No Peneliti
Judul Penelitian Variabel Penelitian
Hasil Penelitian 7.
Dhamar Yudho Adji dan Aria
Farah Mita 2010
Pengaruh profitabilitas, resiko
keuangan, struktur kepemilikan terhadap
praktik perataan laba. Studi empiris terhadap
perusahaan yang terdaftar di BEI
1. Profitabilitas 2. Resiko keuangan
3. Nilai perusahaan 4. Struktur
kepemilikan 1. Tidak berpengaruh
2. Berpengaruh 3. Berpengaruh
4. Tidak berpengaruh
8. Agus Purwanto
2009 Analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi perataan laba pada
perusahaan go public di Indonesia
1. Profitabilitas 2. Ukuran
Perusahaan 3. Deviden Payout
Ratio 4. Kelompok usaha
1. Berpengaruh 2. Tidak Berpengaru
3. Berpengaruh 4. Berpengaruh
2.8 Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis
Salah satu topik penting dalam penelitian akuntansi adalah perataan laba. Perataan laba merupakan salah satu upaya manajemen untuk melakukan rekayasa
laba pada laporan keuangan perusahaan dengan berbagai tujuan yang mendasarinya, salah satunya adalah kepentingan pribadi. Asih dkk 2000 dalam
Budiasih 2009 menyatakan bahwa perataan laba adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk mengurangi variabilitas laba yang dilaporkan agar dapat
mengurangi risiko pasar atau saham perusahaan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan harga saham. Praktik perataan laba dapat merugikan pihak-pihak
yang berkepentingan terhadap laporan keuangan seperti investor perusahaan. Dengan adanya praktik perataan laba yang dilakukan manajemen perusahaan ini,
pihak investor perusahaan tidak memperoleh informasi yang akurat mengenai laba perusahaan yang berguna untuk mengevaluasi investasi dan resiko dari dana yang
telah diinvestasikan kepada perusahaan.
Praktik perataan laba berkaitan erat dengan teori keagenan agency theory. Teori ini menyatakan bahwa praktik perataan laba dipengaruhi oleh
konflik antara agen dengan principal yang timbul akibat adanya perbedaan kepentingan yaitu pihak principal ingin meningkatkan kemakmurannya
sedangkan pihak agen ingin meningkatkan kekayaannya, dan semua pihak tersebut berusaha untuk mencapai dan mempertahankan keinginannya masing-
masing. Tindakan perataan laba merupakan upaya yang dilakukan pihak manajemen perusahaan untuk memperoleh kesan yang baik dari pihak ekternal
perusahaan. Perataan laba dapat memberikan gambaran bahwa manajemen perusahaan seolah mampu berkerja dengan baik sehingga hal tersebut dapat
memunculkan kepercayaan pihak ekternal terhadap perusahaan. Tindakan perataan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kemungkinan manajemen untuk melakukan perataan laba adalah nilai perusahaan, kebijakan dividen, dan reputasi auditor yang digunakan oleh perusahaan.
Nilai perusahaan mencerminkan kinerja atau keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahaannya. Nilai perusahaan yang tinggi menunjukkan
kinerja manajemen perusahaan yang baik. Fama 1978 dalam wahyudi dan pawestri 2006 menyatakan nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar
sahamnya. Hal ini dikarenakan harga pasar saham mengandung harapan mengenai masa depan suatu perusahaan. Para investor dalam menentukan keputusan untuk
berinvestasi akan mempertimbangkan nilai perusahaan yang bersangkutan. Pihak manajemen perusahaan tertarik untuk melakukan perataan laba
sebagai cara untuk memaksimalkan kepentingannya yaitu untuk memperoleh
anggapan bahwa manajemen perusahaan memiliki kinerja yang baik sehingga pihak principal memiliki kepercayaan terhadap perusahaan tersebut dalam
pengambilan keputusan untuk berinvestasi. Nilai perusahaan yang tinggi merupakan tujuan dari suatu perusahaan. Suranta dan Merdistuti 2004
menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki nilai pasar yang tinggi akan berusaha untuk mempertahankan tingginya nilai pasar perusahaan tersebut. Hal ini
dikarenakan perusahaan yang memiliki nilai pasar yang tinggi akan memiliki kemudahan untuk menarik sumberdaya kedalam perusahaan. Perusahaan yang
memiliki nilai pasar yang tinggi memiliki kecenderungan untuk melakukan perataan laba. Adanya dorongan agar dapat mempertahankan tingginya nilai
perusahaan, maka pihak manajemen perusahaan melakukan tindakan perataan laba untuk meminimalkan fluktuasi laba perusahaan, karena laba perusahaan
dapat mempengaruhi tinggi randahnya nilai dari suatu perusahaan. Suranta dan Merdistuti 2009 menemukan bukti bahwa nilai perusahaan berpengaruh positif
terhadap perataan laba. Faktor lain yang dapat mempengaruhi tindakan perataan laba adalah
kebijakan dividen. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berhubungan dengan pendanaan perusahaan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan
sebagai dividen atau sebagai sumber pendanaan perusahaan. Salah satu pertimbangan investor dalam berinvestasi pada perusahaan adalah dividen.
Apabila perusahaan menerapkan pembagian dividen yang rendah dan sebagian besar digunakan sebagai sumber pendanaan perusahaan, hal tersebut akan
mempengaruhi investor dalam berinvestasi pada perusahaan karena setiap investor mengharapkan keuntungan atas dana yang diinvestasikan.
Pihak investor perusahaan merupakan pihak yang menolak resiko. Dalam meminimalkan resikonya maka pihak investor lebih menyukai tingkat dividen
yang tinggi. Hal ini mendorong pihak manajemen perusahaan untuk menerapkan tingkat dividen yang tinggi. Perusahaan yang menerapkan tingkat dividen yang
tinggi akan memiliki kecenderungan untuk melakukan perataan laba. Purwanto 2009 yang menyatakan bahwa kebijakan dividen mempengaruhi perilaku
perataan laba karena kebijakan dividen mempunyai implikasi yang signifikan pada pengambilan keputusan investor dalam pembelian saham perusahaan.
Penerapan tingkat dividen yang tinggi akan memiliki tingkat risiko yang besar apabila terjadi fluktuasi laba pada perusahaan, sehingga hal tersebut menarik
minat manajemen untuk melakukan tindakan perataan laba, agar dapat meminimalkan risiko perusahaan tersebut. Penelitian Budiasih 2009 menemukan
bukti bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap perataan laba. Faktor lain yang diduga mempengaruhi manajemen untuk melakukan
perataan laba adalah reputasi auditor. Auditor menjadi pihak independen antara pihak principal dengan pihak agen atas konflik keagenan yang mereka hadapi.
Pihak principal akan percaya pada kebenaran dari laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen perusahaan apabila laporan keuangan tersebut telah diaudit.
Audit adalah bentuk monitoring yang dilakukan oleh perusahaan. Kualitas auditor biasanya diukur menggunakan reputasi KAP yang dimiliki auditor. Auditor
eksternal yang dianggap berkualitas adalah auditor yang tergabung dalam KAP
The Big Four. Auditor dari KAP The Big Four dianggap sebagai auditor yang memiliki keahlian dan reputasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor
dari KAP Non Big Four. Kualitas audit yang tinggi dari KAP yang besar menjadi salah satu
pertimbangan manajemen dalam melakukan manipulasi laba. Perusahaan penggunaan jasa dari auditor yang memiliki reputasi yang tinggi akan cenderung
untuk tidak melakukan perataan laba. Hal ini dikarenakan auditor dari KAP The Big Four merupakan auditor yang berkualitas yang akan lebih teliti dan cermat
dalam melakukan tugasnya memeriksa laporan keuangan. Sehingga, auditor dari KAP The Big Four akan mampu mendeteksi kecurangan yang dilakukan oleh
perusahaan dalam laporan keuangannya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Herni dan Susanto 2008 yang menyebutkan bahwa reputasi
auditor memiliki pengaruh yang negatif terhadap tindakan manajer untuk melakukan perataan laba.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut maka kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Reputasi Auditor Perataan Laba
Nilai Perusahaan
H3 Kebijakan Deviden
H1
H2
2.9 Hipotesis