4.3 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju pembangunan, terkhusus
untuk sarana pendidikan yang secara tidak langsung memberi pengaruh yang besar terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia di suatu daerah. Untuk sarana
dan prasarana yang ada di Kelurahan Tigabinanga dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5. Sarana dan Prasarana Daerah di Kelurahan Tigabinanga 2010 No.
Uraian Jumlah
1. Pendidikan :
- SDNInpres 9
- SLTP 2
- SMU 1
2. Kesehatan:
- Puskesmas 1
- BKIA 5
3. Kios Saprodi
15 4.
Pasar 2
5. Kilang Pemipilan JagungGudang
5 6.
Kantor Kepala Desa 1
7. Kantor Camat
1 8.
Kantor KoramilPolisi 2
9. Traktor
15 Sumber: Kantor Kepala Desa Tigabinanga 2010
Tabel 5 ini menunjukkan bahwa sarana dan prasarana sudah cukup lengkap di Desa Tigabinanga sudah memiliki sarana pendidikan dari tingkat dasar sampai menengah.
Sarana kesehatan juga sudah ada yaitu puskesmas dan BKIA, di Desa Tigabinanga juga sudah terdapat kilang pemipilan jagung dan gudang sebagai sarana untuk
menmpung atau menyimpan hasil produksi jagung. Kios saprodi juga terdapat di Desa Tigabinanga sebagai tempat membeli pupuk dan sarana produksi petani lainnya
sehingga petani tidak terlalu jauh untuk membeli kebutuhan usahatani ke Ibukota kabupaten Kabanjahe.
Universitas Sumatera Utara
4.4 Karakteristik Petani Responden
Deskripsi karakteristik petani responden dilihat dari beberapa kriteria antara lain: usia petani, tingkat pendidikan, luas lahan dan pengalaman berusahatani.
a. Usia Petani Responden Berdasarkan kriteria usia petani responden penerima PUAP yang berusahatani dibagi
menjadi tiga kelompok angkatan kerja, yaitu kelompok usia 0 sampai 25 tahun, kemudian dari umur 26 tahun sampai 50 tahun dan dari 51 tahun sampai umur 75
tahun. Sebaran petani responden penerima PUAP dari masing-masing kelompok usia dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Sebaran Petani Jagung Responden Berdasarkan Golongan Umur Golongan Umur Tahun
Jumlah Orang Persentase
0-25 26-50
15 75
51-75 5
25
Total 20
100
Sumber :Lampiran 1, diolah Pada Tabel 7 dapat dijelaskan bahwa para responden yang melakukan kegiatan
usahatani sebanyak 75 atau sebanyak 15 petani responden berada pada usia yang produktif yaitu pada rentang umur 26 tahun sampai 50 tahun. Namun faktor usia tidak
membatasi para petani untuk melakukan kegiatan usahatani. Hal ini terbukti dari adanya 5 petani responden atau sebesar 25 yang berusia lanjut dan tergolong bukan
usia produktif yaitu usia 51 sampai 75 tahun, tetapi masih mampu melakukan aktivitas usahatani.
b. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan rendah merupakan salah satu hal yang masih melekat pada
karakteristik petani jagung pada umumnya. Tingkat sekolah dasar merupakan
Universitas Sumatera Utara
pendidikan yang paling banyak ditempuh oleh petani responden. Gambaran tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Sebaran Petani Jagung Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan
Jumlah Responden Orang
Persentase
Tidak sekolah SD
4 20
SLTP 6
30 SLTA
10 50
Perguruan Tinggi Total
20 100
Sumber : Lampiran 1, diolah Berdasarkan tabel dapat dijelaskan bahwa tidak ada responden yang tidak bersekolah
namun tingkat pendidikan para responden sebagian besar sampai pada tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA. Hal ini dibuktikan dengan persentase yang sekolah
sampai tingkat SLTA sebesar 50 atau sebanyak 10 petani responden. Kemudian responden yang sekolah sampai tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP
sebesar 30 atau sebanyak 6 petani responden. Sisanya sebesar 20 atau sebanyak 4 petani responden sekolah hanya sampai tingkat Sekolah Dasar SD. Tidak ada
responden yang pernah mengenyam pendidikan sampai ke perguruan tinggi. Hal ini disebabkan keterbatasan biaya karena responden berasal dari keluarga yang
ekonominya lemah atau miskin. c. Pengalaman Berusahatani Petani Responden
Berdasarkan hasil wawancara melalui kuisioner dengan para responden penerima PUAP dapat diinformasikan bahwa dari total 20 petani responden, sebesar 40 atau
8 petani responden mempunyai pengalaman bertani lebih dari 16 tahun. Sebesar 35 atau 7 petani responden memiliki pengalaman bertani 11-15 tahun, sementara
responden yang mempunyai pengalaman bertani 6-10 tahun sebanyak 5 orang atau 25 . Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 8. Jumlah Petani Jagung Responden Berdasarkan Kriteria Pengalaman Berusahatani
Lama Pengalaman Bertani Tahun
Jumlah Responden Orang
Persentase
5 6-10
5 25
11-15 7
35 16
8 40
Total 20
100
Sumber: Lampiran 1, diolah
Pengalaman berusahatani yang dimiliki oleh petani menunjukkan lamanya petani dalam berusahatani tersebut. Semakin lama pengalaman berusahatani maka dapat
dikatakan petani sudah mengetahui dan sudah menguasai teknik berbudidaya dalam kegiatan usahatani yang dijalankan. Namun juga tetap diperlukan pendampingan
usaha berupa pembinaan, pelatihan dan konsultasi pada petugas penyuluh lapangan untuk membantu para petani menjalankan kegiatan usahataninya serta dapat
membantu mengatasi permasalahan di lapangan apabila para petani tidak mampu mengatasi sendiri. Selain itu pendampingan juga dapat membantu petani dalam
menyerap informasi-informasi teknologi terbaru di bidang pertanian.
d. Luas Lahan Luas lahan jagung yang dimiliki oleh seluruh petani responden penerima PUAP
merupakan lahan milik pribadi. Dari hasil wawancara melalui penyebaran kuisioner, tidak ada satu pun petani responden yang status lahannya adalah lahan sewa.
Selengkapnya mengenai status lahan dan luasan lahan yang dimiliki oleh petani responden dapat dilihat pada Tabel 9.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 9. Jumlah Petani Jagung Responden Berdasarkan Kriteria Luasan Lahan Jagung yang Dimiliki
Luas Lahan Ha Jumlah Responden
Orang Persentase
0,5 0,5-2
13 65
2 7
35
Total 20
100
Sumber: Data Primer 2011, diolah. Pada tabel terlihat bahwa hampir semua responden yaitu 65 memiliki luas lahan
jagung antara 0,5 sampai 2 hektar, kemudian responden petani yang memiliki luas lahan lahan sawah di atas 2 hektar sebanyak 35 atau sebanyak 7 orang. Sementara
itu tidak ada satu pun responden petani yang memiliki luas jagung dibawah 0,5 hektar. Hal ini menunjukan bahwa petani responden memiliki luas lahan yang bisa
dikategorikan sedang. Apabila luas lahan yang dimiliki oleh petani lebih dari dua hektar, maka akan semakin banyak produksi jagung yang dihasilkan dan tentunya
produktivitas petani pun diharapkan semakin meningkat pula.
Universitas Sumatera Utara
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN