Dalam mencari alternatif kebijakan untuk mengelola kualitas perairan perlu melibatkan pendapat berbagai stakeholders yang terkait dengan penyusunan
strategi pengelolaan kualitas perairan. Hal ini penting dilakukan guna mendapatkan pandangan yang komprehensif mengenai strategi kebijakan pengelolaan yang baik
menjadi prioritas untuk diterapkan di perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing Jakarta Utara. Dengan demikian maka selain memperhatikan persepsi masyarakat,
juga perlu studi yang dapat menangkap padangan berbagai stakeholder untuk mengelola kualitas perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing, Jakarta Utara.
1.2. Kerangka Pemikiran
Suatu perairan dikatakan tercemar apabila beban pencemar lebih besar dari kapasitas asimilasi perairan yang diindikasikan oleh tingginya konsentrasi bahan
pencemar dibandingkan dengan konsentrasi ambang batas baku mutu yang berlaku. Perairan tercemar apabila tidak segera dikelola dengan baik, sudah barang tentu
akan menimbulkan dampak yang sangat besar pada kondisi ekologi, ekonomi maupun sosial.
Pencemaran yang terjadi dari Muara Cakung Drain pada umumnya bersumber dari dunia industri yang membuang limbahnya ke Sungai Cakung Drain,
pada saat ini tecatat sebanyak 71 buah industri dengan berbagai kegiatan usaha Sutjahjo et al. 2005. Dan juga limbah domestik yang tidak terangkut masuk
melalui Sungai Cakung Drain yang nantinya akan bermuara di perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing Jakarta Utara, serta dari aktivitas Pelabuhan Perikanan
Cilincing itu sendiri. Hal tersebut memungkinkan terjadinya penurunan kualitas perairan yang semakin hari semakin tinggi dengan semakin tingginya pertumbuhan
industri dan ekonomi. Hal ini disebabkan selain karena tidak dapat menghindar dari pencemaran sebagai akibat dari pembangunan, juga disebabkan salah satu fungsi
perairan pesisir dan laut yang merupakan tempat menerima limbah dari daratan. Selain itu walau pada dasarnya perairan pesisir dan laut memiliki kapasitas
asimilasi, namun banyaknya limbah yang masuk ke Cakung Drainperairan pesisir mengakibatkan perairan tersebut tetap tercemar.
Apabila pencemaran dibiarkan sampai pada taraf dimana beban pencemar lebih besar nilainya dari kapasitas asimilasi, maka akibatnya bagi sistem kehidupan
akan fatal. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui pengurangan beban
pencemar langsung dari sumber pencemar. Namun demikian untuk sampai pada kebijakan seperti itu, tentu saja terlebih dahulu perlu diketahui secara kuantitatif
berapa sebenarnya nilai beban pencemaran dan kapasitas asimilasi suatu wilayah perairan.
Untuk mengukur beban limbah pencemaran dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama dengan cara penilaian cepat rapid pollution assessment yang
dilakukan dengan memanfaatkan data yang ada mengenai sumber-sumber pencemar dan jumlah penduduk, setelah itu dilakukan perhitungan total dari beban
pencemaran yang masuk melalui sungai. Cara kedua, dilakukan dengan langsung melakukan pengukuran beban pencemar pada muara sungai yang masuk ke wilayah
perairan pesisir. Untuk menghitung kapasitas asimilasi dilakukan dengan pendekatan hubungan antara kualitas air dan beban limbah.
Setelah nilai beban pencemaran dan kapasitas asimilasi diketahui, untuk sampai pada perumusan kebijakan pengembangan dan pengendalian lingkungan
serta informasi tentang nilai ekonomi yang terkorbankan oleh kerusakan lingkungan yang terjadi, diperlukan suatu strategi dalam upaya peningkatan mutu
pengelolaan kualitas perairan. Penyusunan strategi pengelolaan kualitas perairan dilakukan dengan
pendekatan analisis strengths, weakness, opportunities, threat SWOT. Analisis SWOT akan mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan
strategi pengelolaan kualitas perairan. Analisis ini di dasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan atau strength S dan peluang atau opportunities
O namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan atau weakness W dan ancaman atau threats T Rangkuti, 2000. Penggunaan SWOT dimaksudkan
untuk mencari formulasi strategi pengelolaan kualitas perairan dalam pengendalian dampak lingkungan yang dapat menurunkan kualitas perairan. Berdasarkan
implementasi SWOT, maka dapat dihimpun persepsi dan preferensi para stakeholder
seperti kalangan pemerintahan, pihak akademisi, industri serta masyarakat yang dianggap mengerti tentang dampak lingkungan yang dapat
menurunkan kualitas perairan. Kerangka pemikiran secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 1.
1.3. Perumusan Masalah