Samudera Atlantik tidak dipengaruhi oleh CO
2
antropogenik Chen 1982; Chen 1993; Gruber 1998, sehingga semua data O
2,
TCO
2
, dan TA pada garis lintang 20
o
LS – 40
o
LS, yang dikarakterisasi oleh θ ≤ °C
perhitungan nilai TrOCA bebas CO
2
antropogenik. Selanjutnya dari perhitungan ini, diperoleh bentuk kurva dengan persamaan y = a.exp-xb,
dimana y mewakili tracer TrOCA dan x adalah temperatur potensial
θ
persamaan 9. Penelitian ini juga menemukan suatu hubungan sederhana antara
TrOCA dan θ untuk WOCEJGOFS section dan stasiun Laut Banda dan Selat
Ombai yang cukup menarik Gambar 11, yang secara garis besar dijelaskan melalui konstribusi TCO
2
dari perhitungan menggunakan persamaan
7
, dimana konsentrasi meningkat seiring dengan bertambahnya kedalaman atau penurunan
temperatur.
Gambar 11 Hubungan antara TrOCA dan temperatur potensial θ
dari stasiun P10N, P08S_1, P08S_2, H_I10, stasiun Laut Banda dan Selat Ombai.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Distribusi Massa Air di Jalur Arus Lintas Indonesia ARLINDO
Untuk mengkaji distribusi CO
2
antropogenik di perairan ARLINDO tentunya tidak dapat dilepaskan dengan propertis oseanografi lainnya seperti
temperatur, salinitas dan sirkulasi massa air, karena parameter tersebut juga berperan dalam mengontrol siklus dan sirkulasi CO
2
di kolom perairan. ARLINDO yang merupakan bagian dari perpindahan massa air dua
Samudera, tentunya akan sangat berperan terhadap neraca CO
2
massa air yang di transporkan dari Pasifik menuju Hindia. Perairan ARLINDO yang dikenal sangat
dinamis, diduga akan berkontribusi terhadap kondisi neraca CO
2
massa air ketika mencapai Samudera Hindia.
4.1.1 Sebaran Temperatur
Perairan Samudera Pasifik bagian barat section P10N merupakan perairan laut dalam, sehingga perbedaan temperatur sampai dasar perairan dapat terlihat
dengan jelas Gambar 12. Berdasarkan profil temperatur secara menegak, perairan Pasifik bagian barat dapat dibedakan menjadi tiga lapisan yakni lapisan
homogen dibagian atas lapisan tercampur, lapisan termoklin dan lapisan dingin di bagian dalam. Kolom perairan dikategorikan sebagai lapisan permukaan
tercampur jika
T
0,1
o
C, sedangkan dikategorikan sebagai lapisan termoklin ditentukan dengan melihat
T
≥
o
C Cisewski et al. 2005. Penentuan lapisan dalam didasarkan pada pengamatan visual terhadap profil temperatur dimana pada
lapisan ini temperatur tidak mengalamai penurunan secara tajam seiring dengan bertambahnya kedalaman.
Gambar 12 Profil vertikal temperatur section P10N, Samudera Pasifik bagian barat.
Lapisan tercampur merupakan lapisan yang memiliki temperatur yang hampir seragam dan paling tinggi. Ketebalan lapisan tercampur pada section
P10N berkisar antara 9,9-51 dbar. Lapisan paling tebal terlihat pada stasiun 42-54 dibandingkan dengan stasiun 56-61 yang cenderung mendekati wilayah lintang
tinggi Gambar 13. Perbedaan ketebalan lapisan ini dikarenakan temperatur air cenderung berkurang semakin mendekati wilayah lintang tinggi sehingga gradien
temperatur menjadi semakin kecil dan tidak terjadinya stratifikasi termoklin Chierici et al. 2009. Hal ini ditunjukkan dari profil vertikal stasiun 56-61,
dimana gradien temperatur berkurang secara konstan terhadap kedalaman, dibandingkan dengan stasiun yang semakin dekat dengan wilayah equator. Pada
penelitian ini, lapisan tercampur terlihat lebih tipis dari permukaan yaitu sekitar 50 m, dikarenakan pengukuran dilakukan pada saat musim timur berlangsung.
Ilahude dan Gordon 1996 menggariskan, lapisan homogen pada musim barat terbentuk dari permukaan sampai kedalaman 100 m dengan kisaran temperatur
sekitar 27-28
o
C, sedangkan pada musim timur ketebalan lapisan lebih tipis sekitar