parameter yang tergolong limbah domestik, limbah industri pengolahan dan erosi tanah, maka beban yang harus diterima oleh perairan semakin besar, sehingga pada
batas toleransi tertentu akan terjadi akumulasi polutan dan sebaliknya nilai beban pencemaran menjadi rendah, maka perairan dapat membersihkan sendiri polutan
yang masuk. Hal ini di sebabkan perairan mempunyai kemanpuan untuk memfuripikasi bahan-bahan pencemar yang masuk ke dalam perairan yang kita
kenal dengan istilah kapasits asimilasi perairan.
5.3. Analisis Kapasitas Asimilasi Perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing.
Kapasitas asimilasi suatu perairan ditentukan oleh morfologi dan dinamika perairan tersebut serta jenis dan jumlah limbah total pollutan load yang masuk
kedalam perairan tersebut Goldberg 1991. Dalam hal ini, perhitungan kapasitas asimilasi dilakukan secara tidak langsung inderect approach yaitu dengan
metoda hubungan antara kualitas air dan beban limbahnya. Nilai kapasitas asimilasi diperoleh dari grafik hubungan antara konsentrasi masing-masing
parameter bahan pencemar di perairan dengan total beban bahan pencemar tersebut di muara sungai, untuk kemudian dianalisis dengan membandingkan dengan garis
baku mutu air laut yang diperuntukan untuk perairan pelabuhan dan biota laut berdasarkan Kep-Men LH No.512004.
Kapasitas asimilasi belum terlampaui menunjukkan bahwa beban yang masuk masih rendah, kemudian nilai ambang batas baku mutunya pun lebih tinggi
dari kondisi kosentrasi saat ini. Berarti bahan-bahan yang masuk dapat mengalami proses-proses difusi atau proses lainnya, apabila kapisitas asimilasi telah
terlampaui, maka beban yang masuk sudah tinggi, kemudian nilai ambang batas baku mutunya pun lebih rendah dari konsentrasi saat ini. Hai ini mengandung
bahwa bahan-bahan yang masuk tidak dapat mengalami proses-proses difusi atau proses lainnya dilingkungan perairan dengan sempurna.
Tabel 11. berikut adalah hasil analisis regresi beberapa parameter yang diukur, menunjukkan besaran kapasitas asimilasi yang dimiliki perairan Pelabuhan
Perikanan Cilincing terhadap beberapa parameter yang diukur. Fungsi Y
1
menunjukkan kualitas perairan pada jarak 500 m dari muara sungai, sementara funsi Y
2
menunjukkan kualitas perairan pada jarak 1000 m dari muara sungai, yang masing-masing fungsi dihitung kapasitas asimilasinya.
Tabel 11. Fungsi hubungan beban pencemaran sungai dan perairan Pelabuhan
Perikanan Cilincing
Kapasitas Asimilasi
Parameter Fungsi Y
1
500 m Fungsi Y
2
100 m r
1 2
r
2 2
X
1
X
2
BOD
y
1
= 0,0088x + 2,42 y
2
= 0,0054x + 3,16 0,99
0,77 1997.72
3118,52 NO
3
y
1
= 0,014x + 0,016 y
2
= 0,012x + 0,091 0,99
0,78 -0,57
-6,92 NH
3
y
1
= 0,013x + 0,0056 y
2
= 0,017x - 0,039 0,96
0,96 22,65
19,94 PO
4
y
1
= -0,023x + 0,37 y
2
= -0,032x + 0,45 0,95
0,81 15,43
13,59
Pb y
1
= 0,015x - 0,096 y
2
= 0,014x - 0,074 0,80
0,88 9,73
8,86 COD
y
1
= 0,0022x + 128,73 y
2
= 0,013x + 23,55 0,025
0,91 -22150
4342,31
Hasil analisis regresi di bawah ini menunjukkan bahwa beberapa parameter besaran kapasitas asimilasi yang dimiliki perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing
terhadap beberapa parameter yang diukur. Fungsi Y
1
menunjukkan kualitas perairan pada jarak 500 meter dari muara sungai, sementara fungsi Y
2
menunjukkan kualitas perairan pada jarak 1000 meter dari muara sungai dan masing-masing fungsi tersebut di hitung kapasitas asimilasinya. Untuk
mengetahuai kapasitas asimilasi di perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing dilakukan pengukuran beberapa parameter yaitu BOD
5
, NO
3,
NH
3,
PO
4,
dan Pb. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 6, 7, 8, 9,10 dan 11.
Sam pe l Total BOD
1 2
3 4
5 6
7
1 00 200
300 400
500
Load Total BOD tonbulan K
o n
s e
n tr
a s
i B
O D
P e
ra ir
a n
p p
m
500 m 1000 m
20
Baku Mutu = 20 ppm
Gambar 6. Analisis regresi antara beban pencemar BOD
5
di muara sungai dengan konsentrasi BOD
5
di perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing pada bulan September 2005 – November 2005.
Parameter BOD
5
membentuk persamaan regresi y
1
= 0,0088x + 2,42 dengan nilai R
1 2
= 0.99 dan nilai kapasitas asimilasinya sebesar 1.997,72 tonbulan, sedangkan persamaan regresi y
2
= 0.0054x + 3,16 dengan nilai R
2 2
= 0.77 serta memiliki nilai kapasitas asimilasi sebesar 3118,52 tonbulan. Gambar 6 di atas,
parameter BOD
5
belum mengalami pencemaran yang di tandai garis regresi yang terbentuk berada di bawah nilai kapasitas asimilasinya. Belum terlampauinya nilai
ambang batas baku mutu suatu perairan menandakan bahwa bahan pencemar organik walau jumlahnya cukup banyak, namun masih mampu di uraikan oleh
perairan. Hubungan beban limbah sungai terhadap kualitas Perairan Pelabuhan
Perikanan Cilincing pada parameter NO
3
dibentuk oleh fungsi y
1
= 0,014x + 0,016 dengan nilai R
1 2
= 0,99 dan untuk persamaan regresi y
2
= 20,012x + 0,091 dengan nilai R
2 2
= 0.78, masing-masing dengan nilai kapasitas asimilasi sebesar -0.57 dan -6,92 tonbulan
Sam p e l T o tal NO
3
0,05 0,1
0,15 0,2
0,25 0,3
0,35 0,4
0,45
5 10
1 5 20
25 30
35
L o ad To t al NO
3
to n b u lan K
o n
s e
n tr
a s
i N
O
3
P e
ra ir
a n
p p
m
500 m 1000 m
Bak u Mutu = 0. 008 ppm
Gambar 7. Analisis regresi antara beban pencemar NO
3
di muara sungai dengan konsentrasi NO
3
di perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing pada bulan September 2005 – November 2005.
Gambar 7 nampak bahwa parameter NO
3,
telah mencemari perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing, yang di tandai dengan terbentuknya hubungan
referensial beban limbah dan kualitas perairan di atas nilai ambang batas baku mutunya. Tingginya nitrat yang masuk ke dalam perairan memperlihatkan bahwa
limbah organik terutama golongan protein yang masuk ke dalam perairan selalu tinggi, sehingga menyumbang nitrogen dalam jumlah yang banyak
Sam p e l T ot al NH
3
0,1 0,2
0,3 0,4
0,5 0,6
10 20
30 40
L oa d T o tal NH
3
t o n b u la n K
o n
s e
n tr
a s
i N
H
3
P e
ra ir
a n
p p
m
500 m 1000 m
Bak u M ut u = 0.3 ppm
Gambar 8. Analisis regresi antara beban pencemar NH
3
di muara sungai dengan konsentrasi NH
3
di perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing pada bulan September 2005 – November 2005.
Hubungan regresi yang dibentuk pada parameter NH
3
Gambar 8 adalah fungsi y
1
= 0,013x + 0,0056 dengan nilai R12 = 0.554, sedangkan untuk persamaan regresi y
2
= 0,017x – 0,0309 dengan nilai R
2 2
= 0.976, masing-masing dengan nilai kapasitas asimilasi sebesar 22,65 dan 19,94 tonbulan. Gambar 8 di
atas nampak bahwa parameter NH
3
belum mengalami pencemaran, ditunjukkan dengan terbentuknya hubungan regresi di bawah nilai ambang batas baku mutunya.
Namun ada konsentrasinya yang tinggi dalam beberapa pengamatan. Tingginya amoniak dalam air sejalan dengan tingginya kandungan nitrat dalam air, selain itu
tingginya amoniak jaga di duga ada hubungannya dengan rendahnya kandungan oksigen di perairan, sedangkan limbah organik yang masuk ke perairan tersebut
sangat tinggi.
Sam pe l Tot al P-PO
4
0,02 0,04
0,06 0,08
0,1 0,12
0,14 0,16
5 10
15
Load Tot al P-PO
4
t onbulan K
o n
s e
n tr
a s
i P
-P O
4
P e
ra ir
a n
p p
m
500 m 1000 m
Baku Mutu = 0.015 ppm
Gambar 9. Analisis regresi antara beban pencemar PO
4
di muara sungai dengan konsentrasi PO
4
di Perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing pada bulan September 2005 – November 2005.
Hubungan regresi yang dibentuk oleh parameter PO
4
adalah y
1
= -0,023x + 0,37 dengan nilai R
1 2
. 0,95 dan untuk persamaan regresi y
2
= -0,032 x + 0,45 dengan nilai R
2 2
0,81 dengan nilai kapasitas asimilasi masing-masing adalah 15,43 dan 13,59 tonbulan. Gambar 9 di atas terlihat bahwa parameter PO
4
telah mencemari perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing, yang di tandai dengan
terbentuknya hubungan regresi di atas nilai ambang batas baku mutunya. Kandungan fospat di lokasi penelitian juga tinggi dan berada jauh di atas nilai
kapasitas asimilasinya. Hal ini terjadi karena sumber utama fospat di dalam
perairan adalah deterjen, pada hal jumlah diterjen yang digunakan oleh setiap rumah tangga cukup banyak, terutama di DKI Jakarta dan sekitarnya yang selalu
tinggi. Persamaan regresi yang dibentuk oleh logam Pb pada perairan Pelabuhan
Perikanan Cilincing adalah masing-masing dengan fungsi y
1
= 0,015x – 0,096 dengan nilai R
1 2
= 0.80 dan persamaan regresi y2 = 0,014x – 0,074 dengan nilai R
2 2
= 0.88 yang secara berturut-turut keduanya memiliki nilai kapasitas asimilasi sebesar 9,73 dan 8,86 tonbulan. Gambar 10 berikut dapat dikatakan bahwa kadar
Pb di perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing telah mengalami pencemaran. Hal ini terlihat dari garis regresi yang berada di atas nilai ambang batas baku mutunya.
Nilai Pb dalam .jauh di atas kapasitas asimilasinya, hal ini di sebabkan tingginya bahan bakar minyak yang berasal dari fosil yang di gunakan di DKI jakarta.
Sam pe l Tot al Pb Air
-0,1 0,1
0,2 0,3
0,4 0,5
0,6
10 20
30 40
Load Tota l Pb Air tonbulan K
o n
sen tr
as i
P b
A ir
P er
ai ran
p p
m
500 m 1000 m
Baku Mutu = 0.05 ppm
Gambar 10. Analisis regresi antara beban pencemar Pb di muara sungai dengan konsentrasi Pb di Perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing pada bulan
September 2005 – November 2005. Pada pengukuran parameter COD, terbentuk fungsi y
1
= 0,0022x + 128,73 dengan nilai R
1 2
= 0,025 dan untuk persamaan regresi y
2
= 0,013x + 23,55 dengan nilai R
2 2
= 0.91, dengan nilai kapasitas asimilasi masing-masing sebesar -2.2150 dan 4342,31 tonbulan. Gambar 11 di bawah terlihat bahwa parameter COD telah
mencemari perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing, hal ini terlihat dari garis regresi yang terbentuk di atas nilai ambang batas baku mutunya. Tingginya nilai
COD ini yang terbentuk memperlihatkan kenyataan bahwa di DKI Jakarta dan sekitarnya sangat banyak limbah yang berasal dari bahan organik yang sulit terurai
dengan kata lain, limbah yang masuk ke lokasi penelitian adalah limbah yang berasal dari kegiatan antropogenik
Sam pe l Total COD
20 40
60 80
100 120
140 160
180 200
2000 4 000
6000 800 0
10000 12000
14000
Load Tota l tonbulan K
o n
s en
tr as
i C
O D
M u
ar a
p p
m
500 m 1000 m
Baku Mutu = 80 ppm
Gambar 11. Analisis regresi antara beban pencemar COD di muara sungai dengan konsentrasi COD di perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing pada
bulan September 2005 – November 2005.
5.4 Implikasi Analisis Beban Pencemar dan Kapasitas Asimilasi