BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan yang diatur dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berkaitan
dengan keterampilan yang diperlukan untuk dapat beradaptasi dalam tempat belajar baru, perlu ditanamkan konsep belajar sepanjang hayat karena menurut
konsep ini, belajar tidak hanya semata-mata terjadi di madrasah atau institusi. Penelitian yang dilakukan oleh Andrews dikutip dalam Ansori, 2000: 4
mengungkap bahwa banyak lulusan memiliki kesulitan dalam proses penyesuaian selama mereka bekerja. Hal ini terjadi karena selama proses pembelajaran dalam
suatu institusi, mereka kurang dibekali dengan kemampuan untuk menguji diri sendiri. Padahal, dunia kerja menuntut seseorang dapat berpikir kritis dengan
mengeksplorasi lebih jauh tentang apa yang yang sudah mereka pelajari dan perlu untuk dipelajari. Untuk mengatasi permasalahan ini, dalam penelitiannya Andrews
menyatakan bahwa penilaian diri disarankan untuk diterapkan karena sebagai suatu keterampilan, penilaian diri memerlukan latihan untuk pengembangan lebih
lanjut agar peserta didik menjadi penguji atau penilai yang baik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Andrews, dikembangkan penelitian lebih lanjut
mengenai penilaian diri. Penilaian diri cocok diterapkan pada pembelajaran yang berpusat pada
siswa. Willey Gardner dikutip dalam Kartono 2011: 3 dari hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa penilaian diri dan teman sejawat berpengaruh positif
terhadap hasil belajar siswa. Dalam penelitian lainnya yang dilakukan oleh Ma, Millman, dan Wells dikutip dalam Kartono 2011: 3 menyimpulkan bahwa
penerapan penilaian diri dan teman sejawat pada mata kuliah matematika bagi mahasiswa calon guru sekolah dasar berpotensi besar semakin membuat
pemahaman konsep mereka menjadi lebih mantap. Dalam menilai suatu karangan atau tulisan, Matsuno dikutip dalam Kartono 2011: 3 juga melakukan
eksperimen penerapan penilaian diri dan teman sejawat menyimpulkan bahwa: a penilai dirinya sendiri sangat kritis terhadap tulisannya sendiri; b penilai teman
sejawat tidak menimbulkan perbedaan, lunak, konsisten, pola penilaian mereka tidak bergantung pada kemampuan menulis mereka. Hal ini menunjukkan bahwa
penilaian diri dan teman sejawat dapat diterapkan pada mata kuliah yang membahas mengenai konsep dan hubungan antar konsep Matsuno, 2009: 83.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli, tidak ada salahnya apabila keberhasilan penerapan penilaian diri dan teman sejawat
digunakan sebagai acuan untuk diterapkan pada mata kuliah lain seperti kimia. Pengukuran berbasis kinerja mahasiswa dalam perkembangan ilmu kimia sering
dikaitkan dengan kegiatan laboratorium, seperti praktikum, eksperimen, sehingga
kegiatan laboratorium menjadi bagian yang penting dalam kegiatan pembelajaran kimia.
Bentuk pembelajaran praktikum merupakan pengajaran yang efektif untuk mencapai tiga kompetensi secara bersamaan, yaitu kognitif, psikomotorik, dan
afektif. Pelaksanaan praktikum hendaknya dalam setiap kelompok praktikum didampingi oleh satu orang dosen atau asisten yang membantu mahasiswa untuk
menggali kemampuannya dalam memecahkan suatu problema Widjajanti, 2010. Pelaksanaan praktikum dengan lebih dari satu orang pengamat atau penilai
akan efektif untuk mengurangi waktu dalam proses penilaian sehingga sisa waktunya dapat dipergunakan untuk mereview rencana pembelajaran selanjutnya
Wilson dan Wing dalam Ansori, 2000: 5 . Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di laboratorium Kimia Dasar Universitas Negeri Semarang, proses
penilaian pelaksanaan praktikum Kimia Dasar dilakukan oleh dosen pengampu praktikum Kimia Dasar. Kemampuan kinerja praktikum mahasiswa diamati dari
nilai pretest, nilai praktikum, dan nilai laporan. Nilai praktikum diperoleh dari pengamatan secara menyeluruh pada kinerja mahasiswa.
Permasalahan keterbatasan penilai dalam melakukan penilaian untuk kapasitas jumlah mahasiswa yang terlalu banyak dapat diatasi dengan
menempatkan asisten dosen pada masing-masing kelompok. Akan tetapi, ruang gerak mahasiswa dalam melakukan praktikum akan menjadi semakin terbatas.
Salah satu alternatif yang dapat digunakan agar kinerja praktikum mahasiswa tidak terganggu yaitu dengan menerapkan penilaian diri dan teman sejawat self
and peer assessment. Selain manfaat tersebut, self and peer assessment dapat
melatih mahasiswa untuk dapat menjadi lulusan yang berkompeten, dapat menjadi penilai yang baik, dan dapat beradaptasi di dunia kerja sebagai tempat belajar
yang baru seperti yang dikemukakan di awal pembahasan Andrews dalam Ansori, 2010: 4.
Self and peer assessment yaitu teknik penilaian dimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri dan teman sejawatnya berkaitan dengan pencapaian
kompetensi yang dipelajarinya Callison dalam Wahyuni, 2012: 21. Self and peer assessment tidak hanya memposisikan mahasiswa sebagai objek penilaian tetapi
juga sebagai subyek penilaian karena diberi kesempatan langsung dalam proses penilaian. Self and peer assessment digunakan dengan mengacu sebagai proses
pembelajaran karena self and peer assessment merupakan bagian dari aktivitas siswa dalam proses belajar dan pembelajaran sains Boud dalam Ansori, 2000: 6.
Self and peer assessment dalam penelitian ini tidak dibuat untuk menggantikan posisi dosen pengampu sebagai reliabel accessor dalam melakukan
teacher assessment pada saat kegiatan praktikum. Teacher assessment memiliki keterbatasan dalam proses penilaiannya karena sedikitnya waktu yang tersisa
untuk mereview rencana pembelajaran selanjutnya. Oleh karena itu, self and peer assessment dapat membantu teacher assessment untuk mengetahui sejauh mana
tujuan pembelajaran praktikum kimia dapat dicapai mahasiswa secara optimal.
1.2 Identifikasi Masalah