a. Pidana pokok, yang terdiri dari :
1. Pidana mati
2. Pidana penjara
3. Pidana kurungan
4. Denda
5. Pidana tutupan
b. Pidana tambahan, yang terdiri dari :
1. Pencabutan beberapa hak yang tertentu
2. Perampasan beberapa barang yang tertentu
3. Pengumuman putusan hakim.
Bagi satu kejahatan atau pelanggaran hanya boleh dijatuhkan satu hukuman pokok. Pembebanan rangkap lebih dari satu hukuman pokok tidak
diperkenankan, akan tetapi dalam tindak pidana ekonomi dan subversi, kumulasi hukuman dapat dijatuhkan, yakni hukuman badan dan hukuman denda.
Menurut Pasal 35 KUHP, dalam beberapa hal yang ditentukan, selain dari satu hukuman pokok dijatuhkan pula dengan salah satu dari hukuman tambahan.
Hukuman tambahan hanya sebagai penambah dari hukuman pokok sehingga tidak dapat dijatuhkan sendiri.
20
6. Pengertian Penuntutan
Penuntutan diatur dalam Bab XV, Pasal 137 – 144 KUHAP. Menurut Wirjono Prodjodikoro menuntut seorang terdakwa di muka hakim pidana adalah
19
Ibid, Pasal 10.
20
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
menyerahkan perkara seorang terdakwa dengan berkas perkara kepada hakim dengan permohonan, supaya hakim memeriksa dan kemudian memutus perkara
pidana itu terhadap terdakwa.
21
Penuntut umum adalah Jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim. Penuntut
umum adalah jaksa, tetapi sebaliknya jaksa belum tentu berarti penuntut umum, atau dengan kata lain tidak semua jaksa adalah penuntut umum, tetapi semua
penuntut umum adalah jaksa, karena menurut ketentuan hanyalah jaksa yang dapat bertindak sebagai penuntut umum. Seorang jaksa baru memperoleh
kapasitasnya sebagai penuntut umum apabila ia menangani tugas penuntutan. Penuntutan dengan singkat dapat dikatakan merupakan perbuatan penuntut
umum menyerahkan perkara kepada hakim untuk diperiksa dan diputus.
22
“ jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang
telah memperolah kekuatan hukum tetap “. Sementara, Pasal 1 butir 1 UU Nomor 5 Tahun 1991 menyebutkan :
23
Jaksa melakukan penuntutan untuk dan atas nama Negara, sehingga jaksa merupakan satu-satunya pejabat yang mempunyai wewenang melakukan
penuntutan.
24
21
Soedirjo, Jaksa dan Hakim dalam Proses Pidana, CV. Akademika Pressindo, Jakarta, 1985, halaman 4.
22
Harun M. Husein, Penyidikan dan Penuntutan dalam Proses Pidana, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1991, halaman 223.
23
Yudi Kristiana, Independensi Kejaksaan dalam Penyidikan Korupsi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, halaman 51.
24
Dalam perkembangannya Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juga memiliki kewenangan yang sama, bahkan lebih luas dibandingkan dengan kejaksaan.
Penuntutan pidana terhadap pelaku tindak pidana merupakan monopoli jaksa. Kedudukan jaksa disini sebagai wakil Negara, maka jaksa harus
Universitas Sumatera Utara
bisa menampung seluruh kepentingan masyarakat, Negara, dan korban kejahatan agar bisa dicapai rasa keadilan masyarakat.
25
7. Pengertian Putusan