Lokasi dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Parameter yang diukur Analisis Data 1. Beban Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing Jakarta Utara, letak lokasi penelitian dapat di lihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2005 sampai Mei 2006. . Gambar 2. Lokasi kawasan penelitian Sumber Ditjen Perikanan, 1999

3.2. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah contoh air dari setiap stasiun pengamatan, air destilasi, dan bahan kimia, baik untuk analisis logam berat, analisis kualitas air, maupun untuk keperluan pengawetan. Untuk lebih jelasnya, bahan dan alat yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian Bahan Alat Air contoh Van Dorn Sampler Sedimen contoh Botol polyethylene Asam klorida Timbangan analitik Asam nitrat Pipet tetes Aquadest DO-meter Es Spektrometer Asam sulfat Petersen Grab Na-thiosulfat PH-meter Formalin Termometer Indikator amilum Saringan bertingkat Lugol GPS Stopwatch Kompas 3.3. Pelaksanaan Penelitian 3.3.1. Penentuan titik pengambilan sampel Pelaksanaan penelitian diawali dengan penentuan lokasi pengambilan sampel yang dilakukan dengan pertimbangandiperkirakan dapat mewakili luasan wilayah perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing pada jarak 50 m, 500 m, dan 1000 m, sebanyak 3 stasiun pengamatan, 2 stasiun di wilayah perairan laut dan 1 stasiun di muara Sungai Cakung Drain.

3.3.2. Pengambilan sampel air

Pengambilan contoh air dilakukan dengan menggunakan alat Van Dorn Sampler . Selanjutnya contoh air dimasukkan dalam botol dan dilakukan pemberian label. Kemudian sampel air dimasukkan ke dalam cool box untuk dibawa ke laboratorium Lingkungan Budidaya Perairan IPB untuk di analisis. Waktu pengambilan contoh air serta dilakukan pengukuran parameter pendukung seperti suhu, pH dan kecerahan yang dilakukan secara in situ.

3.4. Parameter yang diukur

Parameter kualitas air yang diukur serta alat yang digunakan pada penelitian ini selengkapnya disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Parameter-parameter kualitas air dan sedimen yang diukur No Parameter Satuan Peralatan Keterangan 1. 2. 3. 4. 5. 6. BOD NO 3 NH 3 PO 4 Pb air COD mgl mgl mgl mgl mgl mgl Botol BOD Spektrofotometer Spektrofotometer Spektrofotometer AAS Spektrofotometer Laboratorium Laboratorium Laboratorium Laboratorium Laboratorium Laboratorium Data sekunder diperoleh dari studi pustaka dan informasi dari beberapa instansi terkait, diantaranya: BPLHD DKI Jakarta, Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan KPPL DKI Jakarta, LON LIPI, Dinas Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta, DPMA-Dep Pekerjaan Umum, Balai Penelitian Perikanan Laut Balitkanlut, dan lain-lain. 3.5. Analisis Data 3.5.1. Beban Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi Analisis beban pencemaran dilakukan dengan perhitungan secara langsung, baik kualitas air sungai yang menuju perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing maupun kualitas perairan Cilincing. Cara penghitungan beban pencemaran ini didasarkan atas pengukuran langsung debit sungai dan konsentrasi limbah di muara Sungai Cakung Drain yang menuju perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing, berdasarkan model berikut: BP = Q i x C i 1 x 10 -6 x 30 x 24 x 3600 ..................................................... 1 Keterangan : BP = Beban pencemar yang berasal dari suatu sumber tonbulan Q i = Debit sungai sekitar lokasi Cilincing m 3 detik C i = Konsentrasi parameter ke-imgl Total beban pencemar dari suatu sumber yang bermuara ke Pelabuhan Perikanan Cilincing, sebagai berikut: = = n i BP TBP 1 ........................................................................................................2 Keterangan : TBP = Total beban limbah n = Jumlah sungai i = Beban limbah sungai ke-i Nilai kapasitas asimilasi didapatkan dengan cara membuat grafik hubungan antara konsentrasi masing-masing parameter limbah di perairan pesisir dengan total beban limbah pencemaran parameter tersebut di muara sungai dan selanjutnya dianalisa dengan cara memotongkannya dengan garis baku mutu air yang diperuntukkan bagi biota dan budidaya. Gambar 3 pola hubungan antara konsentrasi limbah dengan beban pencemaran direferensikan terhadap standar baku mutu berdasarkan Keputusan Menteri KLH No. 51Men-KLH2004. Nilai kapasitas asimilasi didapat dari titik perpotongan dengan nilai baku mutu untuk parameter yang diuji. Gambar 3. Grafik hubungan antara beban pencemaran dan konsentrasi polutan Nilai kapasitas asimilasi didapat dari titik perpotongan dengan nilai baku mutu yang berlaku untuk setiap parameter. Selanjutnya dianalisis seberapa besar peran masing-masing parameter terhadap beban pencemarannya. Dengan asumsi dasar yakni: 1. Nilai kapasitas asimilasi hanya berlaku di wilayah pesisir pada batas yang telah ditetapkan dalam penelitian. 2. Nilai hasil pengamatan baik di perairan pesisir maupun di muara sungai diasumsikan telah mencerminkan dinamika yang ada di perairan tersebut. Beban Pencemaran Baku Mutu K o n se n tr as i P o lu ta n P el ab u h an 3. Perhitungan beban pencemaran dilakukan baik berasal dari land based, pencemaran dari kegiatan di perairan Pelabuhan Perikanan maupun dari lautnya sendiri. Data yang diamati merupakan data pencemaran yang mempengaruhi kualitas air muara sungai dan perairan. Hubungan yang ingin dilihat adalah nilai parameter tersebut yang ada di Pelabuhan Perikanan dan analisis yang digunakan adalah regresi linear. bx a Y + = ............................................................................................................3 Keterangan : x = nilai beban pencemaran setiap parameter di muara sungai tonbulan y = nilai parameter di perairan mgl a = nilai tengahrataan umum b = koefisien regresi untuk parameter di sungai. Peubah x merupakan jumlah nilai dari seluruh muara yang diamati untuk parameter tertentu dan y merupakan nilai parameter Pelabuhan Perikanan dianggap tepat untuk mewakili seluruh nilai parameter yang ada di perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing. 3.5.2. Formulasi, Strategi Pengelolaan Kualitas Air Perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing dengan Analisis SWOT Analisis formulasi strategi pengelolaan kualitas air perairan di Pelabuhan Perikanan Cilincing Jakarta Utara dilakukan dengan metode KeKePAn atau analisis SWOT strength, weakness, opportunity and threat. Pada analisis SWOT dilakukan analisis situasi pada empat unsurnya. Dalam menelaah unsur-unsur tersebut, perlu ditentukan sejumlah kriteria. Setiap kriteria yang ditelaah ditentukan nilai bobot dan rating. Kemudian ditentukan nilai terbobot yang merupakan perkalian nilai bobot dengan nilai rating tiap peubah. Pilihan strategi merupakan posisi dari peubah yang merupakan penjumlahan dari nilai terbobot. Alur dalam merumuskan strategi dengan SWOT dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Diagram alir analisis SWOT Sumarjono, 1998 Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis KeKePAn kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman atau SWOT strenght, weakness, opportunity , and threat adalah: 1 Identifikasi kekuatan kelemahan dan peluang ancaman Pada tahap ini dilakukan penelaahan kondisi faktual lapangan dan kecenderungan yang mungkin terjadi dalam pengelolaan air perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing Jakarta Utara. Hasil penelaahan ini digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengelolaan air perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing, Jakarta Utara. 2 Analisis SWOT Dalam menentukan strategi yang baik, dilakukan pemberian bobot nilai terhadap unsur-unsur SWOT berdasarkan tingkat kepentingan dan kondisi kawasan Pelabuhan Perikanan. Pada tahap ini dilakukan pembuatan matrik faktor strategi Y N Studi pustaka Pengumpulan data dan Informasi Identifikasi unsur internal dan eksternal SWOT Agregasi penentuan bobot Agregasi penentuan rating Penentuan matrik pendapat tiap responden OK Revisi matrik Penentuan matrik gabungan Penentuan bobot peubah Penentuan nilai Penentuan rating Diagram SWOT Perumusan strategi eksternal EFAS, untuk menentukannya di lakukan dengan cara sebagai berikut: a. Menyusun peluang dan ancaman pada kolom 1. b. Memberi bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 sangat penting sampai dengan 0,0 tidak penting. c. Menghitung skor dalam kolom 3 untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 sampai 1, berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perairan. Pemberian nilai skor untuk faktor peluang bersifat positif peluang yang sangat besar di beri skor 4, peluangnya kecil di beri skor 1. Pemberian nilai skor untuk faktor ancaman Ancaman yang sangat besar di beri skor 1, ancamannya sedikit di beri skor 4. d. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan skor pada kolom 3, untuk memperoleh jumlah skor pembobotan pada kolom 4. Untuk lebih jelasnya untuk menentukan matrik faktor strategi eksternal dapat dilihat pada Tabel 3. 1. Matriks strategi faktor eksternal Faktor-faktor strategi eksternal EFAS Bobot Skor Nilai Peluang opportunities : O 1 O 2 . Sn Ancaman threat : T 1 . T 2 . Sn Total Evaluasi faktor eksternal O – T Keterangan : 1 : Tidak penting 2 : Agak penting 3 : Penting 4 : Sangat penting Membuat matrik faktor strategi internal IFAS, untuk menentukannya di lakukan dengan cara sebagai berikut: a. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan pada kolom 1. b. Memberi bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 sangat penting sampai dengan 0,0 tidak penting. c. Menghitung skor dalam kolom 3 untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 sampai 1, berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perairan. Pemberian nilai skor untuk faktor kekuatan bersifat positif kekuatan yang sangat baik di beri skor 4, kekuatanya kurang. Pemberian nilai skor untuk faktor ancaman kelemahan yang sangat besar di beri skor 1, kelemahannya sedikit di beri skor 4. d. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan skor pada kolom 3, untuk memperoleh jumlah skor pembobotan pada kolom 4. Untuk lebih jelasnya untuk menentukan matrik faktor strategi eksternal dapat dilihat pada Tabel 4. 1. Matriks strategi faktor internal Faktor-faktor strategi internal IFAS Bobot Skor Nilai Kekuatan strength : S 1 . S 2 . S n Kelemahan weaknesses : W 1 . W 2 . Wn. Total Evaluasi faktor internal S – W Keterangan : 1 : Tidak penting 2 : Agak penting 3 : Penting 4 : Sangat penting Untuk menentukan strategi pengelolaan perairan di lakukan dengan cara membandingkan antara faktor eksternal peluang opportunities dan ancaman threats dengan faktor internal kekuatan strengths dan kelemahan weaknesses, kemudian diplotkan pada matrik dampak pengaruh menyilang cross impact matrix . Untuk lebih jelasnya dapat di lihat gambar matrik dampak pengaruh menyilang pada Gambar 5 . -6 -4 -2 2 4 6 -6 -4 -2 2 4 6 Berbagai Ancaman K e k u a ta n E k s te rn a l K e k u a ta n I n te rn a l Berbagai Peluang 2 Gambar 5. Matrik dampak pengaruh menyilang. 3 Alternatif Kebijakan Hasil Analisis SWOT Alternatif kebijakan pada matriks hasil analisis SWOT Tabel 5 dihasilkan dari penggunaan unsur-unsur kekuatan kawasan untuk mendapatkan peluang yang ada SO, penggunaan kekuatan yang ada untuk menghadapi ancaman yang akan datang ST, pengurangan kelemahan kawasan yang ada dengan memanfaatkan peluang yang ada WO dan pengurangan kelemahan yang ada untuk menghadapi ancaman yang akan datang WT. Tabel 5. Matriks hasil analisis SWOT Peluang Ancaman Kekuatan SO 1 SO 2 SO 3 SO n ST 1 ST 2 ST 3 ST n Kelemahan WO 1 WO 2 WO 3 WO n WT 1 WT 2 WT 3 WT n Kebijakan yang dihasilkan terdiri atas beberapa alternatif kebijakan. Untuk menentukan prioritas kebijakan yang harus dilakukan, maka dilakukan penjumlahan bobot yang berasal dari keterkaitan antara unsur-unsur SWOT yang terdapat dalam suatu alternatif kebijakan. Jumlah bobot akan menentukan ranking prioritas alternatif kebijakan pengelolaan kawasan Tabel 6. Tabel 6. Rangking alternatif kebijakan No Unsur SWOT Keterkaitan Jumlah Bobot Rangking Kebijakan SO 1 SO 1 S 1 ,S 2 ,S...S n O 1 ,O 2 ,O...O n 2 SO 2 S 1 ,S 2 ,S n O 1 ,O 2 ,O n 3 SO 3 S 1 ,S 2 ,S n O 1 ,O 2 ,O n Kebijakan ST 4 ST 1 S 1 ,S 2 ,S n T 1 ,T 2 ,T n Kebijakan WO 5 WO 1 W 1 ,W 2 ,W n O 1 ,O 2 ,O n 6 WO 2 W 1 ,W 2 ,W n O 1 ,O 2 ,O n 7 WO 3 W 1 ,W 2 ,W n O 1 ,O 2 ,O n Kebijakan WT 8 WT 1 W 1 ,W 2 ,W n T 1 ,T 2 ,T n 9 WT 2 W 1 ,W 2 ,W n T 1 ,T 2 ,T n 10 WT 3 W 1 ,W 2 ,W n T 1 ,T 2 ,T n IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1. Kondisi Umum Geografis