Keutam aan dan Kemuliaan llmu (Urgensi dan Kebutuhan Manusia Kepada

A. Keutam aan dan Kemuliaan llmu (Urgensi dan Kebutuhan Manusia Kepada

llmu) Allah SWT berfirman,

"Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia yang menegakkan keadilan. Para malaikatdan orang-orang yang berilmu juga menyatakan yang demikian itu. Tak ada Tuhan selain Dia. Dia Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."(Ali Imran: 18)

Allah SWT mempersaksikan orang-orang yang berilmu atas sebab yang dipersaksikan kepada-Nya, yaitu tauhidullah (mengesakan Allah SWT). Karena itu, Allah berfirman,

"Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia yang menegakkan keadilan." (Ali Imran: 18)

Ini menunjukkan keutamaan ilmu dan orang-orang yang berilmu dari beberapa segi. Satu. Terpilihnya mereka untuk memberikan kesaksian. Dua. Beriringannya kesaksian mereka dengan kesaksian Allah SWT. Tiga. Beriringannya kesaksian mereka dengan kesaksian para malaikat. Empat. Semua hal di atas menunjukkan bahwa Allah SWT mengakui "kebersihan"

dan keadilan mereka, karena Allah SWT tidak meminta kesaksian kecuali dari makhluk- Nya yang adil.

104 Kunci Kebahagiaan

Dalam sebuah riwayat Nabi saw pernah bersabda, "llmu ini akan dibawa oleh orang-orang adil dari generasi yang akan datang.

Mereka menghilangkan distorsi orang-orang ekstrim, tipu daya orang-orang yang melakukan kebatilan, dan takwil orang-orang bodoh. " 33

Muhammad bin Ahmad bin Ya'kub bin Syaibah berkata, "Saya melihat seorang lelaki mengajukan tuduhan atas seseorang kepada Ismail bin Ishaq, seorang qadhi. Lalu Ismail bin Ishaq bertanya kepada sang terdakwa tersebut, tetapi dia menolak tuduhan itu. Lalu dia bertanya kepada lelaki yang mengajukan tuduhan, 'Apakah anda memiliki saksi?' Dia menjawab: 'Ya, si fulan dan fulan, adapun si fulan yang pertama kesaksiannya bisa diterima, sedangkan yang satunya lagi tidak bisa diterima.' Ismail bin Ishaq pun bertanya, 'Jadi Anda mengetahui hal itu?' orang tersebut menjawab, 'Ya, saya tahu.' Ismail bin Ishaq bertanya kembali, 'Dengan apa Anda mengetahuinya?' orang tersebut pun menjawab, 'Saya mengetahuinya melalui kitab- kitab hadits.'

Ismail bin Ishaq bertanya lagi, 'Bagaimana Anda mengetahuinya dengan kitab- kitab hadits?' Orang tersebut menjawab, 'Saya tahu dari kitab-kitab hadits hal yang baik, yaitu bahwa Nabi saw. bersabda, 'Ilmu ini akan dibawa oleh orang-orang adil dari generasi mendatang. Dan orang yang dinilai adil oleh Rasulullah saw. adalah lebih utama dari orang yang Anda anggap adil.' Lalu Ismail bin Ishaq pun berkata, 'Pergilah dan datangkan orang itu. Saya sungguh telah menerima kesaksian orang itu.'" Mengenai hal ini, insya Allah akan bicarakan pada tempatnya nanti.

Lima. Allah SWT menyebut mereka sebagai orang-orang yang berilmu. Ini

menunjukkan bahwa mereka benar-benar orang-orang yang berilmu, bukan sekedar kiasan.

Enam. Allah SWT bersaksi dengan diri-Nya sendiri, dan Dialah Saksi Yang Maha Agung, kemudian dengan makhluk-makhluk yang menjadi pilihannya, yaitu para malaikat dan orang-orang yang berilmu. Hal ini cukup menjadi bukti bagi kemuliaan dan ketinggian derajat mereka.

Tujuh. Dengan kesaksian mereka, Allah SWT membuktikan hal yang sangat

agung, besar, dan tinggi yaitu bahwa 'Tiada Tuhan selain Allah'. Zat Yang Maha Kuasa

33 Syaikh al-Albani berkata, "Hadits ini mursaal karena Ibrahim bin Abdullah bin Abdurrahman al- Udzari adalah seorang tabi'in yang kurang kualifikasinya dalam bidang hadits, sebagaimana yang dikatakan

adz-Dzahabi. Dan riwayat Mu'adz bin Rifa'ah tidak bisa dijadikan pegangan, tapi hadits ini telah diriwayatkan secara bersambung dari beberapa sahabat dan sebagian dari jalur itu dishahihkan oleh al- Hafizh al-Ala'i dalam kitab Baghyahtul-Multamis (3-4)." Al-Khathib meriwayatkannya dalam kitab Syarafu ash-Shahibil-Hadits (11/35) dari Mihnan bin Yahya. Dia berkata, "Saya pernah bertanya kepada Ahmad bin Hanbal tentang hadits Mu'adz bin Rifa'ah dari Ibrahim ini, dan saya katakan kepadanya, 'Sepertinya hadits ini hadits maudhu'T Dia menjawab, 'Tidak, hadits ini shahih.' Lalu Aku bertanya kepadanya, 'Dari mana Anda mendengar hadits ini?' Dia menjawab, 'Saya telah mendengarnya dari beberapa orang.' Lalu saya bertanya, 'Siapa mereka itu?' Dia menjawab, 'Seorang miskin telah menyampaikan kepadaku, hanya saja dia mengatakan, 'Yaitu Mu'adz dari al-Qasim bin Abdurrahman.' Ahmad menjawab, 'Mu'adz bin Rifa'ah itu tidak bermasalah.' Saya telah mengumpulkan sejumlah hadits tentang hal ini dan saya berniat untuk melakukan verifikasi tentang hadits-hadits itu jika kami mempunyai kesempatan, insya

Allah." Dari kitab al-Misykaat (1/82-83).

llmu & Kemauan Serta Perannya Dalam Mencapai Kebahagiaan 105 llmu & Kemauan Serta Perannya Dalam Mencapai Kebahagiaan 105

Delapan. Allah SWT menjadikan kesaksian mereka sebagai argument atas orang- orang yang ingkar. Dengan demikian, mereka ibarat dalil, ayat, dan bukti-bukti yang menunjukkan ketauhidan Allah SWT.

Sembilan. Allah SWT menyebutkan satu kata kerja (fi'il) untuk kesaksian dari- Nya, dari malaikat, dan dari mereka (orang-orang berilmu), tanpa menyebutkan kata kerja lagi. Hal ini menunjukkan eratnya keterkaitan kesaksian-kesaksian mereka dengan kesaksian-Nya. Seakan-akan Allah SWT menyatakan ketauhidan-Nya melalui lidah mereka. Jadi Allah SWT menyatakan kesaksian-Nya atas keesaan-Nya dengan diri-Nya sendiri sebagai permulaan dan pengajaran. Sedangkan, orang-orang yang berilmu memberikan kesaksian atas ketauhidan Allah SWT sebagai penegasan, pengakuan, pembenaran, dan keimanan.

Sepuluh. Dengan kesaksian tersebut, Allah SWT menjadikan mereka sebagai orang-orang yang menunaikan hak-Nya atas makhluk-Nya. Jika mereka menunaikannya, maka mereka telah menunaikan hak-Nya, dan tetaplah hak tersebut atas seluruh makhluk-Nya. Dengan demikian, seluruh makhluk-Nya juga wajib menunaikan hak Allah tersebut, karena itu adalah jalan menuju puncak kebahagiaan mereka, baik di dunia maupun di akhirat. Orang-orang yang berilmu tersebut mendapatkan pahala sebesar pahala orang-orang yang mendapatkan petunjuk berkat mereka. Ini merupakan kemuliaan besar yang batasnya tidak diketahui kecuali oleh Allah SWT. Inilah sepuluh bentuk makna dari ayat ini.

Sebelas. Mengenai kemuliaan ilmu dan pemiliknya, maka Allah SWT telah menyatakan ketidaksetaraan antara orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu, sebagaimana Allah membedakan antara penghuni neraka dengan penghuni surga. Allah SWT berfirman,

"Katakanlah (Muhammad), tidak sama antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui." (az-Zumar: 9)