Pengertian IPA Hakikat IPA

2.1.4 Pembelajaran IPA

2.1.4.1 Pengertian IPA

Rustaman 2010:1.5 menjelaskan bahwa IPA atau sains merupakan proses yang menghasilkan pengetahuan. Sementara Samatowa 2010:3 juga memberikan pengertian tentang IPA yaitu sebagai ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan. Sutrisno 2007: 1-19 menyatakan IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat correct pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar true, dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih valid sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul truth. Jadi IPA mengandung tiga hal : proses usaha manusia memahami alam semesta, prosedur pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar, dan produk kesimpulannya betul. Naskah kajian kebijakan kurikulum IPA oleh Depdiknas 2007:8 juga menyebutkan bahwa IPA atau sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari serangkaian peristiwa dan gejala alam yang dikaji secara ilmiah.

2.1.4.2 Hakikat IPA

Cain dan Evans 1990:4 membagi 4 sifat dasar IPA, yaitu : produk, proses, sikap, dan teknologi. a. IPA sebagai produk “Science as content or produk includes the accepted fact, laws, pricipals, and theorities of science. At the elementary level, science content can be separated inti three areas: physical, life, and erart” Cain dan Evans, 1990:4. IPA sebagai produk berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori IPA. Produk IPA biasanya dimuat dalam buku ajar, buku-buku teks, artikel ilmiah dalam jurnal. Produk IPA yang dimaksud dalam penelitian ini adalah materi berupa fakta-fakta dan konsep-konsep tentang cahaya dan sifat-sifat cahaya dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya yaitu fakta bahwa cahaya merambat lurus, konsep bahwa sifat bayangan yang mengenai cermin cekung tergantung letak bendanya b. IPA sebagai Proses “In garedes K through 8. The emphasize in science is paleced on the process component. This component focuses on the means used in acquiring science content” Cain and Evans, 1990: 4 IPA sebagai proses yaitu memahami bagaimana cara memperoleh produk IPA. IPA disusun dan diperoleh melalui metode ilmiah, jadi dapat dikatakan bahwa proses IPA adalah metode ilmiah. Metode ilmiah dikembangkan secara bertahap dan saling terkait agar mendapatkan fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip- prinsip, dan teori-teori. Tahapannya disesuaikan dengan tahapan dari suatu proses eksperimen atau penelitian yang meliputi: 1 observasi; 2 klasifikasi; 3 interpretasi; 4 prediksi; 5 hipotesis; 6 mengendalikan variable; 7 merencanakan dan melaksanakan penelitian ; 8 interferensi ; 9 aplikasi ; 10 komunikasi. IPA sebagai proses dalam penelitian ini yaitu proses siswa memperoleh pengetahuanproduk IPA tentang materi sifat-sifat cahaya dalam kehidupan sehari-hari., yaitu melalui percobaan penemuan sendiri tentang sifat cahaya dapat merambat lurus, cahaya dapat dipantulkan, cahaya dapat dibiaskan, dan cahaya dapat diuraikan. c. IPA sebagai sikap “Developing objectivy, openness, and tentativenesss as well as being conclusions on aviable data are all part of scientific attitude. The concept of intelligent failure should be developed at the elementary level. Children should not be afraid to stick their necks out and make intelligent mistakes, much scientific knowledge has result from such mistake. Science can be fun and stimulating. Children should be involved in “messing about” activities as well as structured experiences ” Cain dan Evans, 1990:5. IPA sebagai sikap dimaksudkan dengan mempelajari IPA, sikap ilmiah siswa dapat dikembangkan dengan melakukan diskusi, percobaan, simulasi, atau kegiatan di lapangan. Sikap ilmiah tersebut adalah sikap ingin tahu dan sikap yang selalu ingin mendapatkan jawaban yang benar dari objek yang diamati. IPA sebagai sikap dalam penelitian ini diwujudkan dengan sikap ilmiah siswa yang timbul pada saat proses memperoleh produk IPA melalui menemukan, berdiskusi, dan percobaan dalam pembelajaran, misalnya sikap ingin tahu, objektif, terbuka, tidak tergesa-gesa, berhati-hati, ingin menyelidiki, dan tanggungjawab. d. IPA sebagai teknologi “During the 1980s we have seen the beginnings of a new focus in science education. That focus emphasizes preparing our students for the world of tomorrow. The development of technology as it relates to our daily lives has become a vital part of sciencing. The usefulness of science applications in solving “real world” problems is the theme seen in new curicula” Cain and Evans, 1990:6. IPA sebagai teknologi bertujuan mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan dunia semakin lama semakin maju karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Produk IPA yang telah diuji kebenarannya dapat diterapkan dan dimanfaatkan oleh manusia untuk mempermudah kehidupannya secara langsung dalam bentuk teknologi. IPA sebagai teknologi dalam penelitian ini mengimplikasikan bahwa setelah mempelajari IPA, siswa diharapkan dapat menerapkannya menjadi suatu bentuk teknologi yang mempermudah kehidupan. Contohnya: penggunaa Periskop dalam kapal selam untuk mengamati permukaan laut dalam hal ini memanfaatkan sifat pemantulan cahaya, Teleskop digunakan untuk mengamati bintang pembiasan cahaya, Lup untuk memperbesar benda-benda kecil dari aslinya cermin cembung, dan sebagainya. Berdasarkan hakikat IPA diatas, maka pembelajaran IPA seharusnya mencakup keempat aspek tersebut, sehingga pembelajaran IPA lebih bermakna dan tujuan pembelajaran IPA itu sendiri dapat tercapai dengan optimal. Oleh karena itu, pembelajaran dalam penelitian ini juga akan mengaplikasikan keempat aspek hakikat IPA tersebut.

2.1.4.3 Pembelajaran IPA di SD

Dokumen yang terkait

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sumber Energi Gerak melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ( Penelitian Tindakan Kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok)

0 14 135

Peningkatan hasil belajar siswa pada konsep sumber energi gerak melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL): penelitian tindakan kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok

2 3 135

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN PURWOYOSO 01 SEMARANG

3 21 265

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALLY BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VA SDN WONOSARI 02 SEMARANG

0 3 256

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN CTL PADA SISWA KELAS VC SDN PURWOYOSO 03 SEMARANG

0 9 255

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBASIS LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS V SDN BRINGIN 02

0 4 303

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SDN KARANGAWEN 5 DEMAK

0 7 184

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS IV SDN GEBUGAN 03 KABUPATEN SEMARANG

0 6 209

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL CTL BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS V SDN SEKARAN 02 KOTA SEMARANG

1 7 260

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VA SDN BOJONG SALAMAN 02 SEMARANG

0 10 343