sementara selama periode La Ni
Ñ
a Desember 1996 sampai Februari 1997, rata-rata transpor 12,5 Sv Gordon et al. 1999.
Gambar 5 Jalur ARLINDO dimodifikasi dari Gordon 2005; Gordon et al. 2008 Sprintall et al. 2009. Panah biru mewakili massa air
utara Pasifik yang mengalir pada lapisan termoklin; panah oranye mewakili massa air dari selatan Pasifik masuk melalui Laut
Halmahera di bawah termoklin; panah merah mewakili aliran massa air Pasifik yang melewati ambang sill pada kedalaman
2000 m di lintasan Lifamatola menuju lapisan dalam Laut Banda.
Menurut Gordon dan Fine 1996 Ffield dan Gordon 1992, di perairan
Indonesia bagian timur pada kedalaman di atas 300 meter diisi oleh massa air NPSW dan NPIW. Sementara, massa air Samudera Pasifik bagian selatan
mengisi sebagian lapisan bawah termoklinnya, yaitu SPSLTW. Baik massa air Pasifik Utara dan Pasifik Selatan, kemudian mengalami perubahan karakteristik
selama bersirkulasi melalui ARLINDO, dan digantikan dengan karakteristik massa air yang baru ketika mencapai Samudera Hindia bagian timur Tabel 1.
ARLINDO secara garis besar dipengaruhi oleh dua angin muson yang berbeda Wyrtki 1961: muson barat laut
– NWM Desember – Februari dan muson tenggara
– SEM Juni – Agustus. Periode lain bulan merupakan bulan transisi untuk kedua periode yang berbeda. Penelitian terbaru oleh Susanto et al.
2006 mengindikasikan bahwa periode transisi muson berlangsung singkat. NWM terjadi selama bulan November sampai Maret, sementara SEM terjadi
selama bulan Mei, dan berlanjut sepanjang September, sehingga, bulan April dan Oktober merupakan bulan transisi.
Tabel 1 Karakteristik massa air Samudera Pasifik dan transformasinya di Samudera Hindia Wijffels et al. 2002 dan You 2003
Massa Air Karakteristik
Asal Daerah Pembentukan
Bertransformasi di Hindia dengan Asal dan
Karakteristik yang baru NPSW
S tinggi 34,65, T15
o
C, O
2
3,0 mll, rendah nutrien.
Jalur: via Selat Makassar
Subtropis dangkal di Pasifik Utara
ITW S rendah 34,6 psu, T14
o
C Silikat tinggi 35 µmol.kg
-1
SPSW
S tinggi 34,75, T14
o
C, O
2
2,6 mll, rendah nutrien.
Jalur: via Laut Halmahera
Subtropis dangkal di Pasifik Selatan
ITW S rendah 34,6 psu, T14
o
C Silikat tinggi 35 µmol.kg
-1
NPIW
S minimum 34,4 Jalur: via Makassar dan
Laut Maluku Laut Okhotsk dan
Teluk Alaska ITW
S rendah 34,6 psu, T14
o
C Tinggi silikat 35 µmol.kg
-1
AAIW
S minimum 34,56 Rendah nutrien
Jalur: via Laut Maluku, Laut Seram, Laut
Banda ke Laut Timor. Bagian tenggara
Pasifik Selatan IIW
Silikat maksimum 80 µmol.kg
-1
uCDW
S tinggi 32.62 Rendah nutrien.
T2,6
o
C dan O
2
2,6 mll
Daerah cirkumpolar di Samudera Selatan
Tidak ada
2.3.2 Laut Banda
Kepulauan Indonesia dikarakteristikkan memiliki curah hujan yang tinggi. Banyaknya presipitasi melebihi evaporasi di wilayah bagian barat mengakibatkan
terjadinya percampuran air di dalam kolom air. Fenomena ini ditemukan di permukaan air pada kisaran 0
–200 m, dengan adanya lapisan air tawar S 34.50 Hautala et al. 1996; Atmadipoera et al. 2009. Massa air di Laut Banda juga
mengkontaminasi wilayah sekitarnya, dan sangat dipengaruhi oleh sistem angin
muson. Selama periode NWM, temperatur permukaan laut SST adalah 29
o
C, dan 26,8
o
C selama periode SEM Levitus Boyer 1994. Di sepanjang lintasan arus lintas, lapisan termoklin terlihat menyesuaikan
terhadap perubahan ketebalan salinitas yang rendah dilapisan permukaan, mengikuti regim kedua sistem muson Wijffels et al. 1996. Bray et al. 1996
memperkirakan lapisan termoklin ada pada kedalaman ~110 –120 m pada isoterm
21
o
C di bagian timur pulau Timor. Sementara pengukuran yang dilakukan oleh van Iperen et al. 1993 menyimpulkan bahwa termoklin menyesuaikan dengan
musim, ini jelas terlihat dimana termoklin mengalami pengangkatan selama SEM, dari 70 ke 90 m pada bulan FebruariMaret, dan 30 ke 40 m pada bulan Agustus.
Sementara itu, selama periode SEM Mei –September, arus bergerak menuju Laut
B A ‘upwelling’ kaya akan nutrien dibagian timur Laut Banda Wyrtki 1961.
Wyrtki 1961 menunjukkan bahwa selama NWM November – Maret,
terdapat arus yang cukup kuat menuju timur yang bergerak dari Laut Jawa dan Laut Flores mengalir masuk ke Laut Banda. Namun demikian, kekuatan angin
tidak cukup memungkinkan untuk mendorong air dari Laut Banda menuju Samudera Hindia. Akibatya terjadi akumulasi air dengan salinitas rendah di Laut
Banda yang menekan lapisan termoklin. Demikan juga tekanan gradien dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia menjadi lemah, sehingga sirkulasi massa
air dari Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia berkurang selama periode NWM Wyrtki 1961.
2.3.3 Selat Ombai
Selat ombai terletak antara Pulau Alor dan Pulau Timor. Perairan Selat Ombai memiliki kedalaman maksimum sekitar 3250 m, dengan lebar 30 km.
Pasang surut yang terjadi di Selat ini relatif kuat dan dapat mengubah arus permukaan Molcard et al. 2001.
Profil menegak salinitas di perairan Selat Ombai seperti yang dilaporkan Molcard et al. 2001 menunjukkan bahwa salinitas terendah 34,27
–34,41 psu terdapat pada kedalaman di atas 50 m yaitu di bagian timur selat. Hal ini
disebabkan adanya pasokan air tawar dari sungai-sungai sekitar pulau dan pasokan air tawar permukaan dari Laut Jawa Atmadipoera et al. 2009. Nilai
salinitas maksimum 34,56 psu pada kedalaman 200 m pada pertengahan lapisan termoklin, dan salinitas minimum 34,51 psu berada pada kisaran kedalaman
250 –400 m, yang merupakan sisa massa air NPSW dan NPIW Wyrtki 1961;
Ilahude Gordon 1996; Suteja 2011. Di bawah 1400 m, di sekitar kedalaman pada lintasan yang menuju Samudera Hindia massa airnya masih relatif homogen.
Dari profil temperatur menunjukkan adanya lapisan termoklin yang cukup tajam antara permukaan T = 29
o
C dan kedalaman 300 m T=10
o
C, tanpa lapisan tercampur mixed layer. Pada beberapa kedalaman, temperatur perairan relatif
homogen, seperti pada kedalaman 15 –30 m Gordon Fine 1996. Lapisan
homogen ini menunjukkan kuatnya proses percampuran mixing. Massa air yang masuk ke Selat Ombai, didominasi oleh massa air yang
berasal dari Pasifik Utara dibandingkan dari tenggara Laut Banda. Karakteristik massa air Selat Ombai memiliki kesamaan dengan massa air Laut Sawu dan Basin
Wetar. Massa air dari timur masuk melalui Basin Wetar dan hanya sedikit yang langsung melalui Laut Flores dan barat daya Banda antara Alor dan pulau Wetar.
Selat Ombai memiliki arus dalam lebih kuat dibagian timur. Arus ini terdapat pada kedalaman antara 500 dan 1500 m Wyrti 1961.
2.4 Diagram Temperatur-Salinitas dan Temperatur-Salinitas-C
Ant
Jenis massa air dapat didefinisikan berdasarkan diagram temperatur-salinitas diagram T-S yang terlihat. Beberapa masa air yang memiliki sifat yang berbeda
pada perairan terbuka dapat bercampur menjadi satu tapi ada beberapa bagian tetap mempertahankan karakternya terutama untuk temperatur dan salinitas. Pond
dan Pickard 1983 memperkenalkan diagram T-S untuk menggolongkan tipe-tipe massa air. Dalam suatu area, apabila temperatur dan salinitas di bawah lapisan
permukaan diplotkan satu sama lain, maka umumnya akan membentuk kurva menurun, yang menggambarkan hubungan kedua parameter tersebut. Diagram T-
S dapat digunakan untuk mengetahui asal-usul, sebaran, dan pelapisan massa air serta proses percampuran dari dua massa air yang berbeda.