RSUD
Kalianda, RSU May Jen HM Ryacudu
Prov. Kaltim RSUD Aji Batara ADS, RSU Dr
Abd Rivai Berau, RSU Kota Bontang, RSUD Dr. Kanijoso
Djatiwibowo, RSUD Tarakan, RSUID Inche Abdoel Moeis
Prov. Sulawesi Utara RSU Luwuk, RSU Poso, RSU
Kolonedale, RSU Ampana,
Prov. DKI Jakarta RSUD Budhi Asih, RSUD Ps.
Rebo, RS Haji Jakarta, RSU Tarakan, RSUD Koja
Prov. Jateng RSU, Cilacap, RSU Banyumas,
RSU Purworejo, RSU muntilan, RSU Pandan Arang Bojolali,
RSU Dr.
Suraji TK,
RSU Karanganyar, RSU Sragen, RSU
Ambarawa
Prov. Sulawesi Tenggara RSU Bau Bau, RSU Muna, RSU
Daerah Abunawas, RSU Kolaka Utara, RSU Konawe Utara,
Prov. Jawa Barat RSU Cibinong, RSU Ciawi,
RSUD
Sekarwangi, RSUD
Cianjur, RSUD Cimahi, RSUD Dr. Slamet, RSUD Tasikmalaya,
RSUD Banjar
Dinas Kesehatan Dinkes Prov. Kalbar, Dinkes
Prov. Kaltim, Dinkes Prov. Jateng.
Prov. Maluku RSU Saparua, RSU Tulehu
Dinas Kesehatan Dinas
Kesehatan Sumsel,
Dinkes Prov. Lampung, Dinkes Prov. DKI Jakarta, Dinkes Jabar
Prov.Jawa Timur RSUD
Kalisat Kab.Jember,
RSUD Balung,
RSU Blambangan, RSU Kertosono,
RSUD RA.Basoeni, RSU Haji Surabaya, RS Bakti Darma
Husada BDH, RSUD Sidoarjo, RS Jiwa Menur, RS Polda Jatim
Tabel 5. Rumah Sakit yang menjadi Tempat Pelaksanaan Kegiatan IFRS Pelayanan Farmasi Klinik
Berdasarkan hasil evaluasi dan monitoring pelayanan kefarmasian di rumah sakit didapatkan data bahwa pelayanan farmasi di rumah sakit
belum berjalan optimal sesuai dengan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Hal ini disebabkan belum adanya dukungan oleh stakeholder
Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 33
maupun tenaga kesehatan lain tentang pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Oleh karena itu pada tahun 2011 Direktorat Bina Pelayanan
Kefarmasian telah membuat audio visual tentang pelayanan farmasi klinik di Rumah Sakit. Diharapkan audio visual ini dapat menjadi bahan advokasi
kepada stakeholder dan sosialisasi kepada tenaga kesehatan lain tentang implementasi
pelayanan kefarmasian
sesuai Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit