3. Penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno dalam Journal of Innovative Science Education dengan judul “Pembelajaran Fluida Menggunakan Model Jigsaw
dengan Peer Assessment untuk Meningkatkan Keterampilan, Sikap Ilmiah, dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPA”.
a. Hasil analisis dari 3 kali pertemuan untuk persentase keterampilan siswa pada kelompom A1 yang menggunakan Jigsaw dengan peer assessment
dan A2 menggunakan Jigsaw tanpa peer assessment lebih tinggi dibanding jelompok A3 yang menggunakan konvensional dengan peer
assessment dan kelompok A4 sebagai kelompok kontrol. b. Hasil analisis untuk persentase keefektifan penerapan peer assessment
setiap item yaitu rasa ingin tahu, menunjukkan kepedulian, bekerja sama, tanggung jawab, dan keterbukaan berada pada kategori tinggi. Rata-rata
koefisien reliabilitas berada pada kategori tinggi dan koefisien validitas lebih dari 0,811.
2.6 Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran harus diikuti dengan proses penilaian terhadapnya. Proses penilaian bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran
telah dicapai. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Andrews diketahui bahwa banyak lulusan yang kurang mampu beradaptasi di tempat kerja karena
mereka kurang dibekali dengan keterampilan yang memadai dan cara untuk menguji kemampuan diri sendiri di tempat belajar yang baru karena proses belajar
berlangsung sepanjang hayat yang tidak hanya terbatas pada institusi.
Pembelajaran sains tidak hanya memberikan konsep teori yang harus dipahami oleh siswa tetapi juga keterampilan-keterampilan yang membantu siswa
untuk dapat menggali kemampuan yang dimiliki. Pembelajaran ilmu kimia juga menekankan tercapainya tiga kompetensi secara efektif. Kegiatan praktikum
merupakan metode yang efektif untuk mencapai 3 kompetensi secara bersamaan yaitu kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik Utomo Ruijter dalam
Widjajanti, 2010:206. Kegiatan praktikum dapat menggali kemampuan mahasiswa dalam
memecahkan suatu permasalahan dalam sebuah fenomena apabila dalam pelaksanaannya mahasiswa didampingi oleh satu dosen atau asisten dosen yang
memantau kerja mereka dalam satu kelompok. Hal tersebut telah diuji keberhasilannya oleh Endang Widjajanti dalam penelitiannya di Universitas
Negeri Yogyakarta yang menerapkan kegiatan praktikum bermuatan life skills. Kelemahan dari penelitian tersebut yaitu memerlukan ruang praktikum yang
relatif luas agar tidak mengganggu keterampilan praktikum mahasiswanya. Hal yang sama juga akan terjadi apabila diterapkan di laboratorium kimia dasar
Universitas Negeri Semarang. Oleh karena itu, diperlukan alternatif solusi lain dimana keterampilan praktikum mahasiswa tidak terganggu tetapi kinerja
mahasiswanya dapat teramati secara optimal karena penilai atau dosen memiliki keterbatasan dalam melakukan pengamatan untuk jumlah mahasiswa yang terlalu
banyak. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknik penilaian yang dapat digunakan
untuk menilai kinerja mahasiswa saat melakukan kegiatan praktikum dan
membantu mempermudah penilai dalam melakukan pengamatan. Terdapat beberapa macam jenis authenthic assessment yang dapat mengungkap aspek
kinerja mahasiswa. Diantaranya yaitu self and peer assessment. Penilaian ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk tidak hanya dijadikan objek
penilaian dengan melibatkan mahasiswa secara langsung dalam proses penilaian. Self and peer assessment merupakan teknik penilaian dimana mahasiswa
diberi kesempatan untuk menilai dirinya dan temannya berkaitan dengan keunggulan dan kelemahannya Wahyuni, 2012: 22. Dengan menilai kemampuan
dirinya sendiri, mahasiswa dapat merasa percaya diri dan dapat mengatur belajarnya sendiri serta menghargai setiap kemajuan yang dapat dicapainya.
Sedangkan ketika menilai kemampuan temannya, mahasiswa dapat terdorong untuk melakukan pekerjaannya sebaik-baiknya. Diharapkan dengan menggunakan
teknik penilaian ini, mahasiswa dapat lebih aktif dalam melakukan kegiatan praktikum dan diharapkan pula akan menjadi lulusan yang berkompeten dengan
dibekali kemampuan menilai diri yang baik. Rangkaian kerangka berpikir tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Aspek-aspek kinerja mahasiswa selama melakukan praktikum kimia
kurang mendapat pengamatan yang optimal
Alasannya adalah keterbatasan penilai dalam melakukan pengamatan karena jumlah mahasiswa yang terlalu besar dalam satu kelas sehingga
tidak memungkinkan dilakukan penilaian untuk aspek-aspek kinerja masing-masing individu dalam waktu yang bersamaan
Kelas Kelas Kontrol
Kegiatan praktikum dengan self and peer assessment
Kegiatan praktikum dengan self assessment
Mahasiswa menilai kemampuan dirinya dan
kemampuan temannya Mahasiswa menilai
kemampuan dirinya saja tanpa pembanding
Memberikan feedback lebih baik
bagi dirinya dan temannya Memberikan feedback lebih
baik bagi dirinya sendiri
Aktivitas praktikum mahasiswa menjadi optimal karena dilakukan review pembelajaran
Hipote
2.7 Hipotesis