Diagram T-S-C Distribusi CO

Tabel 2 Karakteristik massa air di Pasifik Barat, Hindia Timur dan di ARLINDO dengan konsentrasi CO 2 antropogenik C Ant STASIUN Permukaan   = 21-22 kg.m -3 NPSW   = 24 kg.m -3 NPIW   = 26,5 kg.m -3 DEPTH m Temp o C SALINITAS psu C Ant µmol.kg -1 DEPTH m Temp o C SALINITAS psu C Ant µmol.kg -1 DEPTH m Temp o C SALINITAS psu C Ant µmol.kg -1 P10N P08S St. Banda St. Ombai 10 – 50 10 – 50 5 – 75 1 – 50 26,58 – 29,21 28,47 – 29,38 27,95 – 28,05 28,00 – 28,15 33,90 – 35,06 33,57 – 34,37 33,98 – 33,96 33,47 – 33,50 32,57 – 49,72 25,64 – 42,23 59,72 – 62,54 41,54 – 71,44 150 – 200 100 - 100 – 200 22,85 – 23,15 20,62 - 17,22 – 22,69 34,93 – 35,15 34,85 - 34,44 – 34,53 61,00 – 55,40 41 - 62,24 – 55,85 300 – 400 250 – 350 300 – 450 200 – 350 7,07 – 10,16 9,91 – 11,24 8,79 – 11,81 9,38 – 11,70 34,11 – 34,54 34,43 – 34,50 34,55 – 34,58 34,51 – 34,54 3,42 – 7,77 2,74 – 7,19 12,42 – 31,00 18,48 – 24,14 STASIUN Permukaan   = 21-22 kg.m -3 ITW   = 26-26,80 kg.m -3 IIW   = 27-27,50 kg.m -3 DEPTH m Temp o C SALINITAS psu C Ant µmol.kg -1 DEPTH m Temp o C SALINITAS psu C Ant µmol.kg -1 DEPTH m Temp o C SALINITAS psu C Ant µmol.kg -1 H_I10 10 – 50 28,32 – 28,52 33,14 – 33,74 37,74 – 53,89 300 – 400 24,46 – 28,48 34,62 – 34,64 8,97 – 16,28 500 - 1200 4,93 – 7,86 34,60 – 34,62 3,21 – 6,84 lat Lombok, sedangkan sebagian besar berbelok ke arah timur menuju Laut Flores kemudian ke Laut Banda dan keluar menuju Samudera Hindia melalui Selat Ombai 4,9 Sv dan Laut Timur 7,5 Sv. Tabel 3 Neraca CO 2 antropogenik di wilayah studi STASIUN Neraca CO 2 Antropogenik 1 Tg = 10 12 g Pasifik sumberARLINDO 13,88 – 33,72 Tg Ctahun Hindia outlet ARLINDO 40,43 – 73,38 Tg Ctahun Selat Ombai 35,16 – 45,95 Tg Ctahun Tabel 3 memperlihatkan, besaran kandungan CO 2 antropogenik yang ditransporkan dari daerah ARLINDO ke Hindia bagian timur pada kedalaman ITW, diperkirakan sebesar 40,43 – 73,38 Tg Ctahun. Nilai ini lebih besar dibandingkan dengan yang masuk dari Pasifik bagian barat sumber ARLINDO yaitu pada kisaran 13,88 – 33,72 Tg Ctahun. Perbedaan nilai ini menunjukkan adanya tambahan konsentrasi dari daerah ARLINDO, dimana hal ini dapat dibuktikan dengan tingginya nilai konsentrasi yang terdeteksi di stasiun Laut Banda maupun di stasiun Selat Ombai. Konsentrasi CO 2 antropogenik di stasiun Laut Banda diduga berasal dari Laut Jawa berdasarkan salinitas rendah yang ditemukan pada stasiun ini, yaitu rata-rata 33,98 psu. Atmadipoera 2009 menyatakan bahwa sisa-sisa massa air Laut Jawa dengan karakteristik salinitas rendah masih mempengaruhi wilayah stasiun Laut Banda pada bulan Juli. Sementara itu masa tinggal air yang cukup lama di Laut Banda sekitar 10-22 tahun Gordon Fine 1996; Koch Larrouy et al. 2007, juga akan mempengaruhi proses biologi dalam menghasilkan karbon anorganik terlarut yang terakumulasi di lapisan dalam. Konsentrasi yang tinggi pada wilayah ini diduga juga berasal dari limpasan run off daratan sekitar sebagaimana daerah studi dikelilingi oleh pulau-pulau besar seperti Pulau Sulawesi dan Irian Jaya dan secara tidak langsung mendapat pengaruh dari Pulau Jawa. Namun demikian, konsentrasi CO 2 antropogenik di Laut Banda diduga akan semakin tinggi pada saat musim barat berlangsung karena membawa massa air yang lebih banyak yang berasal dari barat Laut Banda. Tingginya konsentrasi CO 2 antropogenik di Selat Ombai diduga berasal dari karbon organik dan anorganik dari Laut Jawa sebagaimana ditemukannya massa air Laut Jawa di wilayah ini Suteja 2011. Sementara itu, konsentrasi CO 2 antropogenik dari Samudera Pasifik bagian barat berkontribusi pada lapisan termoklin dan bawah termoklin dengan ditemukannya massa air NPSW dan NPIW di Selat Ombai. Penduduk Indonesia yang cukup besar tentunya akan sangat mempengaruhi besaran konsentrasi karbon organik dan anorganik yang ditransporkan ke dalam perairan ARLINDO melalui sungai. Secara global, sungai berkontribusi mentranspor karbon dari daratan ke perairan sekitar 1,1 Pg Ctahun Sabine et al. 2004. Baum et al. 2007 menunjukkan, bahwa secara keseluruhan sungai di Indonesia mengekspor karbon organik terlarut DOC sekitar 21 Tg Ctahun atau mewakili sekitar 5 transpor DOC melalui sungai secara global. Penelitian terakhir melaporkan bahwa sungai Brantas yang berada pada urutan ke 17 dari 20 sungai yang berasal dari elevasi di atas 3000 m, adalah sebagai pengekspor DOC ke laut yaitu sebesar 0,2 Tg Ctahun atau total sekitar 0,5 Tg Ctahun yang meliputi keseluruhan material karbon DOC, DIC, dan POC – Karbon Organik Partikulat Aldrian et al. 2008. Sementara itu, Koropitan dan Ikeda 2008 menunjukkan, bahwa Laut Jawa berpotensi melepaskan karbon ke atmosfer dalam kisaran 0,001 – 0,003 mol Cm 2 tahun. Nilai ini terbilang kecil 0,1, jika dibandingkan dengan wilayah upwelling ekuator di Samudera Pasifik, sebagai karbon source terbesar. Pada musim peralihan Maret-Mei, Atmadipoera et al. 2009 menunjukkan bahwa massa air Laut Jawa yang dicirikan dengan salinitas rendah, ditemukan di lapisan dalam Selat Ombai. Hal ini dapat mengindikasikan, bahwa konsentrasi CO 2 antropogenik dari Laut Jawa dapat juga ditemukan di lapisan dalam Selat Ombai pada musim peralihan. Namun demikian pada penelitian ini, konsentrasi CO 2 antropogenik yang disinyalir berasal dari Laut Jawa hanya ditemukan di atas lapisan termoklin Selat Ombai.

4.2.4 Neraca CO

2 kontemporer, CO 2 antropogenik C ant dan CO 2 alamiah CO 2 kontemporer merupakan gabungan dari komponen CO 2 alamiah yang telah berada di lautan sebelum era revolusi industri yang diasumsikan hanya mengalami sedikit perubahan, dan komponen CO 2 antropogenik yang lebih dipengaruhi oleh kegiatan antropogenik sejak era revolusi industri Gruber et al. 2009. Baik CO 2 antropogenik dan CO 2 alamiah, keduanya diprediksi akan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya konsentrasi CO 2 di atmosfer dari tahun ke tahun Gruber et al. 2004. Sabine et al. 2004 memperediksi ada sekitar 38.000 Pg CO 2 alamiah yang telah terakumulasi di lautan terhitung sejak periode sebelum revolusi industri sampai tahun 1994 dan dalam kurun waktu hampir 200 tahun sejak era revolusi industri, nilai tersebut telah mengalami penambahan sekitar 110 Pg C, yang diasumsikan bahwa lautan menyerap sekitar 1,9 Pg C per tahunnya. Namun demikian, data terakhir pada tahun 2010 menunjukkan bahwa lautan menyerap CO 2 antropogenik dari atmosfer meningkat menjadi 2,4 Pg Ctahun GCP 2012. Hal ini menggariskan bahwa konsentrasi CO 2 kontemporer juga mengalami peningkatan pada interior lautan secara global. Selain memperkirakan neraca CO 2 antropogenik, penelitian ini juga menghitung neraca CO 2 kontemporer dan CO 2 alamiah di Samudera Pasifik bagian barat sumber ARLINDO, Samudera Hindia bagian timur outlet ARLINDO dan di Selat Ombai. Perhitungan konsentrasi CO 2 kontemporer dan CO 2 alamiah didasarkan pada karakteristik massa air massa air Indonesian Throughflow Water ITW yang ditemukan di Hindia bagian timur outlet ARLINDO pada kedalaman 300-400 m dengan mengacu dari perhitungan CO 2 antropogenik melalui diagram T-S-C Ant . Di samudera Hindia bagian timur, diperkirakan pada kedalaman ITW mengandung konsentrasi CO 2 kontemporer dan CO 2 alamiah masing-masing sebesar 2183,7 –2213,4 µmol.kg -1 dan 2174,73 –2197,12 µmol.kg -1 Tabel 4. Tabel 4 Konsentrasi CO 2 kontemporer, CO 2 antropogenik C Ant dan CO 2 alamiah di Pasifik Barat, Hindia Timur dan di ARLINDO STASIUN Permukaan   = 21-22 kg.m -3 NPSW   = 24 kg.m -3 NPIW   = 26,5 kg.m -3 DEPTH m CO 2 Kontemporer µmol.kg -1 C Ant µmol.kg -1 CO 2 Alamiah µmol.kg -1 DEPTH m CO 2 Kontemporer µmol.kg -1 C Ant µmol.kg -1 CO 2 Alamiah µmol.kg -1 DEPTH m CO 2 Kontemporer µmol.kg -1 C Ant µmol.kg -1 CO 2 Alamiah µmol.kg -1 P10N P08S St. Banda St. Ombai 10 – 50 10 – 50 5 – 75 1 – 50 1884,7 – 1957,9 1870 – 1933,4 1932,3 – 1942,3 1896,7 – 1964,8 32,57 – 49,72 25,64 – 42,23 59,72 – 62,54 41,54 – 71,44 1852,13 – 1908,18 1844,36 – 1891,17 1872,58 – 1879,76 1855,16 – 1893,36 150 – 200 100 - 100 – 200 2027,2 – 2037 2044,9 - 2051,1 – 2126,1 55,40 – 61,00 41 - 55,85 – 62,24 1981,6 – 1966,2 2003,9 - 1995,25 – 2063,86 300 – 400 250 – 350 300 – 450 200 – 350 2216,6 – 2229 2154,9 – 2200,6 2202,5 – 2232,3 2163,1 – 2230,6 3,42 – 7,77 2,74 – 7,19 12,42 – 31,00 18,48 – 24,14 2213,18 – 2221,23 2152,16 – 2193,41 2190,08 – 2201,30 2144,62 – 2206,46 STASIUN Permukaan   = 21-22 kg.m -3 ITW   = 26-26,80 kg.m -3 IIW   = 27-27,50 kg.m -3 DEPTH m CO 2 Kontemporer µmol.kg -1 C Ant µmol.kg -1 CO 2 Alamiah µmol.kg -1 DEPTH m CO 2 Kontemporer µmol.kg -1 C Ant µmol.kg -1 CO 2 Alamiah µmol.kg -1 DEPTH m CO 2 Kontemporer µmol.kg -1 C Ant µmol.kg -1 CO 2 Alamiah µmol.kg -1 H_I10 10 – 50 1996,9 – 1928,4 37,74 – 53,89 1959,16 – 1874,51 300 – 400 2183,7 – 2213,4 8,97 – 16,28 2174,73 – 2197,12 500 - 1200 2232,4 – 2297,5 3,21 – 6,84 2229,19 – 2290,66 Berdasarkan Tabel 4, selanjutnya dilakukan penghitungan besaran CO 2 antropogenik neraca untuk memprediksi besaran konsentrasi yang ditransporkan melalui sirkulasi massa air Samudera Pasifik ke Samudera Hindia pada kedalaman yang sama. Tabel 5 Neraca CO