Allah SWT memberitahukan bahwa Al-Qur'an menjadi sebab kesesatan

27) Allah SWT memberitahukan bahwa Al-Qur'an menjadi sebab kesesatan

segolongan manusia, padahal Al-Qur'an adalah petunjuk-Nya bagi para rasul-Nya dan hamba-hamba-Nya. Karena itulah, Allah SWT memberitakan bahwa Al-Qur'an hanya menjadi petunjuk bagi orang yang mengikuti ridha-Nya. Allah SWT berfirman,

"Dan apabila diturunkan suatu surah, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, 'Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan turunnya surah ini?' Adapun orang-orang yang beriman, maka surah

Kunci Kebahagiaan Kunci Kebahagiaan

Tidak ada yang lebih buruk bagi tempat ilmu (hati) daripada perubahannya dari sesuatu yang biasanya membuat orang-orang mendapatkan petunjuk menjadi sebab sesatnya mereka. Apabila kondisi hati sudah demikian, maka penamaannya sebagai tempat ilmu adalah seperti mulut yang tidak membedakan antara pahit dan tawarnya air, sebagaimana dikatakan dalam sebuah syair,

"Barangsiapa mulutnya pahit dan sakit,

maka air embun pun terasa pahit."

Jika hati telah rusak, maka kemampuaanya untuk mengetahui juga rusak. Apabila mulut telah rusak, maka kemampuan untuk merasa juga rusak, demikian pula halnya mata. Orang-orang ahli tentang uang berkata, "Barangsiapa khawatir dengan uangnya, maka dia akan lupa akan uangnya itu, sehingga dia tidak tahu mana yang asli dan yang palsu." Beberapa ulama salaf berkata, "Ilmu dijaga dengan mengamalkannya. Jika ilmu itu diamalkan, maka ia akan terpelihara, dan bila tidak, maka ia akan hilang." Dan sebagian ulama salaf juga berkata, "Kami dulu menghafal ilmu dengan mengamalkannya." Jadi sebab terkuat hilangnya ilmu adalah karena tidak diamalkan. Sesungguhnya ilmu itu dimaksudkan untuk diamalkan, ia ibarat seorang pemandu jalan bagi seorang musafir. Jika musafir tersebut tidak berjalan di belakang pemandu jalan itu, maka dia tidak akan mendapat manfaat dari petunjuknya, dan ia seperti orang yang tidak mengetahui apa-apa. Sebab, orang berilmu dan tidak mengamalkan ilmunya seperti orang bodoh yang tidak berilmu sama sekali. Juga seperti orang yang memiliki emas dan perak. Namun, ketika kelaparan dan tidak memiliki pakaian, dia tidak membeli makanan dan pakaian dengan hartanya itu. Sehingga, dia seperti orang fakir yang tidak memiliki apa-apa. Sebagaimana dikatakan oleh seorang penyair,

"Orang yang tidak membelanjakan hartanya ketika butuh karena takut

fakir, maka yang dilakukannya itu adalah kefakiran."

Orang Arab menamai keburukan dan perbuatan tercela sebagai kebodohan. Hal ini bisa jadi karena itu merupakan buah dari kebodohan sehingga dinamai dengan nama sebabnya. Atau, karena kebodohan diistilahkan untuk hal yang bertentangan dengan ilmu dan amal.

Seorang penyair berkata,

Ilmu & Kemauan Serta Perannya Dalam Mencapai Kebahagiaan 201

"Ketahuilah, jangan sampai ada orang yang tidak tahu tentang kami karena kami

akan lebih tidak tahu orang-orang yang tidak kenal kami." Ini seperti ucapan Musa a.s. kepada kaumnya setelah mereka berkata,

"Apakah engkau mempermainkan kami.' Musa berkata, 'Saya berlindung kepada

Allah menjadi salah seorang dari orang-orang bodoh.'" (al-Baqarah: 67)

Maka, penghinaan terhadap orang-orang mukmin Allah jadikan sebagai sebuah

kebodohan. Di antaranya juga firman Allah SWT tentang kisah Yusuf,

"Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk memenuhi keinganan mereka dan tentulah aku termasuk orang-

orang yang bodoh." (Yusuf: 33) Juga firman-Nya,

"Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf serta

berpaling daripada orang-orang bodoh." (al-A'raaf: 199)

Maksud ayat ini bukan perintah agar berpaling dari orang yang tidak tahu, sehingga dia membiarkannya dan tidak memberitahunya serta memberikan petunjuk kepadanya. Tetapi, maksudnya adalah agar berpaling dari ketidaktahuan orang yang tidak mau mengetahuinya dan agar tidak menemuinya serta tidak mencelanya. Muqatil bin Sulaiman, Urwah, Dhahak, dan lainnya berkata, "Jagalah dirimu agar tidak bertemu dengan kedunguan mereka." Hal seperti ini banyak terdapat dalam ucapan orang-orang Arab.

Di antaranya juga hadits,

"jika salah seorang di antara kamu berpuasa, maka janganlah dia bersuara keras dan

berlaku bodoh."(HR Bukhari dan Muslim)

Karena itulah, kemaksiatan dinamakan kebodohan. Qatadah berkata, "Para sahabat Nabi sepakat bahwa semua yang melakukan kemaksiatan adalah orang bodoh." Bukan berarti bahwa orang itu tidak mengetahui keharamannya. Karena jika dia tidak tahu, maka dia tidak berdosa sehingga tidak ada hukuman dunia dan akhirat baginya. Akan tetapi, dosa itu sendiri dinamakan kebodohan walaupun pelakunya mengetahui keharamannya. Karena bisa jadi itu terjadi karena kelemahan dan kekurangan pengetahuannya atau karena menempatkan pelakunya sebagai orang yang tidak tahu tentang hal itu.

Kelima, ketika mereka menolak kebenaran dan enggan menerimanya, mereka dihukum dengan. ditutupnya hati mereka, dan dengan dicabutnya akal serta pemahaman mereka, sebagaimana firman Allah,

202 Kunci Kebahagiaan

"Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati karena itu mereka tidak dapat mengerti." (al-Munaafiquun: 3)

Keenam, ilmu yang bermanfaat dan membawa kepada keselamatan dan keberuntungan tidak mereka dapatkan, karena pengetahuan tentang hakikat ilmu itu dihilangkan dari mereka. Dan sesuatu terkadang dianggap tidak ada karena hasil dan tujuannya hilang. Allah SWT berfirman tentang penghuni neraka,

"Maka sesungguhnya baginya neraka Jahanam, la tidak mati di dalamnya dan tidak

pula hidup." (Thaahaa: 74)

Kehidupan dinafikan dari mereka karena tidak ada lagi faidah dari ke*hidupan tersebut. Orang-orang mengatakan bahwa harta yang kita miliki adalah yang kita nafkahkan dan ilmu yang kita miliki adalah yang bermanfaat. Oleh karena itulah Allah SWT menafikan pendengaran, penglihatan, dan akal dari orang-orang kafir karena mereka tidak memanfaatkannya. Allah SWT berfirman,

"Dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan, dan hati, tetapi pendengaran, penglihatan, dan hati mereka itu tidak berguna sedikit pun bagi

mereka karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah." (Al-Ahqaf: 26)

"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah. Mereka mempunyai mata, tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah). Mereka mempunyai telinga, tetapi tidak

dipergunakannya untuk mendengarkan ayat-ayat Allah." (al-A'raaf: 179)

Ketika mereka tidak mendapatkan petunjuk dengan indera-indera tersebut, maka mereka disamakan dengan orang-orang yang kehilangan indera-indera itu. Allah SWT berfirman,

"Mereka tuli, bisu, dan buta, maka oleh sebab itu mereka tidak mengerti." (al-