setuju dengan pernyataan tersebut. Menurut penelitian yang dilakukan oleh John S. Luque, dkk 2011 tidak melakukan pap smear karena dilarang suami menjadi salah
satu alasan kuat ibu di salah satu Desa Selatan Georgia. Hal ini seharusnya bukan tantangan dalam menjalankan program pap smear, seharusnya suami harus
mendukung program-program yang bisa meningkatkan kesehatan ibu. Sesuai dengan kerangka konsep yang sebelumnya digambarkan, apabila
stimulus diterima oleh mahasiswi, akan terbentuk pengetahuan tentang pap smear. pengetahuan ini kemudian diolah, dan mahasiswi akan merespon dalam bentuk sikap.
Dalam uraian sebelumnya, pengetahuan mahasiswi FKM USU tentang pentingnya pap smear tergolong sedang, maka sikap mahasiswi FKM USU terhadap pentingnya
pap smear juga tergolong sedang 71.8.
5.4. Pengaruh Media Sosialisasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Tentang Pentingnya Pap Smear
Berdasarkan penelitian ini, pengetahuan mahasiswi FKM USU tentang pentingnya pap smear adalah tergolong sedang dimana 51.8 memiliki pengetahuan
yang sedang dan selebihnya buruk. Berdasarkan uji bivariat yang telah dilakukan terdapat terdapat hubungan yang bermakna antara media sosialisasi teman sebaya,
media cetak dan media elektronik dengan pengetahuan mahasiswi tentang pap smear, sementara tidak ada hubungan yang bermakna antara media sosialisasi keluarga
dengan pengetahuan mahasiswi tentang pentingnya pap smear, hal ini disebabkan karena tabunya membicarakan masalah kesehatan reproduksi dilingkungan keluarga,
artinya, meskipun keluarga memiliki pengetahuan yang cukup tentang pap smear, pengetahuan mahasiswi tentang pap smear tidak akan bertambah karena keluarga
Universitas Sumatera Utara
cenderung tidak akan memberitahukan kepada mahasiswi tentang pengetahuan yang diketahui oleh keluarga.
Hasil analisis multivariat dengan uji statistik regresi logistik menunjukkan variabel media sosialisasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pengetahuan responden tentang pentingnya pap smear. Artinya walaupun peran media sosialisasi termasuk tinggi, belum tentu meningkatkan pengetahuan mahasiswi
FKM USU tentang pentingnya pap smear. Menurut peneliti, hal ini dapat disebabkan karena dalam penelitian ini keakuratan informasi yang disosialisasikan terhadap
mahasiswi masih diragukan, informasi tentang pap smear kebanyakan diperoleh dari teman sebaya yang merupakan media sosialisasi yang paling dekat dengan
mahasiswi. Disamping itu, informasi yang ditujukan oleh pihak BKKBN dan Dinas Kesehatan memberikan informasi tentang pap smear kepada kelompok wanita yang
telah menikah, tidak dikhususkan kepada kelompok yang tidak menikah, sehingga apabila ada informasi tentang pentingnya pap smear untuk kelompok yang sudah
menikah, kelompok yang belum menikah memiliki kekurang tertarikan untuk mengetahui lebih mendalam lagi, karena dia merasa belum saatnya. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Judith Senderowitz 1999 yang menyatakan kelompok remaja dan yang belum menikah harus diberikan pelayanan khusus tentang
kesehatan reproduksi, dan perlu ditegaskan bahwa mereka adalah kelompok khusus. Apabila pelayanan kesehatan reproduksi disamakan dengan kelompok yang sudah
menikah, maka ketika dia belum melakukannya, maka dia akan merasa hal tersebut bukanlah kebutuhannya. Dalam penelitian ini juga, skrining kanker serviks
disebutkan sebagai salah satu topik yang dimasukkan kedalam kesehatan reproduksi.
Universitas Sumatera Utara
Namun bukan berarti semua media sosialisasi tidak memiliki peran dalam mempengaruhi pengetahuan dan sikap mahasiswi tentang pap smear, tidak menutup
kemungkinan media sosialisasi yang paling memengaruhi pengetahuan dan sikap mahasiswi tentang pentingnya pap smear berasal dari lingkungan sekolahpendidikan
yang dalam penelitian ini tidak diteliti yang dalam penelitian ini FKM USU memiliki peran yang sangat penting dalam menambah pengetahuan mahasiswi tentang pap
smear.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan mengenai pengaruh media sosialisasi terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswi FKM USU
tentang pentingnya pap smear sebagai berikut: 1. Sebagian besar mahasiswi FKM USU memiliki pengetahuan yang sedang tentang
pentingnya pap smear yaitu sebesar 51.8 . 2. Sebagian besar mahasiswi FKM USU 71.8 memiliki sikap yang sedang
tentang pentingnya pap smear. 3. Tidak ada hubungan bermakna antara media sosialisasi keluarga dengan
pengetahuan mahasiswi FKM USU tentang pentingnya pap smear p= 0.398. 4. Terdapat hubungan bermakna antara media sosialisasi temankelompok sebaya
dengan pengetahuan mahasiswi FKM USU tentang pentingnya pap smear p=0.036.
5. Terdapat hubungan yang bermakna antara media sosialisasi media cetak dengan pengetahuan mahasiswi FKM USU tentang pentingnya pap smear p=0.011.
6. Terdapat hubungan yang bermakna antara media sosialisasi media elektronik terhadap pengetahuan responden mengenai pentingnya pap smear p=0.047.
7. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan mengenai pentingnya pap smear dengan sikap terhadap pentingnya pap smear p=0.001.
Universitas Sumatera Utara
8. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara media sosialisasi terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswi tentang pentingnya pap smear.
6.2. Saran