HR. Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, an-Nasa'i dan Ahmad dalam musnadnya

51 HR. Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, an-Nasa'i dan Ahmad dalam musnadnya

llmu & Kemauan Serta Perannya Dalam Mencapai Kebahagiaan 187

Tetapi mereka lebih memilih kesesatan dan kekafiran, padahal mereka mengetahui dan meyakini kebenaran tersebut.

Karena itulah, Allah menyebutkan kisah orang-orang tersebut di antara kisah umat-umat lainnya dalam surah wasy-syams wadhu-dhuhaha, karena di dalam surah tersebut Allah menyebutkan terbaginya jiwa manusia kepada jiwa yang suci, bijak, dan mendapat petunjuk, serta jiwa yang jahat, sesat, dan sengsara. Dalam ayat tersebut juga disebutkan dua hal pokok, yaitu ketetapan qadar dan ketetapan syara'. Allah SWT berfirman,

"Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya." (asy-Syams: 8)

Ini adalah ketetapan qadar dan qadha' Allah. Kemudian Allah berfirman,

"Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." (asy-Syams: 9-10)

Ini adalah perintah dan agama-Nya. Allah telah memberikan petunjuk kepada Kaum Tsamud tetapi mereka lebih

memilih kebutaan (kesesatan) daripada petunjuk. Maka, Allah menyebutkan kisah mereka untuk menjelaskan akibat bagi orang yang lebih memilih kejahatan atas ketakwaan, dan kekekjian atas kesucian. Allah lebih mengetahui atas apa yang Dia kehendaki.

Kelompok kedua ini mengatakan bahwa cukup sebagai bukti atas pendapat mereka informasi Allah SWT tentang ucapan orang-orang kafir setelah melihat azab dan hari kiamat serta menyaksikan apa yang diberitakan para rasul,

"Kiranya kami dikembalikan ke dunia dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan Kami, serta menjadi orang-orang yang beriman," (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan) tetapi sebenarnya telah nyata kepada mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu sembunyikan. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Sesungguhnya mereka itu adalah pendusta- pendusta belaka." (al-An'aam: 27-28)

Pengetahuan apa lagi yang lebih jelas dari pengetahuan seseorang yang telah menyaksikan hari kiamat dan segala kejadiannya serta merasakan azab akhirat. Akan tetapi, jika dia dikembalikan ke dunia, dia tetap akan memilih jalan yang sesat dan enggan mengikuti petunjuk, tanpa mengambil manfaat dari apa yang ia lihat dan saksikan. Allah SWT berfirman,

"Kalau Kami turunkan malaikat kepada mereka dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka serta Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka, niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (al-An'aam: 111)

188 Kunci Kebahagiaan

Tidak untuk tujuan komersil Maktabah Raudhatul

Apakah setelah para malaikat turun secara terang-terangan, orang-orang yang telah mati berbicara dan bersaksi akan kebenaran Rasulullah, serta segala sesuatu di dunia dikumpulkan di hadapan mereka dengan menunjukkan kebenaran-Nya maka mereka tetap tidak beriman, tidak tunduk kepada kebenaran, dan tidak membenarkan Rasul? Apabila kita lihat kembali sejarah Rasulullah saw. bersama kaumnya dan orang- orang Yahudi, maka akan kita ketahui bahwa mereka sangat yakin kepada kebenaran beliau dan kebenaran apa yang beliau sampaikan. Akan tetapi, mereka tetap memilih kesesatan dan enggan untuk beriman.

Al-Mussawwir bin Makhramah r.a. berkata kepada Abu Jahl, pamannya, "Apakah engkau pernah menuduh Muhammad berdusta sebelum dia menyampaikan seruannya?" Abu Jahl berkata, "Semoga Allah melaknatnya. Demi Allah, ketika Muhammad masih belia dia dijuluki al-amiin (terpercaya). Kami sama sekali tidak pernah melihat ia berbohong, dan setelah ia dewasa tentu dia tidak mungkin berbohong atas nama Allah!" Lalu Al-Mussawwir berkata, "Wahai pamanku, kalau begitu mengapa engkau tidak mengikutinya?" Abu Jahl menjawab, "Wahai anak saudaraku, kita memperebutkan kemuliaan dengan Bani Hasyim! Mereka memberikan makan dan minum kepada orang-orang yang membutuhkannya, kita juga melakukannya. Mereka menolong orang lemah, kita juga melakukannya. Ketika kami sama-sama mendapat kemuliaan, mereka berkata, 'Dari kami ada seorang Nabi,

kapan kalian bisa menyusul?"' 52

Seperti Umayyah bin Abi ash-Shalth yang dari hari ke hari menunggu kehadiran Nabi Muhammad saw., ia juga tahu tentang kenabian beliau sebelum beliau diangkat sebagai nabi. Namun, setelah Abu Sufyan memberitahunya dan dia meyakini kebenarannya dia berkata, "Saya sama sekali tidak beriman dengan seorang nabi selain dari bani Tsaqif." Kisahnya bersama Abu Sufyan ini perjalanan cukup terkenal. Heraklius juga yang meyakini dan tidak meragukan bahwa Muhammad adalah seorang rasul Allah. Tapi dia lebih memilih kesesatan dan kekafiran demi

mempertahankan kekuasaannya. 53

Tatkala orang Yahudi bertanya kepada Rasulullah saw. tentang sembilan tanda- tanda yang nyata, beliau menjelaskannya kepada mereka lalu mereka mencium tangan beliau dan berkata, "Kami bersaksi bahwa engkau adalah seorang Nabi." Kemudian Rasulullah saw. berkata kepada mereka, "Lalu apa yang menghalangi kalian untuk mengikutiku?" Mereka menjawab, "Sesungguhnya Daud a.s. berdoa supaya senantiasa ada nabi dari keturunannya. Kami khawatir jika kami mengikutimu, maka

orang-orang Yahudi itu akan membunuh kami." 54

52 Kisah ini tidak benar, karena al-Musawwir bin Makhramah r.a. lahir di Mekkah dua tahun setelah hijrah Nabi saw., dan dia tidak bertemu dengan Abu Jahl. Abu Jahl sendiri terbunuh dalam perang Badar yang

terjadi pada tahun dua Hijriyah, jadi tidak mungkin al-Musawwir berjumpa dan berbicara dengannya. 53

54 Kisah Heraklius diriwayatkan al-Bukhari dalam Shahihnya (1/31). Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (5/2733), ia berkata ini adalah hadits hasan shahih, juga diriwayatkan IbnuMajah (2/3705) dengan isnad lemah (dha'if).

Ilmu & Kemauan Serta Perannya Dalam Mencapai Kebahagiaan 189

Orang-orang Yahudi tersebut telah meyakini kebenaran kenabian dan mereka menyatakan hal itu, tetapi mereka tetap memilih kekafiran dan kesesatan. Mereka tidak menjadi orang-orang muslim dengan kesaksian tersebut. Ada yang berpendapat bahwa orang kafir tidak menjadi muslim jika ia hanya bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah tanpa bersaksi akan keesaan Allah. Ada juga yang berpendapat bahwa dengan kesaksian bahwa Muhammad adalah Rasulullah maka, dia telah menjadi muslim. Ada juga yang berpendapat bahwa apabila kekafirannya karena mendustakan Rasul seperti orang Yahudi, maka dengan bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah dia menjadi muslim. Apabila kekafirannya karena kemusyrikan seperti orang-orang Nashrani dan orang-orang musyrik, maka dia tidak menjadi muslim kecuali dengan bersaksi akan ketauhidan Allah. Ketiga pendapat ini ada dalam mazhab imam Ahmad bin Hambal dan yang lainnya.

Berdasarkan hal ini, maka orang-orang Yahudi yang menyatakan kerasulanNabi Muhammad saw. tidak diakui sebagai muslim. Karena sekedar pengakuan akan kebenaran risalah beliau tidak otomatis membuat seseorang menjadi muslim kecuali dengan mentaati dan mengikuti beliau. Sehingga seseorang yang berkata, "Saya tahu bahwa dia adalah seorang nabi, tapi saya tidak mengikutinya dan tidak ikut agamanya," maka dia adalah orang yang paling kafir, sebagaimana nasib orang-orang yang telah disebutkan di atas.

Dan merupakan kesepakatan para sahabat, tabi'in dan golongan ahli sunnah bahwa iman tidak cukup hanya dengan ucapan dan tidak pula hanya dengan pengetahuan hati. Akan tetapi, keimanan harus disertai dengan perbuatan hati, yaitu cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, serta patuh kepada agama-Nya dan taat mengikuti Rasul-Nya. Ini berbeda dengan pendapat orang yang mengatakan bahwa keimanan

adalah cukup dengan pengetahuan dan pengakuan hati 55 . Dan pembahasan terdahulu cukup untuk membatalkan pendapat ini. Orang yang berpendapat bahwa keimanan

cukup sekedar meyakini kebenaran Rasulullah dengan segala apa yang beliau bawa, meskipun tidak mengikutinya bahkan memusuhi dan memeranginya, maka itu mau tidak mau membawa kepada kesimpulan bahwa mereka itu adalah orang-orang mukmin. Suatu kesimpulan yang menjadi konsekwensi pendapat ini. Karena itu, orang-orang yang berpendapat demikian terpaksa menjawab bantahan-bantahan atas mereka dengan jawaban yang memalukan bagi orang berakal untuk menyebutkannya. Seperti pendapat sebagian mereka bahwa sebenarnya kata-kata iblis kepada Allah hanya main-main dan dia tidak mengakui adanya Allah. Iblis juga tidak mengakui bahwa Allah adalah Tuhan dan Penciptanya, karena iblis tidak pernah tahu tentang hal itu. 56 Demikian juga Fir'aun dan kaumnya, mereka tidak mengetahui akan

kebenaran Nabi Musa a.s. dan tidak meyakini adanya Pencipta.

55 Ini adalah pendapat golongan al-Jahmiyah dalam masalah iman.

Ini adalah jawaban golongan Jahmiyah ketika dikatakan kepada mereka bahwa Iblis mengetahui Tuhannya

dan dia bersumpah atas nama keagungan Tuhan dan dia meminta kepada Tuhannya supaya umurnya dipanjangkan-

190 Kunci Kebahagiaan

Tidak untuk tujuan komersil Maktabah Raudhatul

Pendapat ini tentu merupakan kesalahan yang sangat memalukan. Kami berlindung kepada Allah agar tidak terjatuh dalam kesalahan seperti ini dan tidak membelanya serta tidak mengikutinya.

Al-Qur'an telah menjelaskan bahwa kekafiran ada beberapa jenis. Pertama, kekafiran yang disebabkan oleh ketidaktahuan, kesesatan, dan karena

mengikuti orang-orang terdahulu. Ini terjadi pada sebagian besar pengikut dan orang awam. 57

Kedua, kekafiran karena membangkang, menentang, dan menyalahi kebenaran, seperti kekafiran yang telah disebutkan sebelumnya. Kekafiran semacam ini sering terjadi pada mereka yang memiliki kedudukan dalam keilmuan, jabatan kekuasaan atau mereka yang sumber kehidupannya tergantung pada kaumnya yang kafir. Sehingga, mereka takut kehilangan jabatan mereka dan dengan sengaja meng- utamakan kekafiran atas keimanan.

Ketiga, kekufuran karena berpaling dari apa yang dibawa Rasul, enggan melihatnya, tidak mencintai dan tidak membantu beliau. Tetapi ia juga tidak membenci dan tidak memusuhi beliau. Dia hanya berpaling untuk mengikuti dan memusuhinya.

Sebagian besar ahli kalam mengingkari dan tidak mengakui jenis kedua dan ketiga dari kekafiran ini. Mereka hanya menerima jenis pertama, dan menurut mereka jenis kedua dan ketiga termasuk dalam makna jenis pertama, bukan jenis kekafiran tersendiri. Jadi menurut ahli kalam, tidak ada kekafiran kecuali karena kebodohan dan ketidaktahuan.

Jika kita merenungkan Al-Qur'an, as-Sunnah, dan sejarah para nabi dalam aktivitas dakwah mereka serta apa yang terjadi pada diri mereka, maka kita dapat memastikan kesalahan pendapat para ahli ilmu kalam. Kita akan mengetahui bahwa pada umumnya umat-umat terdahulu kafir terhadap seruan para rasul, walaupun mereka yakin dan sangat mengetahui akan kebenaran seruan dan risalah yang dibawa para rasul.

Al-Qur'an penuh dengan keterangan tentang orang-orang musyrik dan para penggembah berhala, bahwa mereka mengakui akan adanya Allah dan hanya Dia Tuhan serta Pencipta mereka. Mereka juga mengakui Dialah pemilik bumi dan seisinya, Pemilik langit, Tuhan 'Arsy yang agung, Sang Penolong, Yang menundukkan matahari dan bulan, Yang menurunkan hujan dan mengeluarkan tumbuh-tumbuhan. Hal ini

sampai hari kiamat. Jawaban mereka atas itu adalah bahwa iblis mengolok-olokkan Allah SWT saat dia mengucapkan perkataan ini dan dia tidak pernah mengenal Tuhan! Mereka mengucapkan kata-kata kosong ini karena apabila mereka mengakui pengetahuan iblis akan Allah, maka mereka terpaksa menerima dengan ucapan mereka itu bahwa iblis beriman. Karena itulah mereka menjawab dengan ucapan serampangan seperti ini yang membuat bayi dalam kandungan tertawa.