menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.
Menurut Deborah 1996, bahwa seni komunikasi adalah mengidentifikasikan isyarat orang lain, mengenali bagaimana isyarat-isyarat tersebut digunakan, dan
memahami apa artinya. Mereka yang hubungannya akrab akan menyadari bahwa mengenali isyarat-isyarat orang lain memerlukan waktu yang sangat lama dan
seringkali membutuhkan kesabaran. Jika kita ingin benar-benar memahami apa yang dimaksud seseorang, bukan sekadar mengerti apa yang dikatakan atau dilakukannya,
kita harus mengenal sistem isyarat orang itu misalnya harus ada keterbukaan dalam berkomunikasi.
Menurut asumsi peneliti semakin ada keterbukaan orang tua pada anak dengan mendiskusikan hal yang penting akan meningkatkan perilaku yang baik pada
anak. Keterbukaan sangat penting karena merupakan dasar dari mengertinya anak dalam hal menerima informasi dapat lebih mudah diterima. Keterbukaan orang tua
akan mendorong anak untuk mengungkapkan segala sesuatu yang akan dibicarakan dan merupakan salah satu unsur penting yang dapat memengaruhi anak untuk
bertindak yang lebih bagus terhadap perilaku seks para nikah
5.2.2. Hubungan Komunikasi Orangtua-Anak Empati dengan Perilaku Seks
Pranikah Siswa SMA Prayatna Medan
Hasil penelitian tentang variabel empati ditemukan siswa SMA Prayatna yang menyatakan adanya empati dari orang tua dengan persentase perilaku seks pranikah
baik sebesar 86,2. Uji statistik menunjukkan variabel empati berhubungan dengan
Universitas Sumatera Utara
perilaku seks pranikah siswa SMA Prayatna Medan. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin ada empati komunikasi orang tua kepada anak maka akan
meningkat perilaku seks pranikah kategori baik. Hal ini sesuai menurut Devito 1997 bahwa empati merupakan sebagai
”kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.
Dengan adaya simpati dari orang tua, maka orang tua akan merasakan apa yang akan dialami oleh anak. Karena orang tua yang empatik terhadap anak mampu memahami
motivasi dan, perasaan dan sikap anak serta harapan dan keinginan anak untuk menghindari perilaku seks pranikah.
Menurut Ann Marriner 1996, selama berinterakasi atau tanya jawab dalam komunikasi kita terlibat dan menghargai lawan bicara dengan kemauan untuk
memperhatikan bukan sekedar mendengarkan dan memberikan kesempatan pada orang lain untuk untuk mengutarakan segala topik yang sedang dibicarakan.
Empati dari orang tua penting karena merupakan salah satu dasar dari mengertinya orang dalam hal menerima informasi dapat lebih mudah diterima dan
diadopsi pada orang. Dalam hal ini empati saat melakukan komunikasi dari orang tua masih kurang dapat kita lihat dari 106 siswa yang menyatakan ada empati dari orang
tua terhadap anak saat berkomunikasi sebanyak 29 orang 27,4. Siswa SMA Prayatna yang merasakan tidak ada empati dari orang tua lebih
banyak berperilaku seks pranikah tidak baik, hal ini bahwa siswa yang merasakan tidak ada empati dari orang tua kurang menerima komunikasi dari orang tua tentang
Universitas Sumatera Utara
perilaku seks. Dalam keadaan ini upaya untuk meningkatkan perilaku baik seks pranikah pada siswa dapat dilakukan melalui kegiatan penyuluhan tentang seks dan
meningkatkan komunikasi yang menunjukkan rasa empati dari orang tua. Peningkatan komunikasi empati saja belum tentu dapat merubah sikap atau
pandangan anak tentang seks pranikah, oleh karena itu harus dirumuskan suatu pendekatan yang lebih baik, misalnya dengan melibatkan guru-guru, tokoh
masyarakat, tokoh agama maupun tokoh adat untuk mensosialisasikan perilaku seks yang baik pada siswa.
Menurut asumsi peneliti semakin ada sikap empati orang tua pada anak saat berkomunikasi akan meningkatkan perilaku yang baik pada anak. Empati orang tua
merupakan kemampuan orang tua untuk mengetahui apa yang sedang dialami anak pada sesuatu hal dan kondisi tertentu. Orang tua yang empati terhadap anak akan
mampu memahami dan memotivasi perasaan serta sikap anak untuk menghindari perilaku seks pranikah.
5.2.3. Hubungan Komunikasi Orangtua-Anak Sikap Mendukung dengan