34.33 79.73 Penilaian Tenaga Kefarmasian Pengelola Obat Berprestasi

Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 27

C. Peningkatan Pelayanan Kefarmasian

Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian telah melakukan berbagai upaya dalam rangka peningkatan mutu dan pelaksanaan pelayanan kefarmasian sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 108 untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian yang meliputi Rumah Sakit dan Puskesmas antara lain melaksanakan Percepatan Peningkatan Mutu Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Perawatan dan Pembekalan SDM IFRS dalam Rangka Pelayanan Farmasi Klinik di Rumah Sakit. Masing-masing kegiatan tersebut dilaksanakan di Wilayah Barat, Tengah dan Timur. Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian menetapkan strategi yaitu: 1. Peningkatan penerapan penggunaan obat yang rasional untuk mengefektifitaskan dan menurunkan biaya pengobatan utamanya program KIA, malaria, TB dan HIVAIDS, melalui: a Evaluasi, revisi dan implementasi pedoman-pedoman penggunaan obat rasional program KIA, Malaria, TB dan HIVAIDS. b Penggerakan penggunaan obat rasional dalam rangka efisiensi dan efektivitas biaya pengobatan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan. 2. Revitalisasi pelaksanaan pelayanan farmasi klinik, diperlukan langkah- langkah: a Revitalisasi pelaksanaan pelayanan farmasi klinik di rumah sakit dan komunitas. b Menempatkan dan meningkatkan peran Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian sebagai tenaga strategis di Rumah Sakit dan Puskesmas. Pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi pada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik. Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 28 Apoteker khususnya yang bekerja di rumah sakit saat ini juga dituntut untuk merealisasikan perubahan paradigma pelayanan kefarmasian dari orientasi produk menjadi orientasi pasien. Untuk dapat merealisasikan hal tersebut, Apoteker harus dapat memberikan pelayanan kefarmasian yang simultan dan komprehensif baik yang bersifat manajerial maupun klinik untuk dapat memastikan bahwa obat yang diberikan kepada pasien telah memenuhi prinsip penggunaan obat rasional.

1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pemerintah yang Melaksanakan

Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Sesuai dengan Indikator Renstra Kemenkes 2010-2014, Presentase Instalasi Farmasi Rumah sakit IFRS pemerintah yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar mempunyai target sebesar 35 di tahun 2012. Realisasi dari capaian indikator tersebut adalah 35,33 atau sejumlah 192 Rumah Sakit dari jumlah rumah sakit milik pemerintah seluruh Indonesia sebanyak 781 Rumah Sakit data SIRS tahun 2011. Gambar 13. Capaian Indikator Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pemerintah yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Berdasarkan data SIRS Tahun 2011 rumah sakit milik pemerintah seluruh Indonesia sebanyak 781 RS, dalam rangka menunjang kegiatan 5 10 15 20 25 30 35 40 45 2010 2011 2012 2014 25 30 35 45 25,30 30,33 35,33 INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT PEMERINTAH YANG MELAKSANAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN SESUAI STANDAR Target Realisasi