Variabel reputasi auditor menunjukan tingkat signifikansi sebesar 0,809 atau lebih besar dari
α
= 5 atau 0,05. Dapat disimpulkan bahwa secara statistik reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Sehingga H3 yaitu
reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap perataan laba ditolak.
4.2 Pembahasan Hasil Uji Hipotesis
4.2.1 Pengaruh Nilai Perusahaan Terhadap Perataan Laba
Berdasarkan hasil pengujian antara variabel nilai perusahaan yang diproksikan dengan PBV terhadap perataan laba yang disajikan dalam Tabel 4.10
dapat diketahui bahwa nilai perusahaan tidak berbengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba. Namun arah koefisian regresi yang dihasilkan searah
dengan koefisien yang dihipotesiskan yaitu positif. Arah koefisien tersebut menunjukan bahwa perusahaan dengan nilai PBV yang tinggi maka semakin besar
kemungkinan perusahaan melakukan perataan laba. Begitu juga sebaliknya, apabila nilai PBV perusahaan rendah maka akan semakin kecil kemungkinan
terjadinya praktik perataan laba pada perusahaan tersebut. Pengujian hipotesis mengenai pengaruh nilai perusahaan yang diproksikan oleh Price to Book Value
terhadap perataan laba yang tidak signifikan mengindikasikan bahwa PBV tidak mampu menjelaskan mengenai perataan laba.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Aji dan Mita 2009. Penelitian Aji dan Mita 2009, menunjukan bahwa nilai perusahaan berpengaruh
positif terhadap perataan laba, semakin tinggi nilai perusahaan maka perusahaan akan cenderung untuk melakukan praktik perataan laba. Perbedaan hasil
penelitian ini dengan penelitian terdahulu dapat disebabkan oleh perbedaan
jumlah sampel penelitian serta kurangnya variasi data pada sampel penelitian. Hal ini dapat dilihat dari sampel PBV perusahaan yang digunakan pada penelitian
hampir secara keseluruhan adalah perusahaan yang memiliki nilai PBV yang tinggi yaitu diatas satu dengan rata-rata PBV sebesar 3,52. Sedangkan PBV
perusahaan yang rendah yaitu dibawah satu hanya terdapat pada empat perusahaan, yaitu PT. Lion Metal Works Tbk, PT. Lautan Luas Tbk, PT. Mustika
Ratu Tbk, dan PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk. Sedangkan dari sampel penelitian, diperoleh hasil yang hampir seimbang antara perusahaan yang
diindikasikan melakukan perataan dan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba yaitu sebesar 61 dan 56 unit sampel. Sehingga kurangnya variabilitas data
sampel PBV mengakibatkan tidak berpengaruhnya PBV terhadap perataan laba, atau dapat dikatakan tidak ada perbedaan PBV antara perusahaan yang melakukan
perataan laba dengan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba. Teori yang menyatakan bahwa nilai perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba,
kerena perusahaan yang memiliki nilai pasar yang tinggi akan mendorong manajemen melakukan perataan laba untuk menjaga konsistensi labanya pada
penelitian ini tidak dapat dibuktikan. Hasil penelian ini menunjukan bahwa nilai perusahaan yang tinggi bukan
merupakan faktor yang menjadikan manajemen cenderung melakukan perataan laba. Supriyanto 2008 dalam Rahmi 2011 menyatakan bahwa jumlah pemodal
jangka pendek di Indonesia lebih banyak dibandingkan dengan pemodal lain yaitu sebesar 80 dari seluruh pemodal di Indonesia. Perusahaan yang memiliki nilai
pasar yang tinggi bukan merupakan satu-satunya pertimbangan investor dalam
melakukan investasi, para investor yang memiliki modal yang rendah, akan memilih untuk berinvestasi pada perusahaan yang nilai pasar sahamnya lebih
rendah. Pada nilai pasar saham yang rendah, terdapat kemungkinan bahwa nilai pasar tersebut akan mengalami peningkatan, dan pada saat terjadi peningkatan
tersebut, pihak investor tertarik untuk menjual sahamnya untuk mendapatkan capital gain karena pihak investor tersebut berorientasi pada investasi jangka
pendek. Hasil dari Penelitian ini konsisten dengan penelitian Irawati dan Maya 2007 yang menemukan bukti bahwa nilai perusahaan tidak berpengaruh positif
terhadap perataan laba.
4.2.2 Pengaruh Kebijakan Deviden Terhadap Perataan Laba