1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dunia ekonomi dan usaha berkembang dengan sangat pesat sejak awal tahun 1980-an. Hal ini ditunjang dengan perkembangan pesat di dunia teknologi
yang memudahkan komunikasi di antara pelaku dunia usaha. Kemajuan teknologi ini kemudian memicu semakin kompetitifnya tingkat persaingan di dalam dunia
usaha. Beberapa indikator keberhasilan perusahaan dalam memenangkan persaingan di dalam dunia usaha adalah profit dan pertumbuhan. Peningkatan
profit ditandai dengan semakin meningkatnya tingkat penjualan produk, sedangkan pertumbuhan ditandai dengan meningkatnya nilai investasi yang
ditanamkan dalam perusahaan Sembiring, 2005. Dalam perkembangannya, meningkatkan nilai investasi yang ditanamkan
dalam perusahaan yaitu melalui pasar modal. Pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh dengan pasar tradisional yang selama ini kita kenal,
di mana ada pedagang, pembeli, dan juga tawar menawar harga. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal telah menggariskan bahwa pasar
modal mempunyai posisi yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Pertumbuhan suatu pasar sangat tergantung dari kinerja perusahaan efek. Untuk
mengembangkan prasarana industri efek diperlukan investasi yang besar. Faktor-faktor yang dapat mengurangi jumlah investasi diperlukan
untukmembangun prasarana dan mengurangi biaya operasi perusahaan efek serta mendorong perkembangan pasar.
Universitas Sumatera Utara
2
Perkembangan tersebut, dapat dicapai apabila faktor tersebut mampu menghasilkan investasi aman dan berkualitas tinggi terutama pelayanan yang
optimal kepada para investor sehingga perkembangannya sangat mempengaruhi minat dari para calon investor baru yang ingin mencoba berinvestasi dipasar
modall Sumber:http:elearning.gunadarma.ac.id. Pasar modal merupakan alternatif tempat investasi yang sangat penting
bagi investor. Investor akan menanamkan dananya untuk memperoleh return berupa dividen maupun capital gain serta mendapatkan hak kepemilikan atas
perusahaan.Selain mempertimbangkan return saham yang akan diterima, para investor dalam melakukan investasi juga mempertimbangkan nilai perusahaan.
Bagi perusahaan yang go public, nilai perusahaan tercermin pada harga sahamnya. Semakin tinggi harga saham, semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut
Husnan, 2002. Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menjadi acuan
investor dalam membeli saham. Bagi perusahaan, meningkatkan kinerja keuangan adalah suatu keharusan agar saham perusahaan tetap menarik bagi investor. Akan
tetapi selain melalui pasar modal, perusahaan memiliki langkah lain dalam meningkatkan profit yaitu melalui penjualan produk. PT Aneka Tambang
Persero Tbk mengkhawatirkan krisis ekonomi Eropa yang berkepanjangan bisa mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan pada tahun ini karena harga
komoditas tambang terutama nikel akan terus merosot.
Universitas Sumatera Utara
3
Kinerja keuangan perusahaan adalah prestasi di bidang keuangan yang telah dicapai perusahaan dalam periode waktu tertentu yang dapat dilihat melalui
laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang dipublikasi oleh perusahaan merupakan cerminan kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan
inilah yang akan mendapat perhatian besar dari pihak-pihak yang berkepentingan melalui hasil analisis perkembangan kinerja, maka pihak-pihak yang terkait dapat
mengambil kebijakan masing-masing Mulyadi,1997. Menteri Negara BUMN, Sugiharto mengatakan rencara privatisasi BUMN 2006 baru akan dilakukan
setelah dilakukan audit atas kinerja perusahaan-perusahaan berplat merah itu pada 2005. Semua BUMN itu sedang dan akan diaudit hasil usahanya pada 2005. Tentu
paling arif dalam rangka proses privatisasi adalah selalu melihat kinerja keuangan yang terakhir yang telah diaudit. Hampir semua BUMN dan swasta sekarang
sedang sibuk menyajikan laporan yang akuntabel yang akan diaudit Sumber :http:antaranews.com.
Setiap perusahaan atau lembaga yang sudah mendeklarasikan perusahaan yang go public dituntut memberikan kinerja yang bernilai tidak hanya bagi
lembaganya sendiri, melainkan juga masyarakat luas. Salah satu faktor yang berpengaruh pada upaya peningkatan nilai adalah komitmen organisasional yang
tinggi. Ada berbagai tolak ukur dalam melihat pencapaian kinerja. Salah satu
diantaranya adalah sejalan yang dikemukakan oleh Denilson 2000 bahwa suatu perusahaan dikatakan berkinerja baik dengan tolak ukur berpredikat baik yaitu
pada keuntungan, kualitas, inovasi pangsa pasar, pertumbuhan penjualan dan
Universitas Sumatera Utara
4
kepuasan para karyawannya. Kinerja keuangan diartikan juga sebagai penentuan ukuran–ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan
dalam menghasilkan laba Ermayanti, 2009. Tetapi selain laba profit dan pertumbuhan tak kalah pentingnya yaitu keberlangsungan atau sustainability
Sembiring, 2005. Kunci utama pencapaian keberlangsungan adalah adanya penerimaan
publik akan kehadiran perusahaan. Bentuk tanggung jawab yang diinginkan publik tidak hanya berupa keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial,
melainkan dalam bentuk suatu pengintegrasian kegiatan bisnis dan operasional dengan aspeksosial Wayan, 2007.
Keberlangsungan dapat dicapai dengan lahirnya suatu konsep yang dikenal sebagai Corporate Social Responsibility CSR. Corporate Social Responsibility
merupakan suatu konsep terintegrasi yang menggabungkan aspek bisnis dan sosial dengan selaras agar perusahaan dapat membantu tercapainya kesejahteraan
stakeholders, serta dapat mencapai profit maksimum sehingga dapat meningkatkan harga saham Kiroyan, 2006.
Belakangan ini Corporate Social Responsibility menjadi isu yang banyak dibicarakan berbagai kalangan, karena ada kesan buruk terhadap perusahaan yang
terlanjur ada dalam pikiran masyarakat dan lebih dari itu pengusaha dianggap sebagai pemburu uang yang tidak peduli pada kerusakan lingkungan. Perusahaan
sebagai pelaku ekonomi mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat luas. Seiring dengan semakin
pesatnya perkembangan industri, perusahaan dapat memberikan keuntungan
Universitas Sumatera Utara
5
kepada masyarakat dan juga memberikan kerugian berupa permasalahan social kepada masyarakat yang berasal dari aktivitas perusahaan.
Perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan corporate value yang direfleksikan
dalam kondisi keuangan saja, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya Husnan, 2007. Dasar pemikiran yang hanya semata-mata pada
kesehatan finansial tidak akan menjamin keberlangsungan sustainability perusahaan untuk bisa tetap tumbuh dan berkembang Irawati, 2006.
Keberlangsungan perusahaan
akan terjamin
apabila perusahaan
memperhatikan dimensi terkait lainnya, seperti dimensi sosial dan lingkungannya. Perusahaan juga harus melakukan pengukuran terhadap kinerja kemudian
mengkomunikasikannya kepada para stakeholder. Bentuk kinerja mencakup tiga aspek yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup yang biasa disebut tripl
ebottom line. Ketiga aspek tersebut merupakan kunci dari konsep pembanguan berkelanjutan Sawir, 2004.
Pelaksanaan Corporate Social Responsibility mempersyaratkan kesadaran penuh bahwa setiap kegiatan pemanfaatan atau pengubahan sumber daya alam
termasuk energi menjadi output tertentu dalam rangka bisnis selalu berada dalam interaksi konstan dan terus menerus dengan lingkungan sosial dan fisik
disekitarnya. Kesadaran ini juga menjelaskan bahwa seluruh proses kegiatan bisnis akan selalu berdampak baik positif maupun negatif. Karena itulah wujud
output kebijakan atau program Corporate Social Responsibility harus berkait
Universitas Sumatera Utara
6
denganupaya memaksimumkan dampak negatif dari suatu kegiatan atau bisnis tertentu Iman, 2011.
Menurut Sueb 2001, apabila perusahaan tidak memperhatikan seluruh faktor yang mengelilinginya, mulai dari karyawan, konsumen, lingkungan, dan
sumber daya alam sebagai satu kesatuan yang saling mendukung suatu sistem, maka akan mengakhiri eksistensi perusahaan itu sendiri. Kerusakan dan gangguan
yang timbul dari faktor eksternal tersebut akan menganggu bahkan dapat menghentikan operasi perusahaan. Citra perusahaan akan semakin baik dimata
masyarakat apabila dapat menunjukkan tanggung jawab dan kepeduliannya terhadap lingkungan eksternal, misalnya adanya alokasi dana untuk program
pengolahan limbah, pendidikan dan pelatihan, pensiun, serta tunjangan lainnya. Corporate Social Responsibility diperlukan untuk menjaga keharmonisan
hubungan antara perusahaan dengan lingkungan sekitarnya. Akuntansi sebagai alat pertanggungjawaban mempunyai fungsi sebagai alat kendali terhadap
aktivitas suatu unit usaha Januarti dan Apriyanti, 2005. Makin meluasnya tanggung jawab perusahaan menyebabkan perlunya memasukkan unsur sosial
dalam pertanggungjawaban perusahaan kedalam akuntansi. Hal ini mendorong timbulnya suatu konsep yang biasa disebut sebagai Social Accounting, Social
Ecnomic ataupun Social Responsibilty Accounting Sueb, 2001. Akuntansi sosial merupakan bidang ilmu yang berusaha mengidentifikasi,
mengukur, menilai, dan melaporkan aspek-aspek social benefit dan social cost yang ditimbulkan oleh lembaga. Akuntansi sosial dan lingkungan dikembangkan
untuk menyediakan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan
Universitas Sumatera Utara
7
bagisemua pihak yang berkepentingan termasuk manajemen perusahaan, pemegang saham, karyawan, pelanggan, masyarakat umum dan pemerintah
Januarti dan Apriyanti, 2005. Aktivitas-aktivitas sosial perusahaan ini menjadi sangat penting untuk
diungkapkan karena kesadaran masyarakat Indonesia yang semakin meningkat. Oleh karena itu, kepedulian perusahaan terhadap masyarakat yang berupa
aktivitas-aktivitas sosial perusahaan tersebut harus diungkapkan berupa laporan tanggung jawab sosial yang membahas pencatatan setiap transaksi keuangan
perusahaan yang
mempengaruhi lingkungan
masyarakat. Biaya
yang berkaitandengan kemasyarakatan tersebut disebut sebagai biaya sosial Januarti
dan Apriyanti, 2005. Disahkannya Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas pada Pasal 74 ayat 1 yang menyebutkan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya
alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Selain itu, adanya pernyataan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia IAI dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.1 Revisi 2009 paragraph sembilan secara implisit menyarankan untuk mengungkapkan tanggung
jawabakan masalah sosial. Dimana perusahaan dapat menyajikan laporan mengenailingkungan hidup dan laporan nilai tambah value added statement,
khususnya bagi industri dimana fakor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting.
Universitas Sumatera Utara
8
Corporate Social Responsibility CSR merupakan suatu konsep atau program yang dimiliki oleh perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab
perusahaan terhadap lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada. Tanggung jawab sosial berarti bahwa manajemen mempertimbangkan dampak sosial dan
ekonomi di dalam pembuatan keputusannya Hani,2003. Konsep Corporate Social
Responsibility menyiratkan
bahwa perusahaandengan
sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial kedalam operasi dan
interaksi mereka dengan stakeholders. Sehingga secara tidak langsung konsep ini dapat membangun citra positif bagi perusahaan.
Corporate Social Responsibility pada dasarnya dapat diterapkan dalam setiap perusahaan. Akan tetapi tantangan yang dihadapi oleh suatu perusahaan
berbeda dari tantangan yang dihadapi oleh perusahaan lainnya. Salah satu perusahaan yang menarik untuk dicermati yaitu perusahaan pertambangan.
Sebagai perusahaan pertambangan, mereka menyadari bahwa kegiatan operasi perusahaan memiliki dampak secara langsung terhadap lingkungan dan
masyarakat sekitar. Perusahaan menyadari bahwa aspek lingkungan hidup dan khususnya pengembangan masyarakat tidak sekedar tanggung jawab sosial tetapi
merupakan bagian dari risiko perusahaan yang harus dikelola dengan baik. Karakteristik industri pertambangan di Indonesia sebagai industri
pembuka daerah tertinggal dan terisolir juga menjadikan peran perusahaan tambang untuk berperan aktif dalam pengembangan masyarakat sekitar. Hal ini
akan berperan penting dalam menurunkan risiko adanya gangguan terhadap operasi perusahaan. Beranjak dari konsepsi ini maka perhatian yang mendalam
Universitas Sumatera Utara
9
terhadap upaya pelestarian lingkungan serta partisipasi secara proaktif dalam pengembangan masyarakat merupakan salah satu kunci kesuksesan kegiatan
pertambangan. Fenomena yang terjadi pada Perusahaan Pertambangan adalah pada setiap
kegiatan penambangan berpotensi memberi dampak negatif pada lingkungan sekitar lokasi kegiatan penambangan, karena potensi itulah perusahaan melakukan
pengawasan untuk
menghindari kemungkinan
pencemaran lingkungan.
Diantaranya dengan melakukan reklamasi, penghijauan dan rehabilitasi. Hal tersebut
dilakukan setelah
masa tutup
tambang http:webcache.googleusercontent.com.
Berdasarkan hal tersebut, kini pergeseran orientasi pemikiran oleh para pemegang saham atau investor untuk lebih peduli pada sektor lingkungan
membuat permintaan akan Laporan Keberlanjutan Sustainability Report makin meningkat. Aspek penting yang ada dalam Laporan Keberlanjutan adalah
penjelasan tidak hanya mengenai manajemen, operasional, produk, tetapi juga membahas dampak lingkungan, dan juga keterlibatan dengan komunitas sekitar
Chapra,1983. PT. Antam Tbk, PT. Timah Tbk dan PT. Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk merupakan perusahaan pertambangan yang melakukan
pengembangan kegiatan tanggung jawab sosial. Menurut Herdinata 2008, perusahaan di Indonesia memiliki karakteristik
yang tidak berbeda dengan perusahaan di Asia pada umumnya, dimana perusahaan dimiliki dan dikontrol oleh keluarga. Meskipun perusahaan tersebut
tumbuh dan menjadi perusahaan publik, namun kendali keluarga masih signifikan.
Universitas Sumatera Utara
10
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Claessens, Stijin, Simeon Djankov dan Larry H.P dalam Herdinata 2008, ditemukan bahwa dalam tahun
1996 kapitalisasi pasar dari saham yang dikuasai oleh 10 perusahaan keluarga di Indonesia mencapai 57,7. Untuk Filipina dan Thailand mencapai 52,5 dan
46,2. Sedangkan kapitalisasi pasar dari saham yang dikuasai oleh 15 perusahaan keluarga di Korea sebesar 38,4 dan Malaysia sebesar 28,3. Hal ini
menunjukkan rendahnya struktur kepemilikan manajerial karena sebagian besar masih didominasi oleh keluarga. Pola dan kepemilikan usaha seperti ini akan
mendorong praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, yang pada akhirnya akan menjatuhkan nilai perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakan salah satu
mekanisme GCG yang dapat mempengaruhi insentifbagi manajemen untuk melaksanakan kepentingan terbaik dari pemegang saham Midiastuty dan
Machfoedz, 2003. GCG muncul dan berkembang dari teori agensi, yang menghendaki adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian
perusahaan. Semakin tinggi kepemilikan manajerial diharapkan pihak manajemen akan berusaha semaksimal mungkin untuk kepentingan para pemegang saham.
Hal ini disebabkan oleh pihak manajemen juga akan memperoleh keuntungan bila perusahaan memperoleh laba. Berdasarkan uraian di atas
memberikan inspirasi perlu diadakannya sebuah penelitian tentang bagaimana pengungkapan CSR dan GCG mempengaruhi kinerja keuangan Berdasarkan
uraian yang telah dikemukakan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul : “Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility, Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Dan
Universitas Sumatera Utara
11
Nilai Perusahaan Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek IndonesiaBEI”
1.2 Masalah Penelitian