7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan bergantung
pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah, di lingkungan rumah ataupun di dalam keluarganya sendiri, oleh karena itu,
pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan
manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik.
Menurut Pribadi 2009, belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar memiliki kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang
diperlukan. Belajar juga dapat dipandang sebagai sebuah proses elaborasi dalam rangka pencarian makna yang dilakukan oleh individu. Proses belajar pada
dasarnya dilakukan untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensi personal.
Menurut Anni dkk 2007, konsep tentang pengertian belajar mengandung
tiga unsur utama, yaitu:
1 Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku.
2 Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman.
3 Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen.
Belajar merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat berbagai unsur yang saling berkaitan, sehingga menghasilkan perubahan perilaku Gagne
dalam Anni dkk 2007. Beberapa unsur yang dimaksud, yaitu 1 pembelajar, dapat berupa peserta didik, warga belajar, dan peserta pelatihan, 2 rangsangan
stimulus, 3 memori, dan 4 respon. Keempat unsur tersebut dapat digambarkan menjadi suatu kesatuan yang padu. Aktivitas belajar akan terjadi
pada diri pembelajar apabila terdapat interaksi antara stimulus dengan isi memori, sehingga perilakunya berubah dari waktu sebelum dan setelah adanya stimulus
tersebut. Perubahan perilaku pada diri pembelajar itu menunjukkan bahwa pembelajar telah melakukan aktivitas belajar.
2.1.2. Pembelajaran Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antara siswa
dengan siswa, siswa dengan sumber belajar dan siswa dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi siswa jika dilakukan dalam
lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi siswa. Pembelajaran juga merupakan suatu proses kegiatan belajar mengajar yang di dalamnya itu
mencakup pendidik, peserta didik, fasilitas, perlengkapan dan lain-lain yang
saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran berorientasi pada bagaimana peserta didik berperilaku, memberikan makna bahwa pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses yang
bersifat individual, yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar
dalam bentuk ingatan jangka panjang Anni
dan Rifa’i 2011. Menurut UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar Depdiknas 2003.
Miarso 2008 mengutarakan jenis interaksi yang dapat berlangsung dalam
proses belajar dan pembelajaran, antara lain.
1 Interaksi antara pendidik dan peserta didik.
2 Interaksi antar sesama peserta didik.
3 Interaksi peserta didik dengan narasumber.
4 Interaksi peserta didik bersama pendidik dengan sumber belajar yang
sengaja dikembangkan. 5
Interaksi peserta didik bersama pendidik dengan lingkungan sosial dan alam
2.1.3. Hasil belajar Hasil belajar dipengaruhi beberapa faktor, antara lain kemampuan guru
dalam menyampaikan materi, sumber belajar dan strategi pembelajaran yang
digunakan, serta kondisi siswa saat melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami proses
belajar. Perubahan perilaku yang harus dicapai oleh siswa dalam pembelajaran
dapat dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.
Pentingnya perumusan tujuan di dalam kegiatan pembelajaran adalah
karena adanya beberapa alasan berikut.
1 Memberikan arah kegiatan pembelajaran.
2 Untuk mengetahui kemajuan belajar dan perlu tidaknya pemberian
pembelajaran pembinaan bagi siswa remidial teaching. 3
Sebagai bahan komunikasi. Bloom dalam Anni dkk 2007 mengusulkan tiga taksonomi yang disebut
dengan ranah belajar, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Domain ranah kognitif adalah pengetahuan knowledge, pemahaman
comprehension, penerapan application, analisis analysis, sintesis synthesis, dan penilaian evaluation. Domain ranah afektif meliputi penerimaan receiving,
penanggapan responding, penilaian valuing, pengorganisasian organization, dan pembentukan pola hidup organization by a value complex. Domain ranah
psikomotorik adalah persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian, dan kreativitas.
2.1.4. Sumber belajar Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar
terjadi dalam diri siswa sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya. Siswa seharusnya tidak hanya belajar dari guru saja, tetapi dapat juga belajar dari
berbagai sumber belajar yang ada di lingkungan sekitarnya. Sumber belajar adalah suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan bahan atau situasi yang diciptakan
dengan sengaja dan dibuat agar memungkinkan siswa belajar secara individual. Sumber belajar juga dapat dirumuskan sebagai segala sesuatu yang dapat
memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dalam proses belajar
mengajar Mulyasa 2004.
Darmono 2007 menyatakan bahwa sumber belajar yaitu berbagai sumber baik itu berupa data, orang atau wujud tertentu yang dapat digunakan oleh siswa
dalam belajar baik yang digunakan secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Ada beberapa
kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemilihan sumber belajar, antara lain: 1
Harus dapat tersedia dengan cepat. 2
Harus memungkinkan siswa untuk memacu diri sendiri 3
Harus bersifat individual, dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam belajar mandiri.
Menurut Warsita 2008, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1 Sumber belajar yang dirancang learning resources by design, yaitu
sumber belajar yang secara khusus atau sengaja dirancang atau dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Contoh:
buku pelajaran, modul, program VCD pembelajaran, program audio pembelajaran, transparansi, programmed instruction, CAI Computer
Asisted Instruction dan lain-lain. 2
Sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan learning resources by utilization, yaitu sumber belajar yang secara tidak khusus
dirancang atau dikembangkan untuk keperluan pembelajaran, tetapi dapat dipilih atau dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Contoh: surat
kabar, siaran televisi, pasar, kebun binatang, sawah, waduk, dan lain-lain. Salah satu sumber belajar yang dapat digunakan pada proses pembelajaran
IPA Biologi pada materi Vertebrata adalah dengan membuat sebuah album. Album ini akan menjadi berbeda dari album lain karena album ini merupakan
visualisasi berbagai satwa yang ada di Taman Margasatwa Semarang. Koleksi satwa Taman Margasatwa Semarang memang tidak lengkap, sehingga di dalam
album ini juga akan dilengkapi dengan beberapa spesies untuk mewakili kelas tertentu yang tidak terdapat di sana.
Berikut ini merupakan beberapa kelebihan Album Vertebrata Taman Margasatwa Semarang jika digunakan sebagai sumber belajar, yaitu bersifat
visual, bentuknya sederhana, ekonomis, bahan mudah diperoleh, dapat
menyampaikan rangkuman, mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, tanpa memerlukan peralatan khusus dan mudah penempatannya, sedikit
memerlukan informasi tambahan, dapat membandingkan suatu perubahan, dapat divariasi antara media satu dengan yang lainnya. Namun, Album Vertebrata
Taman Margasatwa Semarang juga memiliki kelemahan, yaitu hanya menekankan persepsi indra penglihatan saja, tidak menampilkan unsur audio dan motion
Santyasa 2007.
2.1.5. Model Group Investigation Group Investigation adalah penemuan yang dilakukan secara
berkelompok. Siswa secara berkelompok mengalami dan melakukan percobaan dengan aktif yang memungkinkannya menemukan prinsip. Model
ini mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki
dengan penerapannya dalam kehidupan Ridwan 2008. Model Group Investigation merupakan suatu perencanaan pengorganisasian kelas secara
umum dimana siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan inkuiri kooperatif, diskusi kelompok, dan perencanaan kooperatif Hobri dan Susanto
2006. Slavin dalam Maesaroh 2005, mengemukakan hal penting untuk melakukan model Group Investigation adalah
1 Membutuhkan kemampuan kelompok
Ketika mengerjakan tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan memberikan kontribusi. Saat penyelidikan, siswa dapat mencari
informasi dari berbagai sumber, baik di dalam maupun di luar kelas, kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk
mengerjakan lembar kerja. 2
Rencana kooperatif Siswa bersama-sama menyelidiki masalah, sumber apa yang dibutuhkan,
pembagian tugas, dan bagaimana mempresentasikan pembahasan di kelas. 3
Peran guru Guru menyediakan sebagai fasilitator. Guru memutar di antara kelompok-
kelompok, memperhatikan dan membantu siswa mengatur pekerjaan dan
membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok. Para guru yang menggunakan model Group Investigation, umumnya membagi kelas
menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5-6 siswa dengan karakteristik yang heterogen Trianto 2007. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas
kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya, siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang
mendalam atas topik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas.
Langkah-langkah penerapan model Group Investigation Mitchell 2008, dapat dikemukakan sebagai berikut.
1 Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai sub topik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya
diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas task oriented groups yang beranggotakan 2-6 orang. Komposisi kelompok heterogen,
baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik. 2
Cooperative learning Siswa dan guru merencanakan prosedur, tugas, dan tujuan belajar tertentu
dengan sub-sub topik yang dipilih dalam langkah pertama. 3
Implementasi Siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah kedua.
Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong siswa untuk menggunakan berbagai sumber,
baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
4 Analisis dan sintesis
Siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah ketiga dan merencanakan agar dapat diringkas dalam suatu
penyajian yang menarik di kelas. 5
Penyajian hasil akhir Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai
topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan
mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinasi oleh guru.
6 Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat
mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya. Model Group Investigation memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan yang diperoleh jika menggunakan model ini dalam pembelajaran
adalah
1 Pembelajaran yang dilakukan membuat siswa dapat saling bekerja sama dan
berinteraksi dalam kelompok tanpa memandang latar belakang. 2
Melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan mengemukakan pendapat.
3 Memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari
tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran. Beberapa kelemahan model Group Investigation, yaitu
1 Siswa yang tidak aktif dalam kelompoknya akan menghambat tujuan pembelajaran.
2 Siswa yang tidak cocok dengan anggota kelompoknya tidak bisa bekerja sama dalam memahami materi maupun dalam menyelesaikan tugas.
3 Terdapat siswa yang kurang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam belajar kelompok.
2.1.6 Materi Vertebrata Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP menyatakan materi
Vertebrata terdapat pada mata pelajaran IPA Terpadu kelas VII semester genap dengan Standar Kompetensi ke-6, yaitu memahami keanekaragaman makhluk
hidup. Kompetensi dasarnya KD, yaitu KD 6.2. Mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki. Materi keanekaragaman makhluk hidup
terdiri dari beberapa topik, salah satunya Vertebrata, yang membahas mengenai ciri-ciri, klasifikasi, dan peranan Vertebrata dalam kehidupan sehari-hari.
Vertebrata, yaitu kelompok hewan yang memiliki ruas tulang belakang. Hewan Vertebrata dibagi menjadi lima kelas, yaitu:
1 Pisces ikan
Hidup di air, pernafasan dengan insang, memiliki sirip untuk menentukan arah gerak di dalam air, memiliki gurat sisi untuk mengetahui tekanan di air. Suhu
badan poikiloterm atau berdarah dingin yaitu suhu tubuh dapat disesuaikan dengan suhu lingkungan. Perkembangbiakan dengan cara bertelur. Contoh: ikan
bertulang rawan Condrichthyes; ikan cucut, ikan pari, ikan hiu. Ikan bertulang sejati Osteichthyes; ikan merah, ikan salem.
2 Amphibia amfibi
Hidup di dua tempat, bernafas dengan insang dan paru-paru, suhu badan poikiloterm, berkembang biak dengan bertelur dan pembuahan di luar tubuh
eksternal. Contoh: katak pohon, salamander. 3
Reptilia reptil Berkulit keras, kering dan bersisik. Pada ular sisiknya sering mengelupas.
Suhu badan poikiloterm, berkembang biak dengan bertelur, pembuahan di dalam tubuh betina. Contoh: kadal, buaya, ular.
4 Aves burung
Tubuh berbulu untuk terbang dan melindungi tubuh, tulang berongga supaya ringan, suhu badan homoioterm atau berdarah panas yaitu suhu tubuh
tetap. Berkembang biak dengan bertelur dan pembuahan di dalam tubuh internal. Contoh: burung kasuari, burung kutilang, burung walet dan sebagainya.
5 Mammalia hewan menyusui
Memiliki kelenjar susu, berkembang biak dengan melahirkan anak, ada yang bertelur, berambut, suhu badan homoioterm dan bernafas dengan paru-paru.
Contoh: a
Carnivora pemakan daging, misalnya: harimau dan singa. b
Primata sebangsa kera, misalnya: monyet, beruk, lutung dan orang utan. c
Insectivora pemakan serangga, misalnya: trenggiling. d
Rodentia hewan pengerat, misalnya: marmut, bajing dan tikus. e
Chiroptera sebangsa kelelawar, misalnya: kalong dan kampret. f
Proboscidea hewan berbelalai, misalnya: gajah.
g Cetacea sebangsa paus, misalnya: lumba-lumba dan paus.
h Marsupialia hewan berkantong, misalnya: kanguru
Selama ini, kegiatan belajar mengajar materi Vertebrata yang dilakukan oleh guru di SMP Annindlomiyah, yaitu dengan menggunakan pendekatan
ekspositori. Guru berperan sebagai sumber belajar, sehingga pembelajaran berpusat pada guru teacher centered learning. Guru memberikan semua
informasi yang dimiliki melalui metode ceramah kepada siswa. Materi Vertebrata juga pernah tidak disampaikan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas
dengan alasan keterbatasan waktu yang dimiliki antara materi IPA dengan jumlah jam pelajaran efektif bagi siswa. Saat materi ini disampaikan pada tahun pelajaran
20112012, hasil belajar siswa masih rendah, sehingga materi ini harus disampaikan kepada siswa.
2.2. Kerangka Berfikir Penelitian