Masalah Penelitian Tujuan Penelitian Nilai Perusahaan

11 Nilai Perusahaan Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek IndonesiaBEI”

1.2 Masalah Penelitian

Berdasarkan hal di atas, maka penulis mengidentifikasikan masalah yangakan diteliti dan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1 Bagaimana pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance pada Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2011, 2012 dan 2013 2 Bagaimana kinerja keuangan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2011, 2012 dan 2013 3 Seberapa besar pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance terhadap kinerja keuangan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar diBEI tahun 2011. 4 Apakah pengungkapan CSR dan GCG akan dapat memperkuat atau justru memperlemah hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2011, 2012 dan 2013

1.3 Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data-data, mencari danmendapatkan informasi tentang pengaruh implementasi Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance terhadap kinerja keuangan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk : Universitas Sumatera Utara 12 1 Mengetahui pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance pada Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2011, 2012 dan 2013 2 Mengetahui kinerja keuangan pada Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2011, 2012 dan 2013 3 Mengetahui seberapa besar pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corparate Governance terhadap kinerja keuangan pada Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2011, 2012 dan 2013 4 Mengetahui seberapa besar pengaruh pengungkapan CSR dan GCG mempengaruhi hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2011,2012, dan 2013.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

Dari penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain : 1 Bagi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan pengenalan terhadap permasalahan mengenai pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance dan pengaruhnya terhadap Universitas Sumatera Utara 13 kinerja keuangan perusahaan, sehingga penulis bisa menerapkan teori yang selama ini diperoleh selama masa perkuliahan dengan kondisi yang sebenarnya di lapangan. 2 Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Perusahaan pertambangan untuk dapat tetap melaksanakan program Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance secara berkelanjutan sebagai bentuk tanggung jawab social perusahaan terhadap lingkungan sekitar. 3 Bagi Investor Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan wacana baru dalam mempertimbangkan aspek-aspek yang perlu diperhitungkan dalam investasi yang tidak terpaku pada ukuran-ukuran moneter. 4 Bagi Pembaca Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah wawasan mengenai pengaruh CSR dan GCG terhadap kinerja keuangan perusahaan.

1.4.2 Manfaat Teoritis

Dengan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan masukan dan menjadi bahan pemikiran yang berguna bagi perusahaan sebagai dasar perbaikan dan pengembangan mengenai CSR dan GCG di masa mendatang. Universitas Sumatera Utara 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Pengertian Corporate Social Responsibility CSR

Dalam perkembangannya, konsep CSR tidak memeliki definisi tunggal.Ini terkait pengungkapan dan penjabaran CSR yang dilakukan perusahaan yang juga berbeda-beda. Dalam bahasa Indonesia, Darwin 2004 dalam Rimba 2010:11 mengartikan bahwa: “Pertanggung jawaban sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility CSR adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial kedalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum”. Belum ada definisi CSR yang secara universal diterima oleh berbagai lembaga. Beberapa definisi CSR dibawah ini menunjukan keragaman pengertian CSR menurut berbagai organisasi, antara lain sebagai berikut: Edi,2007; Philip Kotler,2008; Sukada dan Jalal, 2008. 1. World Business Council for Sustainable Development WBCSD CSR adalah komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya,serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya. Universitas Sumatera Utara 15 2. International Finance Corporation CSR adalah komitmen dunia bisnis untuk memberi kontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui kerjasama dengan karyawan, keluarga mereka, komunitas lokal dan masyarakat luas untuk meningkatkan kehidupan mereka melalui cara-cara yang lebih baik bagi bisnis maupun pembangunan. 3. CSR Asia Komitmen perusahaan untuk beroperasi secara berkelanjutan berdasarkan prinsip ekonomi, sosial dan lingkungan, seraya menyeimbangkan beragam kepentingan para stakeholders. Sedangkan menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 pasal satu butir tiga 2007:2 menyatakan bahwa :“Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan gunameningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya”. Selain itu, ISO 26000 mengenai Guidance on Social Responsibility juga memberikan definisi CSR. Menurut ISO 26000 draft 3, 2007 dalam Rista 2009, CSR adalah: “Tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan- keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan Universitas Sumatera Utara 16 harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh”. Pada intinya tanggung jawab sosial perusahaan Corporate Social Responsibility adalah kewajiban organisasi bisnis untuk mengambil bagian dalam\ kegiatan yang bertujuan melindungi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatsecara keseluruhan. Di dalam ISO 26000, Corporate Social Responsibility mencakup enam isu pokok, yaitu : 1 Pengembangan masyarakat 2 Konsumen 3 Praktek kegiatan institusi yang sehat 4 Lingkungan 5 Ketenagakerjaan 6 Hak Asasi Manusia Berdasarkan konsep ISO 26000, maka untuk penerapan Corporate Social Responsibility hendaknya terintegrasi dalam seluruh aktivitas perusahaan yang mencakup 6 enam isu pokok di atas. Di Indonesia sendiri, munculnya Undang-Undang No. 40 tahun 2007tentang Perseroan Terbatas menandai babak baru pengaturan Corporate Social Responsibility. Selain itu, pengaturan tentang Corporate Social Responsibility juga tercermin di dalam Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Walaupun sebenarnya pembahasan mengenai Universitas Sumatera Utara 17 Corporate Social Responsibility sudah dimulai jauh sebelum kedua undang- undang tersebut disahkan. Salah satu pendorong perkembangan Corporate Social Responsibility yang terjadi di Indonesia adalah pergeseran paradigma dunia usaha yang tidakhanya semata-mata untuk mencari keuntungan saja, melainkan juga bersikap etisdan berperan dalam penciptaan investasi sosial.

2.1.2 Manfaat Corporate Social Responsibility CSR

Dengan menjalankan tanggung jawab sosial, perusahaan diharapkan tidak hanya mengejar laba jangka pendek, tetapi juga ikut berkontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan terutama lingkungan sekitar dalam jangka panjang. Corporate Social Responsibility CSR dapat dipandang sebagai asset strategis dan kompetitif bagi perusahaan di tengah iklim bisnis yang makin sarat kompetisi. Menurut Adam dan Zutshi 2004 dalam Rahmawati Rahayu 2012:27 CSR dapat memberi banyak manfaat yaitu : 1 Peningkatan profit bagi perusahaan dan kinerja finansial yang lebih baik. 2 Menurunkan risiko benturan dengan komunitas masyarakat sekitar. 3 Mampu meningkatkan reputasi perusahaan tersebut yang juga merupakan bagian dari pembangunan citra perusahaan corporate image building. Dengan adanya CSR akan meningkatkan profit bagi perusahaan dan kinerja finansial yang lebih baik karena banyak perusahaan-perusahaan besar yang mengungkapkan program CSR menunjukan keuntungan yang nyata terhadap peningkatan nilai saham. Disamping itu CSR dapat menurunkan risiko benturan dengan komunitas masyarakat sekitar, karena sesungguhnya substansi keberadaan CSR adalah dalam rangka memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri Universitas Sumatera Utara 18 disebuah kawasan, dengan jalan membangun kerjasama antar stakeholder yang difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun program-program pengembangan masyarakat sekitar atau dalam pengertian kemampuan perusahaan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya, komunitas dan stakeholder yang terkait. CSR juga mampu meningkatkan reputasi perusahaan yang dapat dipandang sebagai social marketing bagi perusahaan. Social marketing akan dapat memberikan manfaat dalam pembentukan brand image suatu perusahaan dalam kaitannya dengan kemampuan perusahaan terhadap komitmen yang tinggi terhadap lingkungan selain memiliki produk yang berkualitas tinggi. Hal ini tentu saja akan memberikan dampak positif terhadap voume unit produksi yang terserap pasar yang akhirnya akan mendatangkan keuntungan yang besar terhadap peningkatan laba perusahaan. Kegiatan CSR yang diarahkan memperbaiki konteks korporat inilah yang memungkinkan alignment antara manfaat sosial dan bisnis yang muaranya untuk meraih keuntungan materi dan sosial dalam jangka panjang. Seperti yang dikemukakan oleh Susanto 2007 dalam Fitriyani 2011:21 bahwa dari sisi perusahaan terdapat 6 enam manfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas CSR, yaitu : 1 Mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima perusahaan. 2 CSR dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis. 3 Keterlibatan dan kebanggan karyawan. Universitas Sumatera Utara 19 4 CSR yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan para stakeholder-nya. 5 Meningkatkan penjualan. 6 Insentif-insentif lainnya seperti insentif pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnya. Maka dari itu untuk mencapai keberhasilan dalam melakukan program CSR diperlukannya komitmen yang kuat, partisipasi aktif, serta ketulusan dari semua pihak yang peduli terhadap program-program CSR.Program CSR menjadi begitu penting karena kewajiban manusia untuk bertanggung jawab bahwa dimasa mendatang tetap ada manusia di muka bumi ini.

2.1.3 Komponen Dasar Corporate Social Responsibility

John Elkington 1997 yang dikutip oleh Hasibuan dan Sedyono 2006:73 menyebutkan bahwa Corporate Social Responsibility dibagi menjadi tiga komponen utama, yaitu: people, profit, dan planet. Ketiga komponen inilah yangsaat ini kerap dijadikan dasar perencanaan, pengungkapan dan evaluasi pelaporan program-program Corporate Social Responsibility yang kemudian dikenal sebagai triple bottom line. Universitas Sumatera Utara 20 Tabel 2.1 The Triple Bottom Line of Corporate Social Responsibility People Profit Planet Definisi Sebuah bisnis harus bertanggungjawab untuk memajukan dan mensejahterakan sosial serta seluruh stakeholdernya. Perusahaan tidak boleh hanya memiliki keuntungan bagi organisasinya saja tetapi harus dapat member kemajuan ekonomi bagi para stakeholdernya. Perusahaan harus dapat menggunakan sumber daya alam dengan sangat bertanggungjawab dan menjaga keadaan lingkungan serta memperkecil jumlah limbah produksi Jenis Kegiatan Kegiatan kedermawanan yang dilakukan secara tulus untuk membangun masyarakat dan sumber daya manusia Tindakan perusahaan untuk terjun langsung di dalam masyarakat untuk memperkuat ketahanan ekonomi. Penerapan proses produksi yang bersih, aman dan bertanggungjawab Contoh - Beasiswa Pendidikan - Pelayanan Kesehatan - Pembinaan UKM - Bantuan Modal dan kredit - Pemberdayaan tenaga local - Pengelolaan Limbah - Penanaman Pohon - Kampanye Lingkungan Hidup Sumber: Hasibuan dan Sedyono 2006:73 Triple bottom line merupakan sinergi dari tiga elemen yang merupakan komponen dasar dari pelaksanaan Corporate Social Responsibility. Triple bottom line sering dijadikan acuan dalam pembuatan program-program Corporate Social Responsibility. Sedangkan menurut pendapat Yusuf Wibisono 2007:32 mengemukakan bahwa: “Pada dasarnya perusahaan yang ingin berkelanjutan haruslah 3P, selain mengejar Profit perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat dalampemenuhan kesejahteraan masyarakat people dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan planet”. Universitas Sumatera Utara 21 Jadi berdasarkan pendapat diatas, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu aspek ekonomi yang direfleksikan dalam kondisi financialnya saja, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya.

2.1.4 Indikator Corporate Social Responsibility

Untuk mengukur pengungkapan CSR berdasarkan Indikator-indikator menurut Edy Rismanda Sembiring 2005 sebagai berikut : Tabel 2.2 Indikator CSR ITEM CSR INDIKATOR CSR LINGKUNGAN 1. Pengendalian polusi kegiatan operasi, pengeluaran riset dan pengembangan untuk mengurangi polusi. 2. Operasi perusahaan tidak mengakibatkan polusi ataumemenuhi ketentuan hukum dan peraturan polusi. 3. Pernyataan yang menunjukkan bahwa polusi operasi telah atau akan dikurangi. 4. Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengelolaan sumber alam, misalnya reklamasi daratan ataureboisasi. 5. Konservasi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi,minyak, air dan kertas. 6. Penggunaan material daur ulang 7. Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang dibuat perusahaan. 8. Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan. 9. Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lingkungan. 10. Kontribusi dalam pemugaran bangunan sejarah. 11. Pengelolaan limbah. 12. Riset mengenai pengelolaan limbah. 13. Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan perusahaan. 14. Perlindungan lingkungan hidup. ENERGI 1. Menggunakan energi secara lebih efisien dalam kegiatan operasi. 2. Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi. 3. Penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang. 4. Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi energi. 5. Peningkatan efisiensi energi dan produk. 6. Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dari produk. 7. Mengungkapkan kebijakan energi perusahaan. Universitas Sumatera Utara 22 SUMBER DAYA MANUSIA 1. Mengurangi polusi, iritasi, atau resiko dalam lingkungan kerja. 2. Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental. 3. Mengungkapkan statistik kecelakaan kerja. 4. Mentaati peraturan standar kesehatan dengan keselamatan kerja. 5. Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja. 6. Menetapkan suatu komite keselamatan kerja. 7. Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja. 8. Mengungkapkan pelayanan kesehatan tenaga kerja. 9. Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanitaorangcacat. 10. Mengungkapkan persentasejumlah tenaga kerja wanitaorangcacat dalam tingkat managerial. 11. Mengungkapkan tujuan penggunaan tenaga kerja wanitaorang cacat dalam pekerjaan. 12. Program untuk kemajuan tenaga kerja wanitaorang cacat. 13. Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu ditempat kerja. 14. Memberikan bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan. 15. Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja. 16. Mengungkapkan bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses mengundurkan diri atau yang telah membuat kesalahan. 17. Mengungkapkan perencanaan kepemilikan rumah karyawan. 18. Mengungkapkan fasilitas untuk aktivitas rekreasi. 19. Pengungkapan persentase gaji untuk pensiun. 20. Mengungkapkan kebijakan penggajian dalam perusahaan. 21. Mengungkapkan jumlah tenaga kerja dalam perusahaan. 22. Mengungkapkan tingkatan manajerial yang ada. 23. Mengungkapkan disposisi staff dimana staff ditempatkan. 24. Mengungkapkan jumlah staff, masa kerja dan kelompok usia mereka. 25. Mengungkapkan statistik tenaga kerja, misalnya penjualan pertenaga kerja. 26. Mengungkapkan kualifikasi tenaga kerja yang direkrut. 27. Mengungkapkan rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja. 28. Mengungkapkan rencana pembagian keuntungan lain. 29. Mengungkapkan informasi hubungan manajemen dengan tenaga kerja dalam meningkatkan keputusan dan motivasi kerja. 30. Mengungkapkan informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerjadan masa depan perusahaan. 31. Membuat laporan tenaga kerja yang terpisah. 32. Melaporkan hubungan perusahaan dengan serikat buruh. 33. Melaporkan gangguan dan aksitenaga kerja. 34. Mengungkapkan informasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan. 35. Peningkatan kondisi kerja secara umum. 36. Informasi reorganisasi perusahaan yang mempengaruhi tenaga kerja. 37. Informasi dan statistik perputaran tenaga kerja. PRODUK 1. Pengungkafan informasi pengembangan produk perusahaan, termasuk pengemasan. 2. Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk. Universitas Sumatera Utara 23 3. Pengungkapan informasi proyek riset perusahaan untukmemperbaiki produk. 4. Pengungkapan bahwa produk memenuhi standar keselamatan. 5. Membuat produk lebih aman untuk konsumen. 6. Melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan. 7. Pengungkapan peningkatan kebersihankesehatan dalam pengolahan dan penyiapan produk. 8. Pengungkapan informasi atas keselamatan produk perusahaan. 9. Pengungkapan informasi mutu produk yang dicerminkan dalam penerimaan penghargaan 10. Informasi yang dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah meningkat misalnya, ISO 9000. MASYARAKAT 1. Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat, pendidikan, dan seni. 2. Tenaga kerja paruh waktu part-time employment dari mahasiswapelajar. 3. Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat. 4. Membantu riset media. 5. Sebagai sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar atau pameran seni. 6. Membiayai program beasiswa. 7. Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat. 8. Mensponsori kampanye nasional. 9. Mendukung pengembangan industri lokal. UMUM 1. Pengungkapan tujuan. Kebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat. 2. Informasi hubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang disebut di atas. Sumber: Sembiring 2005 2.1.5 Program Corporate Social Responsibility Untuk mendukung perencanaan jangka panjang perlu dibuat program- programyang mendukung pencapaian dari tujuan tersebut. Melaksanakan Corporate Social Responsibility membutuhkan langkah-langkah pembentukan dan persiapan hingga akhirnya dapat dilaksanakan. Langkah-langkah persiapan dan penerapan Corporate Social Responsibility menurut Rahendrawan 2006:63 adalah sebagai berikut : 1 Perencanaan Corporate Social Responsibility Universitas Sumatera Utara 24 - Mempersiapkan target dan tujuan dari pelaksanaan Corporate Social Responsibility untuk perusahaan. - Mempersiapkan perangkat alat ukur kinerja dan alat ukur status dari Corporate Social Responsibility. - Mengidentifikasi inovasi danatau intervensi terhadap sistem yangsedang diterapkan. - Mengidentifikasi masalah Corporate Social Responsibility yang relevan dengan kegiatan operasional perusahaan. - Mengidentifikasi tingkat kesiapan pelaksanaan Corporate Social Responsibility, baik dengan unit organisiasi, danatau darikematangan Corporate Social Responsibility itu sendiri. - Menentukan daerah operasi perusahaan yang akan diterapkan Corporate Social Responsibility di dalamnya. - Mengidentifikasi stakeholders perusahaan, dan melibatkan pihak-pihak yang relevan dalam merancang Corporate Social Responsibility. - Mempersiapkan program-program dari Corporate Social Responsibility. 2 Persiapan aktivitas Corporate Social Responsibility - Proses pengambilan keputusan dan pengesahan program-program Corporate Social Responsibility. - Memanage perubahan dan inovasi-inovasi yang dibutuhkan. - Organisasi program-program Corporate Social Responsibility, baik internal maupun eksternal. Universitas Sumatera Utara 25 - Sumber daya internal perusahaan dari perusahaan sumber dayamanusia, modal, dll. 3 Pengungkapan Corporate Social Responsibility - Menghubungkan program-program Corporate Social Responsibility dengan para stakeholders, yang keterlibatannya akan ditentukan berdasarkan kondisi, prioritas dan anggaran perusahaan. - Mengungkapkan program. - Persons in charge, orang yang memimpin pelaksanaan programCorporate Social Responsibility. 4 Evaluasi - Metode pengawasan dan perangkatnya. - Metode evaluasi dan perangkatnya. - Mekanisme pengembangan terus menerus. - Persons in charge, orang yang ditugaskan untuk memimpin jalannya evaluasi. - Mengidentifikasi masalah Corporate Social Responsibility yang relevan dengan kegiatan operasional perusahaan. - Mengidentifikasi tingkat kesiapan pelaksanaan Corporate Social Responsibility, baik dengan unit organisiasi, danatau dari kematangan Corporate Social Responsibility itu sendiri. - Menentukan daerah operasi perusahaan yang akan diterapkan Corporate Social Responsibility di dalamnya. Universitas Sumatera Utara 26 - Mengidentifikasi stakeholders perusahaan, dan melibatkan pihak-pihak yang relevan dalam merancang Corporate Social Responsibility. - Mempersiapkan program-program dari Corporate Social Responsibility. 5 Pelaporan - Mekanisme dan sistem pelaporan internal dan eksternal. - Komunikasi internal dan sistem koordinasi. - Sistem komunikasi eksternal. - Laporan verifikasi. 2.1.6 Tujuan Perusahaan Melaksanakan Corporate Social Responsibility Menururt Chuck Williams 2001:123 menyebutkan bahwa :“Tujuan perusahaan menerapkan CSR agar dapat memberi manfaat yang terbaik bagi stakeholders dengan cara memenuhi tanggung jawab ekonomi, hukum, etika dan kebijakan, 1. Tanggung jawab ekonomis. Kata kuncinya adalah: make a profit. Motif utama perusahaan adalah menghasilkan laba. Laba adalah pondasi perusahaan. Perusahaan harus memiliki nilai tambah ekonomi sebagai prasyarat agar perusahaan dapat terus hidup survive dan berkembang. 2. Tanggung jawab legal. Kata kuncinya: obey the law. Perusahaan harus taat hukum. Dalam proses mencari laba, perusahaan tidak boleh melanggar kebijakan dan hukum yang telah ditetapkan pemerintah. 3. Tanggung jawab etis. Perusahaan memiliki kewajiban untuk menjalankan praktek bisnis yang baik, benar, adil dan fair.Norma-norma masyarakat Universitas Sumatera Utara 27 perlu menjadi rujukan bagi perilaku organisasi perusahaan. Kata kuncinya: be ethical. 4. Tanggung jawab filantropis. Selain perusahaan harus memperoleh laba, taat hukum dan berperilaku etis, perusahaan dituntut agar dapat memberikan kontribusi yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkankualitas kehidupan semua. Kata kuncinya: be a good citizen. Para pemilik dan pegawai yang bekerja di perusahaan memiliki tanggung jawab ganda, yakni kepada perusahaan dan kepada publik yang kini dikenal dengan istilah non-fiduciary responsibility”. Keempat jenjang tanggung jawab tersebut perlu dipahami sebagai satu kesatuan. Walaupun demikian, kesalahan interpretasi umumnya kerap terjadi dimana muncul argumen bahwa laba yang harus diutamakan. Tetapi kegiatan mencari keuntungan atau laba hendaknya dikaitkan atau tidak terlepas dengan kegiatan lainnya, seperti mengembangkan masyarakat.Corporate Social Responsibility pada saat ini bukan lagi hanya sekedar kegiatan philanthropy konvensional, memberikan sejumlah dana untuk tujuan-tujuan yang baik di akhir tahun saat pembukuan selesai. Namun sudah lebih luas lagi dan ini justru dijadikan tanggung jawab yang perusahaan lakukan sepanjang tahun untuk lingkungan di sekitar mereka, untuk kegiatan bekerja yang lebih baik, untuk komitmen perusahaan terhadap komunitas lokal dan untuk pengakuan atas brand names perusahaan yang tidak hanya akan bergantung pada kualitas, harga dan Universitas Sumatera Utara 28 keunikan yang mereka miliki, namun juga pada interaksi perusahaan dengan tenaga kerja yang dimilikinya, komunitas dan lingkungan secara kumulatif.

2.2 Good Corporate Governance

Menurut Daniri 2004, dengan mengutip riset Berle dan Means pada tahun 1934, isu GCG muncul karena terjadinya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Pemisahan ini memberikan kewenangan kepada pengelola manajerdireksi untuk mengurus jalannya perusahaan, seperti mengelola dana danmengambil keputusan perusahaan atas nama pemilik. Pemisahan ini didasarkan pada principal-agency theory yang dalam hal ini manajemen cenderung akan meningkatkan keuntungan pribadinya daripada tujuan perusahaan. Selain memiliki kinerja keuangan yang baik, perusahaan juga diharapkan memiliki tata kelola yang baik. Definisi dan prinsip CG yang saat ini masih bertahan dan dapat diakomodasiserta diadaptasi oleh berbagai regulasi yang ada khususnya di negara Indonesia Utama, 2004, yaitu: 1. Cadbury Committee Menurut Komite Cadburry 2004, yang kemudian dikutip oleh FCGI dalam publikasi pertamanya, corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak – hak dan kewajiban mereka, atau dengan katalain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Komite Cadburry dalam laporannya juga menyatakan Universitas Sumatera Utara 29 bahwa GCG terdiri dari 3 prinsip utama yaitu, keterbukaan, integritas, dan akuntabilitas. 2. OECD Organization for Economic Cooperation and Development Sebagaimana yang diuraikan oleh OECD 2004, yang dikutip oleh FCGIdalam terbitannya ada 4 unsur penting dalam CG yaitu: a. Keadilan Fairness, yaitu kepastian perlindungan atas hak seluruh pemegang dari penipuan fraud dan penyimpangan lainnya serta adanya pemahaman yang jelas mengenai hubungan berdasarkan kontrak diantara penyedia sumber daya perusahaandan pelanggan. b. Transparansi Transparancy, yaitu keterbukaan mengenai informasi kinerja perusahaan, baik ketepatan waktu maupun akurasinya. Hal ini berkaitan dengan kualitas informasi akuntansi yang dihasilkan., c. Akuntabilitas Accountability, yaitu penciptaan sistem pengawasan yang efektif berdasarkan pembagian wewenang, peranan, hak dan tanggung jawab dari pemegangsaham, manajer, dan auditor. d. Pertanggung jawaban Responsibility, yaitu pertanggung jawaban perusahaan kepada stakeholders dan lingkungan dimana perusahaan itu berada. CG timbul karena kepentingan perusahaan untuk memastikan kepada pihak penyandang dana principalinvestor bahwa dana yang ditanamkan digunakan secara tepat dan efisien. Selain itu dengan CG, perusahaan memberikan kepastian bahwa manajemen agent bertindak yang terbaik demi kepentingan perusahaan Setyapurnama dan Nor Pratiwi, 2004. Penerapan good corporate governance diyakini mampu Universitas Sumatera Utara 30 menciptakan kondisiyang kondusif dan landasan yang kokoh untuk menjalankan operasional perusahaan yang baik, efisien dan menguntungkan. Coombes dan Watson 2000 dalam Fachrurozi 2007 menyatakan bahwa pemegang saham saat ini sangat aktif dalam meninjau kinerja perusahaan karena mereka menganggap bahwa CG yang lebih baikakan memberikan imbal hasil yang lebih tinggi bagi mereka. Tujuh puluh lima persendari investor mengatakan bahwa praktek CG paling tidak sama pentingnya dengan kinerja keuangan ketika mereka mengevaluasi perusahaan untuk tujuan investasi. Bahkan 80 dari investor mengatakan bahwa mereka akan membayar lebih mahaluntuk saham perusahaan yang memiliki CG yang lebih baik wellgoverned company atau WGC dibandingkan perusahaan lain dengan kinerja keuangan relatif sama. Dey Report 1994 mengemukakan bahwa CG yang efektif dalam jangka panjang dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan menguntungkan para pemegang saham. Morck, Shleifer dan Vishny 1988 dalam Bernhart dan Rosenstein 1998 yang menguji hubungan antara kepemilikan manajerial dan komposisi dewan komisaris terhadap nilai perusahaan menemukan bahwa nilai perusahaan meningkat sejalan dengan peningkatan kepemilikan manajerial sampai dengan 5, kemudian menurun pada saat kepemilikan manajerial 5-25, dan kemudian meningkat kembali seiring dengan adanya peningkatan kepemilikan manajerial secara berkelanjutan. Black et al. 2003 dalam Sri Wardany 2006 berargumen bahwa pertama, perusahaan yang dikelola dengan lebih baik akan dapat Universitas Sumatera Utara 31 lebih menguntungkan sehingga mendapat dividen yang lebih tinggi. Kedua, disebabkan oleh karena investor luar dapat menilai earnings atau dividen yang sama dengan lebih tinggi untuk perusahaan yangmenerapkan CG yang lebih baik. Hasil menunjukkan bahwa tidak ditemukan bukti bahwa perusahaan dengan CG yang baik lebih menguntungkan atau membayardividen yang lebih tinggi, tetapi ditemukan bukti bahwa investor menilai earnings atau arus dividen yang sama dengan lebih tinggi untuk perusahaan yang menerapkan CG yang lebih baik.

2.2.1 Mekanisme Corporate Governance

Mekanisme CG merupakan suatu aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang melakukan control, pengawasan terhadap keputusan tersebut. Mekanisme CG diarahkan untuk menjamindan mengawasi berjalannya sistem governance dalam sebuah organisasi Walsh dan Schward, 1990 dalam Arifin, 2005. Menurut Barnhart dan Rosenstein 1998 dalam Lastanti 2004, mekanisme CG dibagi menjadi dua, yaitu internal mechanism mekanisme internal, seperti komposisi dewan direksikomisaris, kepemilikan manajerial, dan kompensasi eksekutif. Mekanisme yang kedua yaitu external mechanism mekanisme eksternal, seperti pengendalian oleh pasar dan level debt financing. Mekanisme CG yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, karena keterbatasan data mekanisme yang lain. Dalam penelitian ini semakin tinggi kepemilikan manajerial diharapkan pihak manajemen akan berusaha semaksimal mungkin untuk Universitas Sumatera Utara 32 kepentingan para pemegang saham. Hal ini disebabkan oleh pihak manajemen juga akan memperoleh keuntungan bila perusahaan memperoleh laba. Kepemilikan managerial adalah kepemilikan saham perusahaan oleh managerial. Kepemilikan managerial merupakan alat monitoring internal yang penting untuk memecahkan konflik agensi antara external stockholders dan manajemen Chen dan Steiner, 1999. Kepemilikan manajemen adalah proporsi pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan direktur dan komisaris Diyah dan Erman 2009, dalam Wien 2010. Munculnya kepemilikan saham dalam pihak manajemen akan menjadikan nilai perusahaan dapat meningkat karena pihak manajemen bisa melaksanakan dan selalu mengawasi perkembangan perusahaan sekaligus memperhitungkan kebijakan dividen yang terbaik dari dua sisi yaitu dari sisi pemegang saham dan kemajuan perusahaan. Semakin besar kepemilikan saham pada pihak manajerial, maka pihak manajerial akan bekerja lebih pro aktif dalam mewujudkan kepentingan pemegang saham dan akhirnya akan meningkatkan kepercayaan, kemudian nilai perusahaan juga akan naik.

2.3 Kinerja Keuangan

2.3.1 Pengertian Kinerja Keuangan

Pengertian kinerja menurut Kamus Istilah Akuntansi 2003:215 menyatakan bahwa: “Kinerja atau performance adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan aktivitas dari suatu organisasi pada suatuperiode, sering dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya- Universitas Sumatera Utara 33 biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, suatu dasar efisiensi, pertanggung jawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya”. Menurut Indra Bastian 2001:329 menyebutkan bahwa :“Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatanprogramkebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan, skema strategisstrategic planning suatu organisasi, secara umum dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu”. Menurut Wibowo 2008 menyatakan bahwa definisi kinerja yaitu “Kinerja berasal dari pengertian performance. Adapun pengertian makna luas, tidak hanya hasil kerja, tetapi bagaimana proses pekerjaan berlangsung.” Adapun menurut pendapat yang dikemukakan oleh Amstrong dan Baron dalam Wibowo 2008 adalah: “Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi.” Menurut Syafarudin 2003: 96 menyatakan bahwa: “Kinerja keuangan merupakan adalah mengukur sampai sejauhmana prestasi, peningkatan, posisi, atau performance dari nilai perusahaan yang diukur melalui laporan keuangan baik melalui neraca maupun laba rugi yang dibutuhkan oleh pihak yang berkepentingan.” Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektivitas dan efesien suatu organisasi dalam rangka mencapai suatu tujuannya Universitas Sumatera Utara 34 Efektivitas apabila manajemen memiliki kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau suatu alat yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan efesiensi diartikan sebagai rasio perbandingan antara masukan dankeluaran yaitu dengan masukan tertentu memperoleh keluaran yang optimal.

2.3.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kinerja Keuangan Perusahaan

Menurut Munawir, 2007:30 faktor-faktor yang mempengaruhi kinerjakeuangan : 1. Likuiditas, yang mampu menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi ataukemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih. 2. Solvabilitas, yang mampu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi baik keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. 3. Rentabilitas atau profitabilitas, yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. 4. Stabilitas ekonomi, yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga dan kemampuan perusahaan untuk membayar dividen secara teratur tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.

2.3.3 Analisis Kinerja Perusahaan

Universitas Sumatera Utara 35 Analisis terhadap kinerja perusahaan pada umumnya dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan, yang mencakup perbandingan kinerja perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama dan mengevaluasi kecenderungan posisi keuangan perusahaan sepanjang waktu. Teknik analisis yang dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan adalah melalui analisis rasio. Menurut Moeljadi 2004:67 Analisis Rasio tersebut yaitu di antaranya sebagai berikut : 1 Rasio Likuiditas, yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutang jangka pendeknya. Meliputi cash ratio, current ratio, acid test ratio atau quick ratio. 2 Rasio Leverage, yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kebutuhan dana perusahaan yang dibiayai oleh hutang. Meliputi debt tototal assets ratio, debt to equity ratio, dan time interest earned. 3 Rasio Aktivitas, yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Meliputi inventory turnover, receivable turnover, fixed asset turnover, dan other asset turnover. 4 Rasio Profitabilitas, yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan. Meliputi profit margin, Return on Investment ROI, Return on Equity ROE, Return on AssetsROA, earning per share. Universitas Sumatera Utara 36 5 Rasio Penilaian, yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai kepada para investor atau pemegang saham. Meliputi Price Earning Ratio PER, dan market to book valueratio. 6 Market Value Added MVA, merupakan perbedaan antara nilai pasar ekuitas dengan jumlah modal ekuitas yang diinvestasikan oleh investor. Jadi, MVA difokuskan pada pengukuran pengaruh tindakan manajerial sejak pendirian perusahaan. 7 Economic Value Added EVA, merupakan nilai tambah kepada pemegang saham oleh manajemen selama satu tahun tertentu. Jadi, EVA difokuskan pada efektivitas manajerial selama satu tahun tertentu. 8 Analysis Du Pont, dirancang untuk menunjukan hubungan antara pengembalian atas investasi, perputaran aktiva, margin laba, dan leverage. Meliputi ROA dan Earning Power. Sedangkan menurut Robert F. Halsey 2005:41 rasio keuangan yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis dan menginterpretasikan data dalam menilai kinerja keuangan suatu perusahaan, yaitu : Hasil pengembalian Aset atau yang lebih dikenal dengan nama Return on Assets ROA merupakan rasio yang menunjukkan hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Return on Assets ROA juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola asetnya. Rumus untuk mencari Return on Assets ROA adalah : = 100 Universitas Sumatera Utara 37 Return On Asset merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan untuk memperoleh keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia. Dalam perusahaan, perhitungan ROA adalah semakin tinggi rasio ini, semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return on asset menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan.

2.3.4 Tahap – Tahap dalam Menganalisis Kinerja Keuangan

Menurut Irham Fahmi 2011:240 menyatakan bahwa ada 5 lima tahapdalam menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan secara umum sebagaiberikut: 1 “ Melakukan review terhadap data laporan keuangan. Review dilakukan dengan tujuan agar laporan keuangan yang dibuat tersebut dengan penerapan kaedah yang berlaku umum dalam akuntansi sehingga dengan demikian hasil laporan keuangan dapat dipertanggung jawabkan. 2 Melakukan perhitungan. Penerapan metode perhitungan disini adalah disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan yang sedang dilakukan sehingga hasil dari perhitungan tersebut akan memberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisis yang diinginkan. 3 Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh. Dari hasil hitungan yang sudah diperoleh tersebut kemudian dilakukan perbandingan dengan hasil hitungan dari berbagai perusahaan lainnya. Metode yang umum dipergunakan untuk melakukan perbandingan ini adadua adalah ; Universitas Sumatera Utara 38 a Time series analysis, yaitu membandingkan secara antar waktu atauantar periode dengan tujuan itu nantinya akan terlihat secara grafik. b Cross sectional approach, yaitu melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan rasio-rasio yang telah dilakukan antara satu perusahaan dan perusahaan lainnya dalam ruang lingkup yang sejenis yang dilakukan secara bersamaan. Dari hasil penggunaan kedua metode ini diharapkan nantinya akan dapat dibuat satu kesimpulan yang menyatakan posisi perusahaan berada dalam kondisi sangat baik, baik, sedang, normal, tidak baik, dan sangat tidak baik. 1. Melakukan penafsiran interpretation terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan. Pada tahap ini analisis melihat kinerja keuangan perusahaan adalah setelah dilakukan ketiga tahap tersebut selanjutnya dilakukan penafsiran untuk melihat apa-apa saja permasalahan dan kendala-kendala yang dialami oleh perbankan tersebut. 2. Mencari dan memberikan pemecahan masalah solution terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan. Pada tahap terakhir ini setelah ditemukan berbagai permasalahan yangdihadapi maka dicarikan solusi guna memberikan suatu input atau masukan agar apa yang menjadi kendala dan hambatan selama ini dapat terselesaikan.”

2.3.5 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja

Tujuan dari penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membedakan hasil dan tindakan yang diinginkan. Universitas Sumatera Utara 39 Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran. Menurut Hanafi 2003 : 69 menyatakan bahwa : “Pengukuran kinerja didefinisikan sebagai performing measurementpengukuran kinerja adalah kualifikasi dan efisiensi perusahaan atau segmen dan keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi. Dengan demikian pengertian kinerja adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efesien dan efektivitas dari aktifitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu.” Menurut Mulyadi 2001:415 menyebutkan bahwa :“Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya”. Pengukuran maupun penilaian kinerja adalah suatu alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengembalian keputusan dan akuntabilitas. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan manajemen untuk mengevaluasi hasil-hasil dari aktivitas-aktivitas yang telah dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Prestasi pelaksanaan program yang dapat diukur akan mendorong pencapian prestasi. Pengukuran prestasi yang dilakukan secara berkelanjutan memberikan umpan balik untuk upaya perbaikan secara terus-menerus dan pencapaian tujuan di masa yang akan datang. Universitas Sumatera Utara 40 Menurut Mulyadi 2001:416 tujuan pokok penilaian kinerja adalah “Untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran”. Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya, untuk menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada wakunya serta penghargaan, baik yang bersifat intrinsic maupun ekstrinsik. Secara formal produk akhir dari hasil pengukuran kinerja diwujudkan dalam suatu laporan yang disebut laporan kinerja. Menurut Mulyadi 2001:416 menyebutkan bahwa :“Penilaian kinerja mempunyai manfaat bagi manajemen yaitu : 1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum 2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti promosi, transfer dan pemberhentian 3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihankaryawan 4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka 5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan”. Universitas Sumatera Utara 41

2.4 Nilai Perusahaan

Nilai Perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan tersebut didirikan sampai saat ini Bringham Gapensi, 1996. Menurut Christiawan dan Tarigan 2007, terdapat beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai suatu perusahaan antara lain: a. Nilai nominal yaitu nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif. b. Nilai pasar, sering disebut kurs adalah harga yang terjadi dari proses tawar menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham perusahaan dijual di pasar saham. c. Nilai intrinsik merupakan nilai yang mengacu pada perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekadar harga dari sekumpulan aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari. d. Nilai buku, adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep akuntansi. e. Nilai likuidasi itu adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai sisa itu merupakan Universitas Sumatera Utara 42 bagian para pemegang saham. Nilai likuidasi bisa dihitung berdasarkan neraca performa yang disiapkan ketika suatu perusahaan akan likuidasi. Berbagai macam faktor dapat mempengaruhi nilai perusahaan antara lain kepemilikan manajerial, kinerja keuangan suatu perusahaan, kebijakan deviden, corporate governance dan lain sebagainya. Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan oleh Suranta dan Machfoedz 2003 mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu menyatakan bahwa nilai perusahaan akan lebih tinggi ketika direktur memiliki bagian saham yang lebih besar. Minguez and Francisco 2000 yang melakukan penelitian tentang struktur kepemilikan terhadap perusahaan- perusahaan publik di Spanyol mengungkapkan bahwa struktur kepemilikan perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya 2006 menemukan bahwa kebijakan dividen memberikan pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian Siallagan 2006 juga menunjukkan bahwa mekanisme corporate governance berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Nilai perusahaan menggambarkan seberapa baik atau buruk manajemen mengelola kekayaannya, hal ini bisa dilihat dari pengukuran kinerja keuangan yang diperoleh. Suatu perusahaan akan berusaha untuk memaksimalkan nilai perusahaannya. Nilai perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan beberapa alternatif perhitungan, salah satu dari alternatif perhitungan tersebut yaitu dengan menggunakan rasio Tobin’s Q. Tobin’s Q dirumuskan oleh Professor James Tobin 1967. Universitas Sumatera Utara 43 Menurut Gordon and Sharpe 2000:12 dalam sriwardany 2006:26 mengenai nilai perusahaan adalah sebagai berikut: “Tobin’s Q mencerminkan harga atau nilai suatu perusahaan dipasar, harga saham ditunjukkan dengan nilai kapitalisasi pasar. Nilai kapitalisasi pasar adalah nilai pasar agregat suatu perusahaan yang dihitung dari harga pasar saham hari ini dikalikan jumlah saham yang beredar hari ini. Untuk perusahaan yang go public, perusahaan dapat dilihat dari nilai pasar saham dipasar modal ditambah dengan nilai pasar hutangnya. Harga saham yang semakin tinggi pada saat perusahaan memiliki banyak kesempatan untuk berinvestasi, mengingat hal tersebut berarti dapat meningkatkan pendapatan pemegang saham”. Apabila Tobin’s Q diatas 1 diartikan sebagai investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai lebih tinggi dari pengeluaran investasi, jadi terdapat investasi baru namun, apabila Tobin’s Q dibawah 1 maka hal tersebut dianggap tidaklah menarik. Tobin’s Q yang tinggi mencerminkan bahwa prospek pertumbuhan terhadap suatu perusahaan tersebut adalah baik. Tobin’s Q dapat dihitung dengan rumus: Keterangan: EMV = Nilai pasar ekuitas harga penutupan x Jumlah saham yang beredar D = Nilai buku dari total hutang EBV = Nilai buku total Ekuitas Q = + + Universitas Sumatera Utara 44

2.5 Penelitian Terdahulu Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi

13 171 114

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

2 14 19

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

0 4 107

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

1 3 107

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY(CSR) SEBAGAI VARIABEL MODERASI.

0 4 14

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi.

0 0 105

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PEMODERASI PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA NILAI PERUSAHAAN

0 0 11

Pengaruh Pengungkapan Corporte Social Responsibility, Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dan Nilai Perusahaan sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan Pertambangan

0 0 13

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi

0 0 10

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi

0 0 13