I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Tetapi dalam melakukan pembangunan, manusia umumnya hanya
memikirkan keuntungan dari segi ekonomi tanpa memperhatikan kondisi lingkungan, sehingga menyebabkan terjadinya tekanan-tekanan terhadap
lingkungan berupa pencemaran, baik pencemaran pada ekosistem darat, udara maupun perairan.
Ekosistem perairan sering dijadikan tempat buangan limbah, baik limbah domestik maupun non domestik seperti limbah industri. Perhitungan besarnya
beban pencemaran yang masuk ke perairan tergantung pada kegiatan yang ada di sekitar perairan tersebut. Untuk daerah pemukiman beban pencemaran biasanya
diperhitungkan melalui kepadatan penduduk dan rata-rata membuang limbah perorang.
Menurut Sutjahjo et al. 2005 rata-rata limbah per kapita penduduk di Jakarta Utara adalah 2,51 liter per hari, sedangkan yang terangkut 2,24 liter per hari,
yang tidak terangkut 0,27 liter per hari. Limbah yang tidak terangkut ini akan terbuang melalui sungai, salah satunya melalui Sungai Cakung Drain yang
bermuara di perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing Jakarta Utara. Ada berbagai jenis limbah yang masuk ke dalam sungai, diantaranya adalah limbah cair yang
dihasilkan dari industri. Hal ini dapat dilihat dari jenis dan ukuran industri, derajat penggunaan air dan derajat pengolahan limbah air yang ada. Selain itu dunia
industri maupun dunia usaha yang membuang limbahnya ke Sungai Cakung Drain yang terdata pun cukup banyak jumlahnya, saat ini terdata sebanyak 71 unit dengan
berbagai kegiatan industri dan dunia usaha Sutjahjo et al. 2005. Salah satu perairan laut yang kualitas perairannya sudah melewati ambang
baku mutu peruntukan perairan budidaya KepMen LH. No. 2 tahun 1988 adalah Perairan Teluk Jakarta. Rendahnya kualitas perairan Teluk Jakarta ini disebabkan
oleh banyaknya limbah yang masuk ke perairan Teluk Jakarta yang dibawa 13 sungai, dan salah satu sungai tersebut adalah Sungai Cakung Drain yang bermuara
di perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing Jakarta Utara. Adapun limbah yang
masuk ke perairan Teluk Jakarta adalah limbah dari kegiatan industri 97,82 yakni 1.632.896,47 ribu m
3
tahun, limbah domestik 2,17 yakni 36.229.90 ribu m
3
tahun, limbah industri pertanian 0,01 yakni 232,25 m
3
tahun dan sebagainya PKSPL, 1997.
Pelabuhan Perikanan Cilincing saat ini memanfaatkan badan Sungai Cakung Drain
sebagai dermaganya dan tempat pelelangan ikan TPI yang bangunannya semi permanen, sedangkan fasilitas lain sebagai Pelabuhan Perikanan belum
tersedia. Tingginya tingkat pencemaran di wilayah Pelabuhan Perikanan Cilincing mengharuskan pengembangan kebijakan lingkungan yang mampu mengatasi
pencemaran tersebut, serta mampu meningkatkan kualitas lingkungannya. Sebagai langkah awal dalam menentukan pengembangan kebijakan pengelolaan perairan
Pelabuhan Perikanan Cilincing Jakarta Utara, perlu diketahui beban limbah pencemaran yang masuk ke perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing Jakarta Utara
melalui Sungai Cakung Drain dan kapasitas asimilasi perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing. Untuk maksud ini data kualitas perairan dan pengelolaan
dampak kegiatan di sekitarnya secara terus menerus sangat diperlukan, sehingga dari sini akan dapat diketahui : a bahan yang masuk ke dalam lingkungan; b
pengaruh bahan terhadap lingkungan; c kecenderungan konsentrasi dan pengaruhnya, serta seberapa jauh pengaruh tersebut dapat dimodifikasi. Sampai
saat ini dalam penentuan kualitas perairan, masyarakat sebagai objek yang terkena dampak kebijakan pengelolaan kualitas perairan belum diminta pendapatnya
mengenai kondisi pengelolaan kualitas perairan yang diinginkan. Untuk itu studi mengenai persepsi masyarakat tentang kondisi pelayanan, kebersihan perairan
Pelabuhan Perikanan Cilincing Jakarta Utara perlu segera dilakukan. Selain hal tersebut di atas, Kota Jakarta Utara juga merencanakan untuk
mengembangkan wilayah di lokasi penelitian menjadi pemukiman nelayan di wilayah Jakarta Utara, yang direncanakan dalam satu perencanaan yang
komprehensif dan integrasi sehingga pembangunan akan merupakan satu kesatuan blok yang di dalamnya mencakup pembangunan yang berupa: a pembangunan
rumah susun nelayan; b bangunan penunjang dermaga, tempat pelelangan ikan, pemasaran ikan dan tempat pembelanjaan. Untuk itu diperlukan strategi kebijakan
untuk mengelola wilayah perairan tersebut.
Dalam mencari alternatif kebijakan untuk mengelola kualitas perairan perlu melibatkan pendapat berbagai stakeholders yang terkait dengan penyusunan
strategi pengelolaan kualitas perairan. Hal ini penting dilakukan guna mendapatkan pandangan yang komprehensif mengenai strategi kebijakan pengelolaan yang baik
menjadi prioritas untuk diterapkan di perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing Jakarta Utara. Dengan demikian maka selain memperhatikan persepsi masyarakat,
juga perlu studi yang dapat menangkap padangan berbagai stakeholder untuk mengelola kualitas perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing, Jakarta Utara.
1.2. Kerangka Pemikiran