Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 79
1. memenuhi kebutuhan data dibidang pendistribusian obat, untuk
menentukan kebijakan
pemerintah, dan
untuk menjamin ketersediaan, kemudahan akses serta keterjangkauan masyarakat
terhadap obat. 2.
fleksibilitas dalam mengumpulkan data yang diperlukan, mengurangi tingkat kesalahan yang diakibatkan input ulang data
secara manual, dan secara signifikan dapat mempersingkat waktu yang digunakan untuk proses pengolahan dan penyajian data.
3. Meningkatkan kemampuan dan kemudahan akses data secara tepat
waktu improved the timelines and accessibility of data. 4.
Pengurangan penggunaan kertas untuk laporan paperless. e-Report PBF memuat berbagai data dan informasi yang dapat diakses
seluruh pengguna sistem, yaitu Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi
dan PBF.
Sistem ini
dapat diakses
melalui www.pbf.binfar.depkes.go.id. Tampilan awal sistem pelaporan ini dapat
dilihat pada Gambar 47. dibawah ini.
Gambar 47. Aplikasi E-Report PBF
Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 80
BAB IV PENUNJANG PROGRAM
A. Pembiayaan
Pagu alokasi APBN Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan terus mengalami peningkatan, ini menunjukkan bahwa
pengelolaan kegiatan dalam upaya pencapaian sasaran program kefarmasian dinilai baik. Peningkatan program tidak hanya melalui
peningkatan program yang dilakukan di tingkat pusat tapi juga program di daerah.
Dalam rangka meningkatkan pembangunan kesehatan, pemerintah pusat dan daerah memiliki tugas bersama dalam menyediakan pelayanan
kesehatan yang mer ata, terjangkau dan berkualitas serta memenuhi akses obat dengan jumlah dan jenis yang cukup. Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan telah berupaya dengan menyelenggarakan serangkaian reformasi melalui sejumlah program pembiayaan kesehatan
langsung ke daerah melalui Program Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
1. Kantor Pusat
200 400
600 800
1.000 1.200
1.400 1.600
2010 2011
2012 Alokasi
Realisasi Miliar Rupiah
90,83 90,65
95,82
Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 81
Tahun Alokasi
Realisasi Persentase
2010 954.304.590.000
914.389.369.109 95,82
2011 1.424.578.873.000
1.291.379.966.563 90,65
2012 1.635.989.411.000
1.485.916.196.517 90,83
Sumber : Bagian Keuangan – Setditjen Binfar dan Alkes
Gambar 48. Alokasi dan Realisasi Kantor Pusat Ditjen Binfar dan Alkes Tahun 2010
– 2012
Alokasi APBN Ditjen Binfar dan Alkes pada tahun 2012 mengalami peningkatan sekitar 14,84 atau senilai Rp. 211.410.538.000 dibandingkan
dengan alokasi tahun 2011. Hal ini dikarenakan terdapat penambahan alokasi untuk pengadaan obat dan vaksin. Realisasi anggaran pada tahun
2012 dibandingkan dengan realisasi tahun 2011 mengalami peningkatan sekitar 0,18 . Hal ini bukan merupakan tidak terserapnya anggaran secara
maksimal tetapi lebih kepada proses pengadaan barang dan jasa yang dilaksanakan oleh Ditjen Binfar dan Alkes dilakukan secara efisien terutama
untuk pengadaan Obat dan Vaksin.
2. Dana Dekonsentrasi
Untuk mendukung penyelenggaraan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan hingga ke daerah tingkat ProvinsiKabupatenkota, Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengalokasikan dana dekonsentrasi dengan tujuan 1 mengintegrasikan sasaran Program Obat
dan Perbekalan Kesehatan ke dalam target sasaran kegiatan Dekonsentrasi; 2 melaksanakan perencanaan kegiatan dan penganggaran yang terpadu
antara pusat dan daerah sehingga terbentuk kesamaan visi dan pemahaman terhadap masalah di bidang pelayanan kefarmasian dan alat
kesehatan khususnya serta masalah kesehatan umumnya sekaligus antisipasi terhadap masalah baru di masa yang akan datang; 3
meningkatkan efisiensi dan efektifitas penggunaan dana Program Obat dan Perbekalan Kesehatan di daerah. Adapun perbandingan jumlah alokasi dan
realisasi dana dekonsentrasi yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan pada periode tahun 2010 s.d. 2012 dapat