diderita oleh perusahaan tersebut Pertamina, termasuk uang 95 Sembilan puluh lima persen milik pemerintah yang berada di bank yang terletak di
Amerika Serikat. Akibat sengketa ini, uang negara yang ada di bank yang terletak di Amerika Serikat tersebut dibekukan oleh Pengadilan Arbitrase Internasional
dengan alasan sebagai jaminan dari sengketa yang sedang terjadi tersebut.
52
D. FATWA MAHKAMAH AGUNG DAN PERATURAN PEMERINTAH LAINNYA
Masalah lain terkait kedudukan keuangan negara pada BUMN timbul lagi ketika di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 2005 tentang tata cara
penghapusan puitang Negaradaerah. Pada Pasal 19 menyatakan penghapusan piutang secara bersyarat dan penghapusan piutang secara mutlak atas piutang
Negaradaerah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya Pasal 20 menyatakan bahwa tata cara dan penghapusan
secara bersyarat dan penghapusan secara mutlak atas piutang perusahaan negaradaerah yang pengurusan diserahkan kepada PUPN Panitia Urusan Piutang
Negara, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan. Peraturan ini tidak memisahkan antara kekayaan BUMN Persero dan kekayaan negara sebagai
pemegang saham.
53
Pemerintah kemudian tampaknya menyadari kekeliruan pemikiran dalam peraturan tersebut di atas ketika menghadapi kredit bermasalah
Non-Performing loanNPL PT. Bank BRI Persero Tbk, PT. Bank BNI 1946
52
Ibid. hal 76.
53
Prof. Erman Rajagukguk, op.cit, hal 5.
Universitas Sumatera Utara
Persero Tbk. PT. Bank Mandiri Persero Tbk, sehingga pemerintah melalui Menteri Keuangan pada saat itu, Sri Mulyani, menyatakan “Selanjutnya
pengurusan piutang perusahaan Negaradaerah dilakukan berdasarkan UU Perseroan Terbatas dan UU Badan Usaha Milik Negara BUMN. Jadi peraturan
yang mengatur bank-bank BUMN adalah UU Perseroan terbatas dan UU BUMN”.
54
Usulan perubahan PP No.14 tahun 2005 tersebut menjadi perdebatan di dalam Komisi XI karena dianggap membatalkan Pasal 2 huruf g Undang-Undang
Nomor 17 tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. Ada usul dari Anggota DPR, untuk perubahan PP No.14 tahun 2005 perlu meminta Fatwa Mahkamah Agung
RI. Namun ada pula yang berpendapat, pemerintah harus membuat Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Perpu untuk membatalkan Pasal 2 huruf
g UU Keuangan Negara.
55
Untuk menegahi masalah perbedaan persepsipandangan terhadap keuangan negara tersebut, pada tanggal 16 Agustus 2006, Mahkmah Agung
mengeluarkan Fatwa, yang menyatakan :
56
a. Bahwa pada Pasal 1 angka 1, Pasal 4 ayat 1 dan penjelasan Pasal 4 ayat 1
Undang –Undang Nomor 19 tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara,
yang merupakan Undang-Undang khusus tentang Badan Usaha Milik Negara, jelas dikatakan bahwa modal BUMN berasal dari kekayaan Negara yang telah
dipisahkan dari APBN dan selanjutnya pembinaan dan pengelolaannya tidak didasarkan pada system APBN melainkan didasarkan pada prinsip-prinsip
perusahaan yang sehat.
54
Ibid.
55
Media Indonesia,11 Juli 20016, seperti dikutip oleh Ibid.
56
Lihat Fatwa Mahkamah Agung Nomor : WKMAYud20VIII2006 tanggal 16 Agustus 2006.
Universitas Sumatera Utara
b. Bahwa pada Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 Tentang
Perbendaharaan Negara menyebutkan : “Piutang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada pemerintah pusat danatau hak pemerintah pusat
yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lain
yang sah”; bahwa oleh karena itu piutang BUMN bukanlah piutang Negara. c.
Bahwa ketentuan tentang piutang BUMN di dalam Undang-Undang Nomor 49 Prp. Tahun 1960 Tentang Panitia Urusan Piutang Negara tidak lagi
mengikat secara hukum dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN yang merupakan undang-undang khusus lex specialis
dan lebih baru dari Undang-Undang Nomor 49 Prp. 1960 tersebut.
d. Terkait dengan Pasal 2 huruf g Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 Tentang BUMN maka ketentuan dalam pasal 2 huruf g khusus klausul
mengenai “kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara perusahaan daerah” juga tidak mempunyai kekuatan mengikat secara hukum.
e. Bahwa perlu dilakukan perubahan seperlunya atas Peraturan Pemerintah
Nomor 14 tahun 2005 Tentang Tata Cara Penghapusan Piutang NegaraDaerah.
Lebih lanjut terkait Fatwa Mahkamah Agung tersebut, Ketua Mahkamah Agung, Bagir Manan, telah menjelaskan bahwa Fatwa Mahkamah Agung tersebut harus
dilihat berdasarkan persepektif hukun perdata, dan tidak bias dicampurkan dengan pengertian hukum pidana.
57
57
Lihat Rubrik Politik dan Hukum, Harian Kompas, Sabtu 30 September 2006, hal 3, seperti dikutip oleh Marwan Effendy, op.cit., hal 106.
Universitas Sumatera Utara
BAB III MENENTUKAN UNSUR KERUGIAN KEUANGAN NEGARA DALAM