Allah berfirman,

10) Allah berfirman,

"Dan supaya orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir berkata, 'Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?'" (al-Mudatstsir: 31)

"Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh setan itu sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya." (al-Hajj: 53)

Dalam ketiga tempat ini yang dimaksud dengan penyakit hati, ialah penyakit

kebodohan dan syubhat. Adapun penyakit syahwat, terdapat dalam firman Allah,

"Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita lain, jika kamu bertakwa. Maka, janganlah kamu tunduk berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada

penyakit dalam hati." (al-Ahzaab: 32)

220 Kunci Kebahagiaan

Artinya, janganlah kamu lemah lembut dalam berbicara sehingga orang yang ada kejahatan dan nafsu zina dalam hatinya berkeinginan untuk melakukan hal itu kepadamu. Mereka mengatakan bahwa perempuan apabila berbicara dengan orang asing hendaklah mengeraskan nada suara dan menguatkannya, tidak melembutkannya. Karena hal itu bisa menjauhkan kepenasaran dan keinginan. Hati juga memiliki penyakit lain seperti riya, takabur, hasad, bangga diri, congkak, cinta kepemimpinan dan kedudukan di muka bumi. Penyakit ini bagian dari penyakit syubhat dan syahwat. Hal ini timbul pasti karena adanya khayalan batil dan keinginan busuk seperti ujub, bangga, congkak, dan ketakaburan yang terbentuk dari khayalan kebesaran dan keutamaan, keinginan diagungkan makhluk dan dipuji.

Semua penyakit hati, keluar dari dorongan syahwat atau syubhat atau dari keduanya. Penyakit-penyakit ini semuanya lahir dari kebodohan. Obatnya adalah ilmu sebagaimana yang disabdakan Nabi saw. dalam hadits pemilik luka di kepala yang diberikan fatwa untuk mandi, lalu dia mati. Rasul bersabda, "Mereka membunuhnya, maka Allah akan membunuh mereka. Mengapa tidak bertanya jika tidak tahu? Sesungguhnya obat penyembuh ketidakcakapan adalah bertanya." 66

Nabi menjadikan kelemahan hati untuk mengetahui dan kelemahan lidah untuk mengatakan, sebagai penyakit. Obatnya adalah bertanya kepada ulama. Jadi penyakit hati lebih sulit disembuhkan daripada penyakit badan karena puncak dari penyakit badan adalah kematian. Sedangkan, penyakit hati akan mengantar pemilikinya kepada penderitaan abadi dan tidak ada obat bagi penyakit ini kecuali ilmu. Karena itu, Allah menamakan kitab-Nya dengan obat bagi penyakit dada. Allah berfirman,

"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dada dan petunjuk serta rahmah bagi orang-orang yang beriman." (Yunus: 57)

Karena itulah, bagi hati manusia, ulama laksana seorang dokter bagi badan. Dan apa yang dikatakan orang bahwa ulama adalah dokter hati, itu karena mereka mampu memadukan antara keduanya. Kalau tidak, justru mereka sebenarnya lebih hebat dari itu. Kadang banyak bangsa yang membutuhkan para dokter, tapi hanya ada sedikit dokter pada negeri tersebut. Dan terkadang ada orang yang menikmati umurnya sementara ia tidak terlalu membutuhkan seorang dokter. Sedangkan ulama, demi Allah dan perintah-Nya, mereka adalah kehidupan dan ruh para makhluk. Tidak pernah sekejap mata pun kita tidak butuh kepada mereka.

Kebutuhan hati terhadap ilmu tidak seperti kebutuhan kepada pernafasan udara, tapi lebih besar dari itu. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ilmu terhadap hati seperti air bagi ikan. Jika ia kehilangan air, maka ia akan mati.

^Diriwayatkan Abu Daud (332), Ibnu Majah (1/189), ad-Daruquthni (1/190) dan al-Albani menghasankan

hadits ini dalam kitab Tamam al-Minnah (1/131).

Ilmu & Kemauan Serta Perannya Dalam Mencapai Kebahagiaan 221

Maka, perbandingan ilmu kepada hati seperti perbandingan mata kepada cahaya, pendengaran kepada telinga, dan ucapan kepada lidah. Jika itu semua hilang, maka mata buta, telinga tuli, dan mulut bisu. Karena itulah, Allah menyebut orang bodoh dengan orang buta, tuli dan bisu. Itu adalah sifat hatinya karena kehilangan ilmu yang bermanfaat sehingga menetap dalam kebutaan, kebisuan, dan ketulian. Allah berfirman,

"Dan barangsiapa yang buta hatinya di dunia ini, niscaya di akhirat nanti dia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan yang benar." (al-lsraa: 72)

Yang dimaksud adalah buta hati di dunia. Allah berfirman, "Dan Kami mengumpulkan mereka pada hati kiamat (diseret) atas muka mereka

dalam keadaan buta, bisu, dan pekak. Tempat kediaman mereka adalah neraka Jahanam.'(al-lsraa': 97)

Karena ketika di dunia keadaan mereka seperti itu, maka ia akan dibangkitkan sesuai dengan keadaan mereka di kala hidup. Ada perselisihan tentang kebutaan di akhirat. Ada yang mengatakan bahwa itu adalah buta hati dengan dalil bahwa Allah mengabarkan tentang penglihatan orang-orang kafir, malaikat, dan neraka. Ada pula yang mengatakan bahwa itu adalah buta mata. Pendapat terakhir ini lebih rajih karena pemakaian kata dalam ayat itu tertuju ke sana dan berdasarkan firman Allah,

"Dia berkata, 'Ya Tuhan, mengapa Engkau membangkitkan saya dalam keadaan buta, padahal aku dulu melihat.'" (Thaahaa: 125)

Ayat di atas menunjukkan kebutaan pada mata. Orang kafir tidak dapat dikatakan melihat/memiliki mata hati dengan berbagai alasan/hujjah yang mereka kemukakan. Adapun mengenai penglihatan orang kafir pada hari kiamat, orang-orang yang menganut pendapat kedua ini mengatakan bahwa orang kafir ketika dikeluarkan dari kubur dengan mata melihat. Tapi ketika digiring ke neraka, mata mereka buta. Ini yang dikatakan al-Farra' dan yang lain.

Delapan puluh delapan. Sesungguhnya Allah SWT dengan hikmah-Nya telah menguasakan atas hamba, seorang musuh yang mengetahui cara-cara dan sebab kehancuran serta keburukan untuk menjerumuskannya. Musuh itu sangat licik, lihai, sangat bernafsu melakukan itu semua, dan tak pernah berhenti siang dan malam. Pasti salah satu dari enam perangkap mereka akan menjeratnya.

Bisa jadi musuh yang telah dikuasakan Allah itu menjatuhkannya ke dalam kekafiran. Jika dia berhasil memenangkan itu, dia akan meninggalkannya dan beristirahat. Jika dia tidak berhasil dan hamba itu mendapat petunjuk kepada Islam, maka dia akan sangat berhasrat menjerumuskannya ke dalam bid'ah, temannya kekafiran. Musuh ini lebih suka menjerumuskan orang pada hal yang bid'ah daripada kemaksiatan. Itu karena, ketika seseorang melakukan maksiat, maka ia akan bertaobat. Tapi apabila melakukan bid'ah, seseorang tidak akan bertaobat; karena ia merasa benar dan berada dalam hidayah.

222 Kunci Kebahagiaan

Dalam berbagai riwayat dikatakan bahwa Iblis berkata, "Saya membinasakan anak Adam dengan dosa dan mereka menghancurkan saya dengan istigfar dan dengan kalimat tiada Tuhan selain Allah. Jika saya menyaksikan itu, maka saya meniupkan kepada mereka hawa nafsu. Sehingga, mereka berdosa dan tidak bertaobat, sebab mereka mengira bahwa mereka berbuat baik. Jika Iblis berhasil, dia akan menjadikannya sebagai pemimpin dan penguasa. Jika dia tidak mampu melakukan itu, dia akan menyibukkannya dengan pekerjaan yang tidak terlalu penting di atas pekerjaan yang lebih utama, untuk mengacaukannya. Ini adalah langkah yang kelima.

Jika dia tidak mampu melakukannya, dia akan menuju kepada langkah keenam. Yaitu, memerintahkan kelompoknya untuk menyakiti, mencela, mendustakan, dan menuduh hamba itu dengan perbuatan dosa besar supaya dia sedih dan hatinya menjadi sibuk. Sehingga, menjadi jauh dari ilmu, kehendak, dan seluruh amal perbuatan. Jika demikian, bagaimana mungkin orang yang tidak memiliki pengetahuan tentang segala persoalan ini dapat terhindar dari iblis? Bagaimana mungkin, orang yang tidak mengenal musuhnya dan tidak tahu tentang hal yang dapat membentenginya bisa terhindar dari iblis?

Hamba yang selamat hanyalah mereka yang mengenalnya dan mengenal cara- cara yang dipakai serta jalur-jalur yang ditempuh pasukan itu. Bagaimana mungkin orang yang tidak tahu tempat masuk dan keluar, cara memeranginya, cara mengobati dan dari apa dia mengambil kekuatan untuk memerangi dan menghalanginya bisa terbebas dari semua itu? Ini semua tidak dapat terwujud kecuali dengan ilmu.

Orang-orang bodoh biasanya lalai dan buta dari masalah besar dan luar biasa ini. Karena itulah musuh ini, keadaan, tentara, dan tipu dayanya banyak sekali disebutkan dalam Al-Qur'an. Karena, jiwa sangat butuh untuk tahu kepada musuhnya, cara memerangi dan menghadapinya. Kalau bukan ilmu, maka tidak ada yang dapat selamat dari cengkeraman musuh ini. Jadi hanya dengan ilmu, keselamatan dapat dicapai.

Delapan puluh sembilan. Sesungguhnya kelalaian adalah penyebab paling besar mengapa seorang hamba dijauhkan dari kebaikan dunia dan akhirat serta kelezatan nikmat dalam dua tempat tersebut sehingga musuh dapat masuk dari jalur itu. Kelalaian adalah lawan ilmu. Kemalasan adalah lawan dari kehendak dan tekad. Ini merupakan pangkal bencana dan terlemparnya hamba dari kedudukan orang- orang bahagia. Itu karena kealpaan ilmu. Allah SWT telah mencela orang-orang yang lalai. la juga melarang untuk menjadi seperti mereka. Allah berfirman,

"Dan janganlah kamu menjadi dari orang-orang yang lalai." (al-A'raaf: 205)

"Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari

mengingat Kami." (al-Kahf: 28)

"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah). Mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah). Mereka

Ilmu & Kemauan Serta Perannya Dalam Mencapai Kebahagiaan 223 Ilmu & Kemauan Serta Perannya Dalam Mencapai Kebahagiaan 223