melakukan tindakan yang tidak semestinya dysfunctional behaviour untuk memaksimalkan kemakmurannya.
Watts dan Zimmernan 1986 dalam Suwito dan Herawaty 2009 menyatakan bahwa hubungan principal dan agen sering ditentukan oleh angka
akuntansi. Hal ini memotivasi agen untuk memikirkan bagaimana angka akuntansi tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya.
Kesenjangan informasi antara kedua belah pihak memicu munculnya perataan laba yang dilakukan oleh manajemen dan pada akhirnya memiliki pengaruh
terhadap motivasi investor untuk melakukan investasi.
2.2 Perataan laba
2.2.1 Definisi perataan laba
Definisi awal mengenai perataan laba adalah pengurangan fluktuasi laba dari tahun ketahun dengan memindahkan pendapatan dari tahun ketahun yang
tinggi pendapatannya ke periode-periode yang kurang menguntungkan. Sedangkan definisi lebih modern menyatakan bahwa perataan laba adalah
fenomena proses manipulasi profil waktu dari pendapatan atau laporan pendapatan untuk membuat laporan laba menjadi kurang bervariasi, sambil
sekaligus tidak meningkatkan pendapatan yang dilaporkan selama periode tersebut Belkaoui, 2006.
Bieldleman 1973 dalam Belkaoui 2007 mendefinisikan perataan laba sebagai tindakan pengurangan atau fluktuasi yang disengaja terhadap beberapa
tingkatan laba yang saat ini dianggap normal oleh perusahaan. Dengan pengertian
ini, perataan mencerminkan suatu usaha dari manajemen perusahaan untuk menurunkan variasi abnormal dalam laba sejauh yang diizinkan oleh prinsip-
prinsip akuntansi dan manajemen yang baik. Barnea et al 1976 dalam Budhijono 2006 menyatakan perataan laba
merupakan tindakan manajer untuk mengurangi fluktuasi dari laba yang dilaporkan dan meningkatkan kemampuan investor untuk meramalkan arus kas di
masa yang akan datang. Pada intinya, praktik perataan laba ini diharapkan dapat memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham serta penilainan
kinerja manajer. Menurut Koch 1981 dalam Mursalim 2003 tindakan perataan laba dapat didefinisikan sebagai suatau sarana yang digunakan manajemen untuk
mengurangi variabilitas urut-urutan, pelaporan laba relatif terhadap beberapa urut- urutan target yang terlihat karena adanya manipulasi variabel-variabel akuntansi
semu artificial smoothing atau transaksi riil real smoothing.
2.2.2 Faktor-Faktor yang Memotivasi Perataan Laba
Beberapa faktor yang mendorong manajemen melakukan perataan laba menurut Sugiarto 2003 adalah:
1. Kompensasi bonus Laporan keuangan sangat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan
dengan perusahaan. Karena pentingnya laporan keuangan memotivasi manejemen perusahaan untuk melakukan tindakan perataan laba untuk
mendapatkan bonus yang tinggi.
2. Kontrak utang Perusahaan yang melakukan pelanggaran terhadap perjanjian utang,
terdorong untuk melakukan tindakan perataan laba satu periode sebelum perjanjian utang tersebut dibuat.
3. Pengurangan pajak Perusahaan melakukan perataan laba untuk mengurangi jumlah pajak yang
harus dibayarkan kepada pemerintah. 4. Penawaran saham perdana
Perusahaan melakukan
perataan laba
untuk mendapatkan
dan mempertahankan investor.
Beidleman dalam Belkaoui 2007 mempertimbangkan dua alasan menejemen meratakan laporan laba. Pendapat pertama berdasar pada asumsi
bahwa suatu aliran laba yang stabil dapat mendukung deviden dengan tingkat yang lebih tinggi daripada suatu aliran laba yang variabel sehingga memberikan
pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham perusahaan seiring dengan turunnya tingkat resiko perusahaan secara keseluruhan. Argumen kedua
berkenaan pada perataan kemampuan untuk melawan hakikat laporan laba yang bersifat siklus dan kemungkinan juga akan menurunkan korelasi antara ekspektasi
pengembalian perusahaan dengan pengembalian fortofolio pasar Selain itu, adanya tiga batasan yang mempengaruhi manajemen untuk
melakukan perataan laba Belkaoui, 2007. Tiga batasan tersebut adalah: 1. Mekanisme pasar yang kompetitif, yang mengurangi jumlah pilihan yang
tersedia bagi manajemen.
2. Skema kompensasi dihubungkan dengan kinerja perusahaan yang disajikan dalam laba akuntansi yang dilaporkan, karena setiap fluktuasi dalam laba
akan berpengaruh langsung dalam kompensasi. 3. Fluktuasi dalam kinerja manajemen dapat mengakibatkan intervensi pemilik
untuk mengganti manajemen dengan cara pengambilan atau penggantian manajemen secara langsung.
2.2.3 Jenis Perataan Laba