UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BUMN.

BAB II PENGATURAN KEUANGAN NEGARA DALAM BUMN Persero

A. UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BUMN.

Tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Dasar 1945 mengaturnya di dalam BAB VIII, HAL KEUANGAN, Pasal 23 yang menyatakan : 1. Anggaran pendapatan dan belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan Negara ditetapkan setiap tahun dengan undang- undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 2. Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja Negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah. 3. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui anggaran pendapatan dan belanja Negara yang diusulkan oleh Presiden, pemerintah menjalankan anggaran pendapatan dan belanja Negara tahun yang lalu. Pada Pasal 23C Undang- Undang Dasar 1945 menyatakan, “hal-hal lain mengenai keuangan Negara diatur dengan undang- undang”. Terkait dengan hal tersebut maka konstitusi menghendaki adanya pengaturan khusustersendiri terkait dengan keuangan negara yang dituangkan di dalam undang-undang tersendiri. Badan Usaha Milik Negara BUMN, merupakan badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, sebagaimana yang tercantum di dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN. Persero adalah BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas yang Universitas Sumatera Utara modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 lima puluh satu persen sahamnya dimiliki oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia dan bertujuan mengejar keuntungan, seperti yang tercantum di dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang yang sama. Kekayaan negara yang dipisahkan adalah Kekayaan Negara yang berasal dari Anggaran 29 Pendapatan dan Belanja Negara APBN 30 untuk dijadikan penyertaan modal negara pada Persero danatau Perum serta perseroan terbatas lainnya. 31 Hal ini dipertegas lagi di dalam Undang- Undang BUMN, bahwa modal BUMN merupakan berasal dari Kekayaan negara yang dipisahkan. 32 Pengertian kekayaan negara itu sendiri sebenarnya sama dengan keuangan negara, dimana pengertian keuangan negara itu sendiri adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan 29 Menurut M.Marsono, “anggaran adalah suatu rencana pekerjaan keuangan yang pada satu pihak mengandung jumlah pengeluaran yang setinggi-tingginya yang mungkin diperlukan untuk membiayai kepentingan Negara pada suatu masa depan dan pada pihak lain merupakan perkiraan pendapatan penerimaan yang mgkin dapat diterima dalam masa tersebut”. M.Subagio, Hukum Keuangan RI Jakarta : Rajawali, 1991, hal 13. 30 Istilah pendapatan dan belanja Negara yang digunakan oleh Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 23 lazim digunakan dengan istilah anggaran Negara yang merupakan terjemahan dari istilah “budget”. Istilah budget ini pertama kali digunakan dalam hubungan Negara di Majelis Rendah Inggris dalam abad XVIII, sebagai hasil dari the glorius revolution 1688 yang membawa perubahan-perubahan besar dalam ketatanegaran yakni hak budget yang bersifat demokratis dalam arti dewan perwakilan rakyat yang berhak menentukan anggaran negara. Di inggris, istilah budget ni pada mulanya digunakan untuk tas kulit yang digunakan oleh Menteri Keuangan guna menyimpan surat-surat anggaran.H. Bohari, Hukum Anggaran Negara Jakarta : RajaGrafindo Persada, 1995, hal 13. 31 Lihat Pasal 1 angka 10, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. 32 Lihat Pasal 4 ayat 1, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. Universitas Sumatera Utara pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. 33 Dari penjelasan tersebut, maka sudah pasti bahwa di dalam BUMN terdapat unsur Keuangan Negara. Di dalam penjelasan tersebut, terdapat kata “dipisahkan dari APBNKek ayaan Negara”. terkait dengan hal ini, perlu dijelaskan mengenai BUMN merupakan suatu organ yang berbentuk badan hukum atau tidak. Menurut E.Utreht, badan hukum rechtspersoon, yaitu badan yang menurut hukum berkuasa bewenang menjadi pendukung hak, selanjutnya dijelaskan, bahwa badan hukum ialah setiap pendukung hak yang tidak berjiwa, atau lebih tepat yang bukan manusia. Badan hukum sebagai gejala kemasyarakatan adalah suatu gejala yang rill, merupakan fakta benar-benar, dalam pergaulan hukum, biarpun tidak berwujud manusia atau benda yang dibuat dari besi, kayu, dan sebagainya. Yang menjadi penting bagi pergaulan hukum ialah hal badan hukum itu mempunyai kekayaan vermogen yang sama sekali terpisah dari kekayaan anggotanya, yaitu dalam hal badan hukum itu berupa korporasi. Hak-kewajiban badan hukum sama sekali terpisah dari hak-kewajiban anggotanya. Bagi bidang perekonomian, terutama lapangan perdagangan gejala ini sangat penting. 34 Kemudian Menurut R.Subekti, badan hukum pada pokoknya adalah suatu badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti seorang manusia, memiliki kekayaan sendiri dan terpisah dari kekayaan pemiliknya, serta dapat digugat atau menggugat di depan hakim. 35 Terhadap badan hukum sendiri masih 33 Lihat Pasal 1 angka 1, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 34 Chaidir Ali, Badan Hukum Bandung: Alumnni, 1991, hal 13. 35 Ibid., hal 19 Universitas Sumatera Utara terdapat perbedaan pandangan, yaitu antara Teori Fiksi 36 dengan Teori Organ 37 . Pengertian badan hukum sebagai subjek hukum, yang mencakup unsur-unsur atau kriteria materill adalah: 38 1. Perkumpulan orang atau perkumpulan modal organisasi. 2. Dapat melakukan perbuatan hukum rechtshandeling dalam hubungan- hubungan hukum rechtsbetrekking. 3. Mempunyai harta kekayaan sendiri. 4. Mempunyai pengurus. 5. Mempunyai hak dan kewajiban. 6. Dapat digugat atau menggugat di depan pengadilan. Di samping unsur-unsur di atas, terdapat juga unsur atau kriteria formil terhadap badan hukum, yaitu: 39 36 Teori Fiksi dipelopori oleh Friedrich Carl Von Savigny, bahwa hanya manusia saja yang mempunyai kehendak. Selanjutnya dikemukakan bahwa badan hukum adalah suatu abstraksi, bukan merupakan suatu hal yang konkrit. Jadi karena hanya suatu abstraksi, maka tidak mugkin menjadi sbujek dari suatu hubungan hukum, sebab hukum memberi hak-hak kepada yang bersangkutan suatu kekuasaan dan menimbulkan kehendak berkuasa. Badan hukum semata-mata hanyalah buatan pemerintah atau negara. Terkecuali negara, badan hukum itu suatu fiksi yakni sesuatu yang sebenarnya tidak ada tetapi orang menghidupkannya dengan bayangannya untuk menerangkan sesuatu hal. Ibid., hal 32. 37 Teori organ, dipelopori oleh Otto Von Gierke. Badan hukum itu seperti manusia, menjadi penjelmaan yang benar- benar dalam pergaulan hukum yaitu “eine leiblichgeistige lebensein heit”, badan hokum itu menjadi suatu “verbandpersoblich keit”, yaitu suatu badan yang membentuk kehendaknya dengan perantaraan alat-alat atau pengurusnya seperti manusia yang mengucapkan kehendaknya dengan perantaraan mulutnya atau dengan perantaraan tangannya jika kehendak itu ditulis atas kertas. Apa yang mereka organen putuskan, adalah kehendak dari badan hukum. Badan hukum bukanlah suatu kekayaan hak yang tidak bersubjek, tetapi badan hukum itu suatu organisme yang rill, yang hidup dan bekerja seperti manusia biasa. Jadi badan hukum tidak berbeda dengan manusia. Karena itu dapat disimpulkan bahwa tiap-tiap perkumpulanperhimpunan orang adalah badan hukum. Ibid., hal 32-33. 38 Ibid. , hal 21, seperti dikutip oleh Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia, Bogor: Gahlia Indonesia, 2010, hal 74. 39 R. Murjiyanto, Pengantar Hukum Dagang: Aspek-Aspek Hukum Perusahaan dan Larangan Praktek Monopoli Yogyakarta: Liberty, 2002, hal 14 seperti dikutip oleh Ibid., hal 75. Universitas Sumatera Utara 1. Dinyatakan secara tegas dalam peraturan atau undang-undang yang mengaturnya. 2. Dinyatakan secara tegas di dalam akta pendiriannya. 3. Dalam prosedur pendiriannya diperlukan campur tangan pemerintah seperti kewajiban adanya pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. 4. Di dalam praktek kebiasaan diakui sebagai badan hukum. 5. Ditegaskan dalam yurisprudensi. Unsur-unsur tersebut diatas, baik secara materill maupun formil jika dihubungkan dengan BUMN maka: 1. Terkait dengan perkumpulan orang atau perkumpulan modal, pengertian BUMN sendiri menjelaskan bahwa BUMN merupakan badan usaha yang modalnya berasal dari Negara dan pada Persero penyertaan modal dari Negara adalah 51 lima puluh satu persen atau lebih hal ini dapat dilihat pada Pasal 1 Undang-Undang BUMN. 2. Terkait dengan dapat melakukan perbuatan hukum dalam hubungan- hubungan hukum, di dalam pembentukannya, BUMN memiliki maksud dan tujuan, yang diantaranya adalah mengejar keuntungan dan mejadi perintis bagi bidang ekonomi yang belum tersentuh koperasi dan swasta dapat dilihat pada Pasal 2 Undang-Undang BUMN sehingga untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut maka BUMN akan melakukan perbuatan hukum di dalam hubungan hukum. 3. Terkait dengan mempunyai harta sendiri, dapat dilihat asal modal dari BUMN yang berasal dari penyertaan langsung dari kekayaan Negara di luar APBN, Universitas Sumatera Utara bahkan pada Persero tidak menutup kemungkinan adanya modal yang berasal dari pihak luar swasta. 4. Terkait dengan mempunyai pengurus, dapat dilihat bahwa di dalam BUMN terdapat organ-organ, yaitu, komisarisdewan pengawas, dan RUPS. lihat Pasal 13 Undang-Undang BUMN 5. Terkait dengan mempunyai hak dan kewajiban, kembali dapat dilihat dari maksud dan tujuan didirikannya BUMN Pasal 2 Undang-Undang BUMN bahwa BUMN bertujuan untuk mengejar keuntungan guna menjadi pendapatan Negara akan tetapi BUMN juga berkewajiban menyelenggarakan kepentingan umum melalui penyediaan barang dan jasa yang bermutu yang menyangkut hajat hidup orang banyak. 6. Terkait dapat digugat atau menggugat di depan pengadilan, Direksi BUMN dapat mewakili BUMN di dalam maupun di luar pengadilan Pasal 5 ayat 2 Undang-Undang BUMN sehingga, BUMN dapat menggugat atau digugat di depan pengadilan dimana yang menjadi wakil dari BUMN adalah Direksi BUMN tersebut. 7. Terkait dengan unsur formil, di dalam pendirian BUMN diusulkan oleh Menteri kepada Presiden disertai dengan dasar pertimbangan serta kajian dari Menteri teknisterkait dan Menteri Keuangan Pasal 10 Undang-Undang BUMN. Dengan dipenuhinya baik unsur materill dan formil dari badan hukum tersebut maka dengan pasti dapat dikatakan bahwa BUMN merupakan badan hukum. Dalam hubungan dengan kedudukan Perusahaan Negara sebagai badan hukum Universitas Sumatera Utara tersebut, dalam Yurisprudensi Indonesia dapat dijumpai suatu pendapatpertimbangan Pengadilan Tinggi yang dibenarkan Mahkamah Agung, yaitu bahwa menurut Peraturan Pemerintah Nomor 301965 P.N., “Telkom adalah badan hukum yang bertanggung jawab dan mempunyai keuangan sendiri terpisah dari keuangan negara maka pemerintahDepartemen Perhubungan tidak dapat digugat dalam perkara ini mengenai perjanjian yang diadakan oleh Telkom dengan c.v, E.S.G.A”, Putusan Mahkamah Agung No. 25KSip1973. 40 Terhadap Persero berlaku segala ketentuan dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas sekarang berlaku Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. 41 Segala pengaturan dan prinsip-prinsip yang berlaku di dalam Perseroan Terbatas berlaku juga terhadap Persero, sehingga berdasarkan pengertian BUMN itu sendiri dan ketentuan di dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas, yang mana BUMN berbentuk Persero merupakan badan hukum, maka kekayaan Persero dan kekayaankeuangan negara merupakan hal yang terpisah, sehingga kerugian yang diderita oleh Persero nantinya hanya akan menjadi kerugian Persero dan tidak akan menjadi kerugian negara. Karakteristik badan hukum adalah pemisahan harta kekayaan pemilik dan pengurusnya, maka suatu badan hukum yang berbentuk perseroan terbatas memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan direksi sebagai pengurus, komisaris sebagai pengawas, dan pemegang saham sebagai pemilik. Begitu 40 Chaidir Ali, Op.Cit., hal 101. 41 Lihat pasal 11, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara. Universitas Sumatera Utara juga kekayaan yayasan sebagai badan hukum terpisah dari kekayaan pengurus yayasan dan anggota yayasan, serta pendiri yayasan. Selanjutnya kekayaan koperasi sebagai badan hukum juga terpisah dari kekayaan pengurus dan anggota koperasi. Bahkan BUMN yang berbentuk Perum, yang keseluruhan modalnya pasti dimiliki oleh pemerintah, juga adalah badan hukum, karena pada pasal 35 ayat 2 Undang-Undang BUMN menyatakan, Perum memperoleh status badan hukum sejak diundangkannya peraturan pemerintah tentang pendiriannya. Dan untuk Persero akan memperoleh status badan hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh Menteri Kehakiman sekarang Menteri Hukum dan HAM, hal ini terdapat di dalam Pasal 7 ayat 6 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas Undang-Undang PT terdahulu sebelum Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007, Sehingga berdasarkan uraian tersebut kekayaan Perum maupun Persero sebagai badan hukum bukanlah kekayaankeuangan negara. 42 B. UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 Jo. UNDANG- UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI. Di dalam hukum pidana, masalah keuangan negara terkait erat dengan tindak pidana korupsi, dan pengertian keuangan negara secara spesifik tidak diatur dalam stelsel tersendiri di dalam Undang-Undang No.31 Tahun 1999 Jo. Undang- 42 Prof. Erman Rajagukuk, d isampaikan pada diskusi publik “Pengertian Keuangan Negara Dalam Tindak Pidana Korupsi” Komisi Hukum Nasional Republik Indonesia, Jakarta 26 Juli 2006, hal 2. Universitas Sumatera Utara Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, namun di dalam Pasal 2 ayat 1 undang-undang tersebut menyatakan bahwa yang dimaksud perbuatan korupsi adalah setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Tentang keuangan negara kemudian dijelaskan dalam penjelasan umum yang menegaskan bahwa keuangan negara adalah “berupa seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun, yang dipisahkan atau yang tidak dipisahkan, termasuk di dalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena : 43 1. Berada dalam penguasaan, pengurusan dan pertanggungjawaban pejabat Lembaga negara, baik di tingkat pusat maupun di daerah; 2. Berada dalam penguasaan, pengurusan dan pertanggungjawaban Badan Usaha Milik NegaraBadan Usaha Milik Daerah, yayasan, badan hukum, dan perusahaan yang menyertakan modal Negara, atau perusahaan yang m enyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan negara.” Hadirnya Delik Korupsi di dalam hal keuangan negara dikarenakan di dalam Delik Korupsi terdapat adanya unsur kerugian negara yang mana unsur kerugian negara tersebut memiliki kaitan yang sangat erat dengan keuangan negara. Kaitan antara keuangan negara dengan kerugian negara tersebut dikarenakan dalam hal untuk membuktikan adanya unsur kerugian negara di 43 Lihat Penjelasan Umum Undang-Undang No.31 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Universitas Sumatera Utara dalam Delik Korupsi, maka penegak hukum wajib membuktikan adanya unsur keuangan negara yang hilangberkurang secara melawan hukum. Hal ini dapat dilihat dari isi Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang menyatakan “ Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana ...” Pengertian keuangan negara di dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, merupakan pengertian yang spesifik pidana dan khusus bersandar kepada asas logische Specialited yaitu meskipun sama-sama bersifat khusus, tetapi yang mendominasi adalah lingkup kepentingannya dalam hal ini adalah pidana. 44 Pendapat yang demikian sejalan dengan Pendapat H.A. Demeersemen dalam kajian “de autonomie van het materiele strafrecht ” otonomi hukum pidana materil menyatakan bahwa apabila ada perkataan atau terminologi yang sama, maka hukum pidana memiliki otonomi untuk memberikan pengertian yang terdapat dalam cabang ilmu hukum lainnya, akan tetapi apabila hukum pidana tidak menentukan lain, maka dipergunakan pengertian yang terdapat dalam cabang hukum lainnya. 45 44 Marwan Effendy, Kapita Selekta Hukum Pidana: Perkembangan dan Isu-isu Aktual Dalam Kejahatan Finansial dan Korupsi Jakarta : Referensi, 2012, hal 107. 45 Indrianto Seno Adji, korupsi dan penegakan hukum, Jakarta: Diadit Media, 2009, hal 12-13, seperti dikutip oleh Ibid,. Universitas Sumatera Utara Permasalahan yang kemudian timbul dan menyisakan perbedaan pendapat dan keraguan bagi banyak pihak sampai saat ini adalah kalangan BUMN berpendapat bahwa pada saat kekayaan negara telah dipisahkan dari APBN, kekayaan tersebut bukan lagi menjadi kekayaan negara melainkan telah menjadi kekayaan perseroan. Di pihak lain, kalangan penegak hukum masih melihat bahwa kekayaan negara yang dipisahkan ke dalam suatu perseroan tetap merupakan kekayaan negara, yang didasarkan pada Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi yang menyatakan bahwa keuangan negara termasuk juga uang yang dipisahkan di BUMN, 46 sehingga para penegak hukum berpandangan memiliki wewenang untuk memeriksa dan menindak terkait jika terjadi kerugian di dalam BUMN. Di dalam lingkungan BUMN, seseorang baru dapat dikatakan melakukan Tindak Pidana Korupsi menurut undang-undang bila seseorang dengan sengaja menggelapkan surat berharga saham dengan cara menjual saham tersebut secara melawan hukum yang disimpannya karena jabatannya atau membiarkan saham tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut Pasal 8 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Namun dalam prakteknya sekarang ini tuduhan korupsi juga dikenakan kepada tindakan-tindakan Direksi BUMN dalam transaksi- transaksi yang didalilkan dapat merugikan keuangan negara. Sehingga dalam hal 46 Ita Kurniasih, Suatu Tinjauan Yuridis: Kerugian Negara vs Kerugian Pesero, PPH Newsletter, No.66, September 2006, hal 2, seperti dikutip oleh Jonker Sihombing, Tanggung Jawab Yuridis Bankir atas Kredit Macet Nasabah Bandung: Alumni, 2009, hal 76. Universitas Sumatera Utara ini dapat dikatakan telah terjadi kesalahan penerapan dan kekeliruan dalam pemahaman mengenai keuangan negara. 47

C. UNDANG-UNDANG NOMOR