diharapkan. Bahkan wibawa hukum menjadi tanda tanya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
5. Di lingkungan internasional
Dengan disidangkannya berbagai pelanggaran yang menyebabkan kerugian negara di Pengadilan Negeri baik di dalam negeri dan di luar negeri dapat
menimbulkan keraguan bagi negara donor pemasok modal. Negara donor akan menjadi lebih bergairah membantu bila dana yang diberikan
dipergunakan sebagaimana diharapkan.
B. PIHAK YANG BERWENANG MELAKUKAN PERHITUNGAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 di dalam Pasal 23E ayat 1 menyebutkan bahwa “untuk memeriksa pengelolaan dan
tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu badan pemeriksa keuangan yang bebas dan mandiri.” Dari hal tersebut dapat kita ketahui bahwa di
dalam Konstitusi Negara Republik Indonesia menghendaki adanya suatu lembaga yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab terkait dengan
keuangan negara yang disebut badan pemeriksa keuangan. Hal tersebut kemudian direspon dengan dikeluarkannya peraturan mengenai badan pemeriksa keuangan
yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
Universitas Sumatera Utara
Pengelolaan keuangan negara yang dilakukan oleh pemerintah wajib dilakukan pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan sebagaimana telah
diamanatkan di dalam Undang-Undang Dasar 1945. Kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan selaku pemeriksa atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara adalah bersifat bebas dan mandiri. Bebas diartikan dapat melakukan segala tindakan yang terkait pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dengan
tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sementara itu, mandiri diartikan dalam melakukan pemeriksaan atas pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara tidak boleh dipengaruhi oleh siapapun, termasuk pihak eksekutif, legislatif, yudikatif, dan bahkan dari dalam Badan
Pemeriksa Keuangan sendiri.
64
Tugas Badan Pemeriksa Keuangan menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan adalah:
1. Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan
pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga negara lainnya, Bank Indonesia, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, dan lembaga
atau badan lain yang mengelola keuangan negara; 2.
Menyerahkan hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan
Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah sesuai
dengan kewenangannya;
64
Muhammad Djafar Saidi, op.cit, hal 51.
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk keperluan tindak lanjut hasil pemeriksaan tersebut, diserahkan pula
hasil pemeriksaan itu kepada Presiden, Gubernur, BupatiWalikota sesuai dengan kewenangannya.
Selain tugas yang dimilikinya, terdapat pula wewenang untuk menopang atau menunjang tugas tersebut. Wewenang Badan Pemeriksa Keuangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat 1 Undang-Undang BPK adalah : 1.
Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan, menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyusun
dan menyajikan laporan pemeriksaan; 2.
Meminta keterangan danatau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang, unit organisasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga negara
lainnya, Bank Indonesia, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara;
3. Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik
negara, di tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan negara, serta pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan, surat-surat,
bukti-bukti, rekening Koran, pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara;
4. Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan;
5. Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi dengan
pemerintah pusat, pemerintah daerah yang wajib digunakan dalam pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;
6. Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara; 7.
Menggunakan tenaga ahli dan atau tenaga pemeriksa di luar Badan Pemeriksa Keuangan yang bekerja untuk dan atas nama Badan Pemeriksa
Keuangan; 8.
Membina jabatan fungsional pemeriksa; 9.
Memberi pertimbangan atas standar akuntansi pemerintahan; 10.
Memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian intern pemerintah pusat atau pemerintah daerah, sebelum ditetapkan oleh pemerintah pusat atau
pemerintah daerah; 11.
Menilai danatau menetapkan jumlah kerugian negara yang diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum, baik sengaja maupun lalai yang dilakukan oleh
bendahara, pengelola badan usaha milik negarabadan usaha milik daerah, dan lembaga atau badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan keuangan
negara;
Universitas Sumatera Utara
12. Menetapkan pihak yang berkewajiban membayar ganti kerugian dengan
keputusannya; 13.
Dapat memberikan pendapat kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, pemerintah
pusatpemerintah daerah, lembaga negara lain, Bank Indonesia, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, yayasan, dan lembaga atau badan
lain yang diperlukan karena sifat pekerjaannya.
Terkait hubungannya dengan Persero, di dalam Pasal 71 ayat 2 Undang- Undang BUMN menyatakan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan berwenang
melakukan pemeriksaan terhadap BUMN Persero sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan demikian dari peraturan yang mengatur
tentang BUMN menghendaki bahwa BUMN dapat diperiksa oleh Badan Pemeriksa keuangan, dalam hal ini menurut Undang-Undang BUMN, namun
kategori pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan Terhadap BUMN disebut pemeriksaan eksternal.
Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan memiliki dasar landasan hukum yaitu
selain dari Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang BPK sendiri, terdapat Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan
Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, yang di dalamnya menyatakan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan memilik wewenang untuk
melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. setiap pemeriksaan diawali dengan penetapan tujuan dan penentuan jenis
pemeriksaan yang dilaksanakan serta standar pemeriksaan yang harus diikuti oleh pemeriksa. Standar Pemeriksaan Keuangan sendiri seperti yang telah dibahas
sebelumnya, merupakan rangkaian prosedur aturan yang dibuat oleh Badan
Universitas Sumatera Utara
Pemeriksa Keuangan dalam rangka melakukan kegiatan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Struktur aturan Standar Pemeriksaan
Keuangan itu sendiri sebelum ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan, terlebih dahulu telah dibahas bersama dengan pihak-pihak yang terkait, seperti
Dewan Perwakilan Rakyat dan pemerintah pusat maupun daerah. Pada Januari tahun 2007, Badan Pemeriksa Keuangan telah mengeluarkan
dan menetapkan Standar Pemeriksaan Keuangan yang dituangkan dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007
Tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara yang selanjutnya disebut SPKN. Dengan diberlakukannya SPKN tahun 2007 ini maka Standar Audit Pemerintahan
yang ditetapkan di dalam keputusan Badan Pemeriksaan Keuangan Nomor 01aSKK1995 dinyatakan tidak berlaku lagi. Dengan demikian SPKN tahun
2007 menjadi patokan untuk melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang meliputi standar umum, standar
pelaksanaan pemeriksaan, dan standar pelaporan yang wajib dipedomani oleh Badan Pemeriksa Keuangan danatau pemeriksa.
Di dalam melakukan pemeriksaan, terdapat jenis pemeriksaan yang memiliki fungsi dan tujuan tertentu. Di dalam SPKN tahun 2007, terdapat 3 tiga
jenis standar pemeriksaan, yaitu : 1.
Pemeriksaan Keuangan. Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan.
Pemeriksaan keuangan bertujuan untuk memberikan keyakinan yang
Universitas Sumatera Utara
memadai, mengenai laporan keuangan apakah telah disajikan secara benar. Penyajian itu mencakup semua hal yang materill sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif, selain prinsip akuntansi yang berlaku umum tersebut. Laporan
keuangan yang diperiksa berasal dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, Bank Indonesia, lembaga negara lainnya, badan usaha milik negara, badan
usaha milik daerah, badan atau lembaga lain yang menyelenggarakan pengelolaan keuangan negara. Pembatasan laporan keuangan yang diperiksa
agar pemeriksa dilakukan mengetahui ruang lingkup pemeriksaan yang harus dilaksanakan.
65
2. Pemeriksaan Kinerja.
Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efesiensi serta pemeriksaan
sapek ekonomis. Dalam melakukan pemeriksaan kinerja, pemeriksa juga menguji kepatuhan terhadap ketentuan-ketentuan peraturan perundang-
undangan serta pengendalian intern. Pemeriksaan kinerja dilakukan secara objektif dan sistematik terhadap berbagai jenis bukti, untuk dapat melakukan
penilaian secara independen atas kinerja entitas atau programkegiatan yang diperiksa. Pemeriksaan kinerja menghasilkan informasi yang berguna untuk
meningkatkan kinerja suatu program dan memudahkan pengambilan keputusan bagi pihak yang bertanggung jawab untuk mengawasi dan
melakukan tindakan koreksi serta meningkatkan pertanggungjawaban publik.
65
Ibid, hal 57.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan pemeriksaan yang menilai hasil dan efektivitas suatu program adalah mengukur sejauh mana suatu program mencapai tujuannya. Pertama, tujuan
pemeriksaan yang menilai ekonomi dan efesiensi berkaitan dengan apakah suatu entitas telah menggunakan sumber dayanya dengan cara yang paling
produktif di dalam mencapai tujuan program. Kedua, tujuan pemerikasaan itu dapat saling berkaitan satu sama lain dan dilaksanakan secara bersamaan
dalam suatu pemeriksaan kinerja. Contohnya, tujuan ekonomi dan efesiensi berdasarkan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007
SPKN 2007 adalah penilaian atas: a.
Sejauhmana tujuan peraturan perundang-undangan dan organisasi dapat dicapai;
b. Kemungkinan alternatif lain yang dapat meningkatkan kinerja
program atau menghilangkan faktor-faktor yang menghambat efektivitas program;
c. Perbandingan antara biaya dan manfaat atau efektivitas biaya suatu
program; d.
Sejauhmana suatu program mencapai hasil yang diharapkan atau menimbulkan dampak yang tidak diharapkan;
e. Sejauhmana program berduplikasi, bertumpang tindih, atau
bertentangan dengan program lainnya yang sejenis; f.
Sejauhmana entitas yang diperiksa telah mengikuti ketentuan pengadaan yang sehat;
Universitas Sumatera Utara
g. Validitas dan keandalan ukuran-ukuran hasil dan efektivitas program,
atau ekonomi dan efesiensi; h.
Keandalan, validitas, dan relevansi informasi keuangan yang berkaitan dengan kinerja suatu program.
66
3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Pemeriksaan dengan tujuan tertentu bertujuan untuk memberikan kesimpulan atas suatu hal yang diperiksa. Pemeriksaan tersebut dapat bersifat eksaminasi,
review, atau prosedur yang disepakati. Pemeriksaan itu meliputi antara lain pemeriksaan atas hal-hal lain dibidang keuangan, pemeriksaan investigatif,
dan pemeriksaan atas sistem pengendalian intern. Ketika pemeriksa melakukan pemeriksaan dengan tujuan tertentu berdasarkan permintaan,
Badan Pemeriksa Keuangan wajib memastikan melalui komunikasi tertulis yang memadai bahwa sifat pemeriksaan telah sesuai dengan permintaan.
Pemberitahuan mengenai pemeriksaan telah sesuai dengan permintaan pada hakikatnya merupakan suatu bentuk rasa keadilan dan kepastian hukum yang
diberikan kepada yang diperiksa. Tindakan selanjutnya bergantung pada pihak yang diperiksa untuk memanfaatkan atau tidaknya hasil pemeriksaan
dalam rangka penataan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
67
Dalam SPKN 2007, dijelaskan bahwa pemeriksa secara profesional bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan untuk
memenuhi tujuan pemeriksaan. Dalam melaksanakan tanggung jawab
66
Ibid, hal 58.
67
Ibid, hal 59-60
Universitas Sumatera Utara
profesionalnya, pemeriksa
harus memahami
prinsip-prinsip pelayanan
kepentingan publik serta menjunjung tinggi integritas, objektivitas, dan independensi. Pemeriksa harus memiliki sikap untuk melayani kepentingan
publik, menghargai dan memelihara kepercayaan publik, dan mempertahankan profesionalisme. Tanggung jawab itu sangat penting dalam pelaksanaan
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. untuk itu standar pemeriksaan memuat konsep keuangan akuntabilitas yang merupakan landasan
dalam pelayanan kepentingan publik. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara SPKN tersebut selain berlaku
bagi Badan Pemeriksa Keuangan, juga berlaku bagi Akuntan Publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan Negara untuk dan atas nama Badan Pemeriksa Keuangan. Selain itu kepada Satuan Pengawasan Intern SPI juga disarankan untuk menggunakan
SPKN sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
68
Pemeriksa harus mengambil keputusan yang konsisten dengan kepentingan publik dalam melakukan pemeriksaan. Dalam melaksanakan
tanggung jawab profesionalnya, pemeriksa dapat menghadapi tekanan danatau konflik dari manajemen entitas yang diperiksa, berbagai tingkat jabatan
pemerintah, dan pihak lainnya yang dapat mempengaruhi objektivitas dan independensi pemeriksa. Oleh karena itu, menghadapi tekanan danatau konflik
tersebut, pemeriksa harus menjaga integritas dan menjunjung tinggi tanggung
68
Lihat Pasal 6 dan Pasal 7, Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 01 Tahun 2007 Tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
Universitas Sumatera Utara
jawab kepada publik. Pemeriksa juga bertanggung jawab untuk menggunakan pertimbangan profesional dalam menerapkan lingkup dan metodologi,
menentukan pengujian dan prosedur yang akan dilaksanakan, melaksanakan pemeriksaan dan melaporkan hasilnya. Dalam melaporkan hasil pemeriksaannya,
pemeriksa bertanggung jawab untuk mengungkapkan semua hal yang materill atau signifikan yang diketahuinya. Ketika tidak diungkapkan dapat
mengakibatkan kesalahpahaman para pengguna laporan hasil pemeriksaan, kesalahan dalam penyajian hasilnya, atau menutupi praktik-praktik yang tidak
patut atau tidak sesuai dengan ketemtuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
69
Terkait dengan pelaksanaan pemeriksaan, sebelum dilakukannya pemeriksaan, terlebih dahulu Badan Pemeriksa Keuangan menentukan objek
pemeriksaan, perencanaan, dan pelaksanaan pemeriksaan, penentuan waktu dan metode pemeriksaan, serta penyusunan dan penyajian laporan pemeriksaan
dilakukan secara bebas dan mandiri. Dalam merencanakan tugas pemeriksaan, Badan Pemeriksa Keuangan memerhatikan permintaan, saran, dan pendapat
lembaga perwakilan, seperti Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Permintaan itu dapat berupa hasil
keputusan rapat paripurna, rapat kerja, dan alat kelengkapan lembaga perwakilan termaksud. Namun, keputusan rapat paripurna, rapat kerja, dan alat kelengkapan
lembaga perwakilan tersebut tidak bersifat mengikat, kecuali bila Badan Pemeriksa Keuangan menganggap bahwa keputusan itu memiliki relevansi
69
Muhammad Djafar Saidi, Op.cit, hal 62.
Universitas Sumatera Utara
dengan objek pemeriksaan. Apabila di dalam hasil keputusan rapat dari lembaga perwakilan tersebut memiliki relevansi, maka Badan Pemeriksa Keuangan akan
melakukan konsolidasi dengan pihak terkait guna menyamakan pandangan terhadap objek pemeriksaan tersebut agar pemeriksaan terhadap objek tersebut
dapat dipertangungjawabkan. Akan tetapi di dalam hal ini, Badan Pemeriksa Keuangan tetap berpegang teguh pada prinsip kebebasan dan kemandiriannya di
dalam melakukan pemeriksaan terhadap objek pemeriksaan tersebut. Dalam perencanaan tugas pemeriksaan, Badan Pemeriksa Keuangan dapat
mempertimbangkan informasi dari pemerintah, bank sentral, dan masyarakat. Informasi dari pemerintah termasuk dari lembaga independen yang dibentuk
dalam upaya pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi KPK, Komisi Pengawasan Persaingan Usaha KPPU,
dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan PPATK. Sementara itu, informasi dari masyarakat termasuk hasil penelitian dan pengembangan kajian,
pendapat dan keterangan organisasi profesi terkait, berita media massa, pengaduan langsung dari masyarakat.
70
Dalam pelaksanaan pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan memiliki kebebasan dan kemandirian dalam ketiga tahap pemeriksaan, yakni perencaaan,
pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan. Kebebasan dalam tahap perencanaan mencakup kebebasan dalam menentukan objek yang akan diperiksa,
kecuali pemeriksaan yang objeknya telah diatur tersendiri dalam undang-undang, atau pemeriksaan berdasarkan permintaan khusus dari lembaga perwakilan.
70
Ibid, hal 64.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mewujudkan perencanaan yang komprehensif, Badan Pemeriksa Keuangan dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan aparat pengawasan intern
pemerintah, memerhatikan masukan dari lembaga perwakilan, serta informasi dari berbagai pihak. Sementara itu kebebasan dalam penyelenggaraan kegiatan
pemeriksaan antara lain meliputi kebebasan dalam penentuan waktu pelaksanaan dan metode pemeriksaan, termasuk metode pemeriksaan yang bersifat investigatif.
Selain itu, kemandirian Badan Pemeriksa Keuangan dalam pemeriksaan keuangan negara mencakup ketersediaan sumber daya manusia, anggaran, dan sarana
pendukung lainnya yang memadai. Badan Pemeriksa Keuangan dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh aparat pengawasan intern
pemerintah dan untuk keperluan tersebut, laporan hasil pemeriksaan pengawasan intern pemerintah wajib disampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan.
71
Luas pemeriksaan yang akan dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dapat disesuaikan dan difokuskan pada bidang-bidang yang secara potensial
berdampak pada kewajaran laporan keuangan serta tingkat efesiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan negara. Aparat pengawasan intern pemerintah
wajib menyampaikan hasil pemeriksaannya kepada Badan Pemeriksa Keuangan. Badan Pemeriksa Keuangan diberi kewenangan untuk mendapatkan data,
dokumen, dan keterangan dari pihak yang diperiksa, kesempatan untuk memeriksa secara fisik setiap asset yang berada dalam pengurusan pejabat instansi yang
diperiksa, termasuk melakukan penyegelan untuk mengamankan uang, barang, danatau dokumen pengelolaan keuangan negara pada saat pemeriksaan
71
Lihat Pasal 9 ayat 1 dan ayat 2, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Universitas Sumatera Utara
berlangsung. Dalam menyelenggarakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab negara, Badan Pemeriksa Keuangan dapat menggunakan pemeriksa
danatau tenaga ahli dari luar Badan Pemeriksa Keuangan yang bekerja untuk dan atas nama Badan Pemeriksa Keuangan.
72
Ketika pemeriksaan berlangsung terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, pemeriksa dapat :
73
1. Meminta dokumen yang wajib disampaikan oleh pejabat atau pihak lain yang
berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan keuangan negara dan tanggung jawab keuangan negara;
2. Mengakses semua data yang disimpan di berbagai media, asset, lokasi, dan
segala jenis barang atau dokumen dalam penguasaan atau kendali dari entitas yang menjadi objek pemeriksaan atau entitas lain yang dipandang perlu
dalam pelaksanaan tugas pemeriksaannya; 3.
Melakukan penyegelan tempat penyimpanan uang, barang, dan dokumen pengelolaan keuangan negara;
4. Meminta keterangan kepada seseorang;
5. Memotret, merekam, danatau mengambil sampel sebagai alat bantu
pemeriksaan. Berkaitan dengan meminta keterangan kepada seseorang, Badan
Pemeriksa Keuangan dapat melakukan pemanggilan kepada seseorang.
72
Lihat Pasal 9 ayat 3, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
73
Lihat Pasal 10, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Universitas Sumatera Utara
Pemanggilan itu dilakukan setelah berkonsultasi dengan pemerintah. Pemanggilan itu harus memenuhi prosedur yang telah ditentukan dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku agar tidak melanggar hak asasi manusia bagi pihak-pihak yang dipanggil oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Pemanggilan harus
dilakukan dalam bentuk tertulis dengan memuat identitas yang dipanggil serta maksud dari pemanggilan tersebut. Pihak yang dapat dipanggil dan dimintai
keterangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan adalah :
74
1. Pejabat atau pegawai yang bertanggung jawab danatau berkaitan dengan
pengelolaan keuangan negara. 2.
Badan hukum yang diwakili oleh direksi atau pengurus yang bertanggung jawab danatau berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang dibiayai oleh
keuangan negara. 3.
Seseorang yang memiliki informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang dibiayai dari keuangan negara.
Terhadap pemeriksaan danatau kinerja, pemeriksa melakukan pengujian dan penilaian atas pelaksanaan sistem pengendalian intern pemerintah. Pengujian
dan penilaian dimaksud termasuk atas pelaksanaan sistem kendali mutu dan hasil pemeriksaan aparat pemeriksa intern pemerintah. Berdasarkan pengujian dan
penilaian, Badan Pemeriksa Keuangan dapat meningkatkan efesiensi dan efektivitas pelaksanaan pemeriksaan. Hasil pengujian dan penilaian menjadi
74
Lihat Pasal 2, Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 03 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pemanggilan dan Permintaan Keterangan Oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
Universitas Sumatera Utara
masukan bagi pemerintah untuk memperbaiki pelaksanaan sistem pengendalian dan kinerja pemeriksaan intern.
Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan undang-undang, laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan
kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan disampaikan. Laporan ini dibutuhkan agar Badan Pemeriksa Keuangan dapat melakukan evaluasi pelaksanaan
pemeriksaan oleh akuntan publik. Dalam pelaksanaan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara itu, Badan Pemeriksa Keuangan melakukan
pembahasan mengenai temuan pemeriksaan dengan objek yang diperiksa sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan negara. pembahasan ini dibutuhkan untuk
mengkonfirmasi dan mengklarifikasi temuan pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan itu dengan pihak yang diperiksa. Hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa
Keuangan itu juga perlu dijadikan bahan untuk melakukan koreksi dan penyesuaian sehingga laporan keuangan yang telah diperiksa dapat memuat
koreksi dimaksud sebelum disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai dengan
kewenangannya. Pemeriksa
dapat melaksanakan
pemeriksaan investigatif
guna mengungkap adanya indikasi kerugian negara danatau unsur pidana.
Pengungkapan kerugian negara danatau unsur pidana merupakan upaya terakhir yang dilakukan oleh pemeriksa ketika pihak yang diperiksa tidak berusaha untuk
mengembalikan kerugian negara karena perbuatannya. Pemeriksaan investigatif sangat dibutuhkan untuk menstabilkan keuangan negara berada pada posisi
Universitas Sumatera Utara
semula. Jika hasil pemeriksaan ditemukan unsur pidana, Badan Pemeriksa Keuangan segera melaporkan hal tersebut kepada instansi yang berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Instansi yang terkait dengan pelaporan Badan Pemeriksa Keuangan adalah Kepolisian,
Kejaksaan, atau Komisi Pemberantasan Korupsi. Tata cara penyampaian laporan tersebut diatur bersama oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan pemerintah untuk
menghindari ketentuan yang dapat menimbulkan penyalahgunaan wewenang. Selama Badan Pemeriksa Keuangan melakukan pemeriksaan untuk
memeriksa dan menemukan unsur kerugian negara, maka terdapat ketentuan pidana yang dapat dikenakan baik kepada pihak yang diperiksa maupun terhadap
pihak pemeriksa. Terhadap pihak yang diperiksa ketentuan pidana dapat dikenakan apabila pihak yang diperiksa menolak untuk memberikan keterangan
tanpa alasan yang sah, memberikan keterangan palsu didalam pemeriksaan, menolak mneyerahkan dokumen yang dibutuhkan terkait dengan pemeriksaan,
serta menghalangi atau berusaha menggagalkan proses pemeriksaan. Sedangkan terhadap pemeriksa, ketentuan pidana dapat dikenakan apabila pemeriksa
menyalahgunakan dokumen pemeriksaan, menyalahgunakan kewenangannya sebagai pemeriksa serta memalsukan hasil pemeriksaan.
75
Setelah pemeriksaan berakhir dilaksanakan, pemeriksa wajib membuat atau menyusun laporan hasil pemeriksaan sebagai bentuk pertanggungjawaban
atas pemeriksaan yang dilaksanakan. Jika diperlukan, dapat pula dibuatkan
75
Lihat ketentuan pidana pada Pasal 24-26, Undang –Undang Nomor 15 Tahun 2004
Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Universitas Sumatera Utara
disusun mengenai laporan intern pemeriksaan. Laporan intern diterbitkan sebelum suatu pemeriksaan secara keseluruhan dengan tujuan untuk segera dilakukan
tindakan pengamanan danatau pencegahan bertambahnya kerugian negara. Pada hakikatnya, laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan
pemerintah memuat opini. Opini merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan
yang didasarkan pada criteria, antara lain :
76
1. Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan;
2. Kecukupan pengungkapan;
3. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4. Efektivitas Sistem Pengendalian Intern.
Kemudian, terdapat 4 empat jenis opini yang dapat diberikan oleh pemeriksa setelah melakukan pemeriksaan, yaitu :
77
1. Opini wajar tanpa pengecualian unqualified opinion
2. Opini wajar dengan pengecualian qualified opinion
3. Opini tidak wajar adversed opinion
4. Pernyataan menolak memberikan opini disclaimer of opinion
Berdasarkan Pasal 10 Undang-Undang Badan Pemeriksa Keuangan, maka Badan Pemeriksa Keuangan juga memiliki wewenang :
76
Muhammad Djafar Saidi, op.cit, hal 67.
77
Ibid, hal 68.
Universitas Sumatera Utara
1. Badan Pemeriksa Keuangan menilai danatau menetapkan jumlah kerugian
negara yang diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum baik karena sengaja maupun karena lalai yang dilakukan oleh bendahara, pengelola
BUMNBUMD, dan lembaga atau badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan keuangan negara.
2. Penilaian kerugian negara danatau penetapan pihak yang berkewajiban
membayar ganti kerugian sebagaimana dimaksud ayat 1 ditetapkan dengan keputusan Badan Pemeriksa Keuangan.
3. Untuk menjamin pelaksanaan pembayaran ganti kerugian, Badan Pemeriksa
Keuangan berwenang memantau : a.
Penyelesaian ganti kerugian negaradaerah yang ditetapkan oleh pemerintah terhadap pegawai negeri bukan bendahara dan pejabat lain;
b. Pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negaradaerah kepada bendahara,
pengelola BUMNBUMD, dan lembaga atau badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan keuangan negara yang telah ditetapkan
oleh Badan Pemeriksa Keuangan;
c. Pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negaradaerah yang dtetapkan
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
4. Hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 diberitahukan secara
tertulis kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan kewenangannya. Selanjutnya hasil pemeriksaan dilaporkan sebagaimana hasil setiap
pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan disusun dan disajikan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan LHP segera setelah kegiatan
pemeriksaan selesai. Pemeriksaan keuangan akan menghasilkan opini. Pemeriksaan kinerja akan menghasilkan dan memuat temuan, kesimpulan, dan
rekomendasi. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu akan menghasilkan kesimpulan.
78
Laporan hasil pemeriksaan atas kinerja memuat temuan, kesimpulan, dan rekomendasi. Sementara itu, laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu
memuat kesimpulan. Laporan hasil pemeriksaan atas kinerja dengan laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu, secara substansi memiliki perbedaan dari
78
Lihat Pasal 16, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
Universitas Sumatera Utara
aspek yuridis.
Keduanya merupakan
bentuk ketetapan
yang dapat
dipersengketakan di Pengadilan Tata Usaha Negara. Ketika ada tanggapan atas temuan, kesimpulan, dan rekomendasi pemeriksa dari pejabat pemerintah yang
bertanggung jawab, hal tersebut dimuat atau dilampirkan pada laporan hasil pemeriksaan.
Dalam laporan hasil pemeriksaan dapat memuat rekomendasi sehingga pejabat wajib menindaklanjutinya. Tindak lanjut atas rekomendasi dapat berupa
pelaksanaan seluruh atau sebagian dari rekomendasi tersebut. selain itu, pejabat wajib pula memberikan jawaban atas penjelasan kepada Badan Pemeriksa
Keuangan tentang tindak lanjut atas rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan yang bersangkutan. Jawaban itu disampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan
selambat-lambatnya 60 enam puluh hari setelah laporan hasil pemeriksaan diterima. Pejabat yang tidak melaksanakannya dapat dikenai sanksi administratif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, misalnya teguran tertulis sampai pada pemberhentian dengan tidak hormat.
79
Terkait pemeriksaan keuangan negara yang dilakukan Badan Pemeriksa Keuangan, ketika ditemukan adanya kerugian negara yang dilakukan baik dengan
sengaja maupun lalai maka Badan Pemeriksa Keuangan akan menempuh prosedur atau tata cara untuk mengembalikan kerugian yang diderita oleh negara melalui
melalui proses yang telah ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan yang telah
79
Lihat Pasal 20, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, lihat juga Peraturan Badan Pemeriksa
Keuangan RI Nomor 02 Tahun 2010 Tentang Pemantauan Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan.
Universitas Sumatera Utara
disepakati bersama pemerintah yang diwujudkan dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 03 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Penyelesaian
Ganti Kerugian Negara Terhadap Bendahara. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan tersebut juga berlaku kepada Badan Usaha Milik Negara Persero,
melalui direksinya, yang diduga telah menyebabkan timbulnya kerugian negara.
80
Proses yang ada di dalam peraturan Badan Pemeriksa Keuangan tersebut berbeda dengan proses penuntutan ganti kerugian melalui proses peradilan
81
sehingga tidak menutup kemungkinan adanya penuntutan yang dilakukan terhadap Direksi
Persero melalui prosedur peradilan di luar proses dari peraturan Badan Pemeriksa Keuangan tersebut.
Apabila melalui proses yang ditetapkan oleh peraturan Badan Pemeriksa Keuangan, maka ketika diduga adanya terjadi kerugian negara, maka Badan
Pemeriksa Keuangan akan membentuk Tim Penyelesaian Kerugian Negara TPKN. TPKN akan melakukan verifikasi berupa mengumpulkan data-data
terkait berapa besar kerugian yang diderita negara.
82
Kemudian TPKN akan melaporkan hasil verifikasi tersebut kepada pimpinan Badan Pemeriksaan
Keuangan. Badan Pemeriksa Keuangan akan memeriksa hasil laporan tersebut dan menyimpulkan apakah terdapat unsur perbuatan melawan hukum atau
kelalaian di dalam penyebab kerugian negara tersebut. Apabila terdapat unsur melawan hukum atau kelalaian di dalam penyebab kerugian negara tersebut, maka
80
Lihat Pasal 22 ayat 5, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
81
Lihat Pasal 42, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
82
Tekait pelaksaan tugas dan fungsi TPKN, lihat Pasal 6, Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 03 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Penyelesaian Ganti Rugi Keuangan
Negara Terhadap Bendahara.
Universitas Sumatera Utara
dalam hal ini, direksi persero akan dimintai menandatangani Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak SKTJM yang melalui surat pernyataan tersebut segala
asset milik direksi persero akan disita untuk digunakan sebagai jaminan pengganti kerugian negara sebanyak dengan hasil pemeriksaan kerugian negara oleh
TPKN.
83
Apabila dalam waktu 7 tujuh hari setelah diterbitkannya SKTJM dan direksi tidak bersedia menandatanganinya, maka Badan Pemeriksa Keuangan
dapat mengeluarkan Surat Keputusan Pembebanan Sementara.
84
Surat Keputusan Pembebanan Sementara merupakan bentuk teguran kepada pihak yang diberi
SKTJM. Surat Keputusan Pembebanan Sementara itu mempunyai kekuatan hukum untuk melaksanakan sita jaminan terhadap barang-barangharta bergerak
yang kemudian diikuti dengan barang-barangharta tidak bergerak dari direksi persero bila dipandang bahwa nilai barang-barangharta bergerak belum cukup
untuk memenuhi jumlah kerugian negara.
85
Badan Pemeriksa Keuangan BPK, bukan merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang melakukan perhitungan terhadap kerugian keuangan
negara. Kutipan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 31PUU-X2012 menyatakan bahwa :
“Menurut Mahkamah, Komisi Pemberantasan Korupsi KPK bukan hanya dapat berkoordinasi dengan Badan Pengawas Keuangan dan Pemerintahan
BPKP dan Badan Pemeriksa Keuangan BPK dalam rangka pembuktian
83
Lihat Pasal 11 dan Pasal 12, Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 03 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Penyelesaian Ganti Rugi Keuangan Negara Terhadap Bendahara.
84
Lihat Pasal 20 ayat 1, Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 03 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Penyelesaian Ganti Rugi Keuangan Negara Terhadap Bendahara.
85
Muhammad Djafar Saidi, op.cit, hal 86.
Universitas Sumatera Utara
suatu tindak pidana korupsi, melainkan juga dapat berkoordinasi dengan instansi lain, bahkan bisa membuktikan sendiri temuan di luar BPKP dan
BPK, misalnya dengan mengundang ahli atau dengan meminta bahan dari inspektorat jenderal atau badan yang mempunyai fungsi yang sama dengan
itu dari masing-masing instansi pemerintah, bahkan dari pihak-pihak lain termasuk dari perusahaan, yang dapat menunjukkan kebenaran materill
dalam perhitungan kerugian keuangan negara danatau dapat membuktikan perkara yang sedang ditanganinya.”
C. MEKANISME PENGAWASAN KEUANGAN DALAM BUMN.