Cakupan Sarana Distribusi Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 59 bergerak di bidang farmasi mulai banyak mendirikan apotek sebagai mitra usaha dengan sistem konsinyasiwaralaba yang lebih dikenal dengan sistem franchise yang mulai banyak mengakuisisi Apotek konvensional. Sumber : Pemutakhiran Data Ditjen Binfar dan Alkes, Kemenkes RI Tahun 2012 Gambar 35. Grafik Cakupan Sarana Distribusi di Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2012 a Pedagang Besar Farmasi PBF Cakupan sarana di bidang distribusi seperti Pedagang Besar Farmasi yang mempunyai peran sebagai distributor sudah banyak berkembang di Indonesia. Pedagang Besar Farmasi memegang peranan penting dalam upaya menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan bahan obat untuk pelayanan kesehatan dan melindungi masyarakat dari bahaya penggunaan obat atau bahan obat yang tidak tepat danatau tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan. Perkembangan jumlah sarana PBF di Indonesia pada tahun 2010 - 2012 dapat dilihat pada Gambar 36. yang menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat memiliki jumlah PBF yang paling banyak terutama bila dibandingkan dengan daerah lain di Pulau Jawa DKI Jakarta, Banten, Jawa Timur, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Hal ini dimungkinkan oleh karena Provinsi Jawa Barat merupakan pangsa pasar obat yang sangat baik dan menjanjikan. 10 59 24 5 2 PBF Apotek Toko Obat PAK Cab PAK Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 60 Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 61 Sumber : Pemutakhiran Data Ditjen Binfar dan Alkes, Kemenkes RI Tahun 2011 - 2013 Gambar 36. Jumlah Pedagang Besar Farmasi per Provinsi pada Tahun 2010 - 2012 Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 62 b Apotek Apotek merupakan sarana distribusi yang dalam menjalankan fungsinya bersifat dwifungsi yaitu fungsi ekonomi dan sosial. Fungsi ekonomi menuntut agar apotek memperoleh laba untuk menjaga kelangsungan usaha sedangkan fungsi sosial adalah untuk pemerataan distribusi dan sebagai salah satu tempat pelayanan informasi obat kepada masyarakat. Orientasi pelayanan kefarmasian di apotek saat ini telah bergeser, semula hanya berorientasi pada pelayanan produk product- oriented menjadi pelayanan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien patient-oriented. Jumlah apotek di Indonesia yang meningkat dari tahun ke tahun dapat dilihat pada Gambar 37. Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 63 Sumber : Pemutakhiran Data Ditjen Binfar dan Alkes, Kemenkes RI Tahun 2011 - 2013 Gambar 37. Jumlah Apotek per Provinsi pada Tahun 2010 - 2012 Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 64 c Toko Obat Toko Obat juga mengalami perkembangan yang cukup pesat, walaupun banyak yang sudah mulai beralih izin menjadi Apotek. Sebagai bagian dari sistem distribusi obat, Toko Obat memiliki fungsi yang strategis dalam upaya pemerataan ketersediaan obat agar obat mudah diperoleh dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat sesuai dengan salah satu kebijakan nasional di bidang obat. Pembinaan dan pengawasan mutlak dilakukan dalam upaya mencegah terjadinya penyalahgunaan dan kesalahan dalam penggunaan obat. Jumlah sarana Toko Obat di Indonesia pada tahun 2010 - 2012 dapat dilihat pada Gambar 38. Dari grafik tersebut diketahui bahwa Provinsi Jawa Barat memiliki jumlah Toko Obat terbanyak. Sementara di Pulau Sumatera, Toko Obat paling banyak terdapat di Provinsi Sumatera Utara diikuti dengan Aceh, Riau, dan Sumatera Barat. Untuk wilayah Indonesia bagian timur terlihat bahwa sebaran Toko Obat terbanyak terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan sehingga disimpulkan bahwa secara keseluruhan peluang untuk meningkatkan jumlah sarana distribusi berupa Toko Obat ini masih sangat luas. Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 65 Sumber : Pemutakhiran Data Ditjen Binfar dan Alkes, Kemenkes RI Tahun 2011 - 2013 Gambar 38. Jumlah Toko Obat per Provinsi pada Tahun 2010 – 2012 Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 66 d Penyalur Alat Kesehatan dan Cabang Penyalur Alat Kesehatan Kegiatan penyaluran alat kesehatan di atur di dalam Permenkes RI No.1191MenkesPerVIII2010 tentang Penyaluran Alat Kesehatan yang merupakan perubahan atas Permenkes RI No. 1184MenkesPerX2004 tentang Pengamanan Alat Kesehatan dan PKRT. Perubahan mendasar dengan keluarnya Permenkes RI No. 1191MenkesPerVIII2010 adalah dihapusnya Sub Penyalur Alat Kesehatan, sehingga sarana penyalur alat kesehatan hanya Penyalur Alat Kesehatan PAK, Cabang PAK, dan Toko Alat Kesehatan. Selama masa peralihan semua Sub PAK harus menyesuaikan dengan peraturan baru hingga paling lambat 3 tiga tahun sejak peraturan tersebut diundangkan. 5 10 15 20 25 30 ACEH SUMUT SUMBAR RIAU JAMBI SUMSEL BENGKULU LAMPUNG BABEL KEPRI 15 3 4 1 2 2 3 16 1 3 9 2 2 11 30 4 9 1 16 4 8 2 9 2010 2011 2012 Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 67 Sumber : Pemutakhiran Data Ditjen Binfar dan Alkes, Kemenkes RI Tahun 2013 Gambar 39. Jumlah Sarana Penyalur Alat Kesehatan per Provinsi pada Tahun 2012 Dari grafik diatas terlihat bahwa pada saat ini sarana PAK masih terpusat di pulau Jawa, khususnya provinsi DKI Jakarta, karena pada awalnya PAK merupakan agen tunggal dari produsen alkes sehingga ada kecenderungan untuk memilih lokasi usaha di DKI Jakarta yang akan 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1.000 BANTEN DKI JAKARTA JABAR JATENG DIY JATIM BALI NTB NTT 49 715 92 25 6 40 4 62 880 141 38 8 59 10 2 75 950 163 93 15 131 23 13 3 2010 2011 2012 5 10 15 20 25 30 KALBAR KALSEL KALTIM SULUT SULTENG SULSEL SULTRA MALUKU MALUT 1 1 3 2 3 2 1 4 1 18 11 5 4 1 27 1 1 3 2010 2011 2012 Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 68 mempermudah aktivitas usahanya. Dengan adanya Permenkes No. 1191MenkesPerVIII2010 maka PAK bisa merupakan agen tunggal maupun sub distributor dari PAK lain. Hingga tahun 2012, terdapat 5 provinsi yang belum memiliki sarana PAK yaitu Provinsi Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, Gorontalo, Papua, dan Papua Barat. Kegiatan Distribusi Alat Kesehatan di wilayah provinsi yang belum memiliki PAK dilakukan oleh Cabang PAK, dan Toko Alat Kesehatan. Sebagaimana terlihat pada Gambar 40., dimana Provinsi DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Tengah memiliki sarana yang paling tinggi. Sumber : Pemutakhiran Data Ditjen Binfar dan Alkes, Kemenkes RI Tahun 2013 Gambar 40. Jumlah Sarana Cabang Penyalur Alat Kesehatan per Provinsi Tahun 2012

3. Cakupan Sumber Daya Manusia Kefarmasian

Peranan Sumber Daya Manusia Kefarmasian sangat penting dalam mendukung pelaksanaan kesehatan yang komprehensif, namun harus diakui bahwa hingga saat ini masih dihadapi berbagai permasalahan dalam manajemen sumber daya manusia di bidang kefarmasian. Permasalah yang dihadapi berkaitan dengan belum terpenuhinya jumlah kebutuhan tenaga kefarmasian, kurang meratanya distribusi tenaga ke farmasian terutama di Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2012 69 daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan DTPK serta masih kurangnya dukungan regulasi dalam penyelenggaranaan dan pemberdayaan SDM kefarmasian. Dari hasil Pemutakhiran Data Kefarmasian Tahun 2013 dapat dilihat sebaran tenaga kefarmasian di 29 Provinsi di Dinas Kesehatan, RSUD dan Puskesmas dengan melihat tingkat pendidikan dan instansi tempat bekerja.

a. Data Tenaga Kefarmasian di Dinas Kesehatan

Sumber : Pemutakhiran Data Ditjen Binfar dan Alkes, Kemenkes RI Tahun 2013 Gambar 41. Grafik SDM Kefarmasian yang Bekerja di Dinas Kesehatan Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa sebaran tenaga kefarmasian di dinas kesehatan untuk Pulau Jawa paling banyak terdapat di provinsi Jawa Tengah dengan jumlah tenaga kefarmasian yang bekerja di dinas kesehatan sebanyak 288 tenaga farmasi. Untuk Pulau Sumatera, tenaga kefarmasian yang paling banyak bekerja di Dinas Kesehatan terdapat di Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah tenaga kefarmasian yang bekerja di dinas kesehatan sebanyak 232 tenaga farmasi. Di Pulau Kalimantan dan Sulawesi tenaga kefarmasian dengan jumlah paling banyak terdapat di Provinsi Kalimantan Timur dengan jumlah tenaga kefarmasian yang bekerja di dinas kesehatan sebanyak 77 tenaga farmasi dan Sulawesi Selatan sebanyak 132