Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VII Smp Islamiyah Ciputat : penelitian tindakan kelas di SMP Islamiyah Ciputat

(1)

(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Islamiyah Ciputat)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Prabu Eko Prasetyo

NIM. 108015000110

JURUSAN PENDIDIKAN IPS

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK

Prabu Eko Prasetyo NIM 108015000110. Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Penerapan Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (Investigasi Kelompok) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa IPS Kelas VII SMP Islamiyah Ciputat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif dengan tipe Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa di SMP Islamiyah Ciputat. Metode penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus dan setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Siklus berhenti ketika indikator keberhasilan mencapai 100%. Instrumen pengumpul data yang digunakan yaitu: Lembar tes hasil belajar, Lembar observasi guru, Wawancara dengan guru dan siswa, dan Catatan lapangan.

Dari hasil observasi pada saat proses pembelajaran, siswa memberikan respon yang positif terhadap metode pembelajaran kooperatif dengan tipe Group Investigation yang diterapkan. Dengan penerapan metode ini siswa dapat saling membantu dalam memahami materi. Siswa juga merasa senang karena dengan metode ini dapat memudahkan siswa dalam menyerap materi yang diajarkan. Metode pembelajaran ini juga dapat menumbuhkan solidaritas dan tanggung jawab siswa. Setelah belajar dengan Group Investigation siswa menjadi lebih aktif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar pada setiap siklus. Ditunjukkan dengan nilai rata-rata N-Gain pada siklus I sebesar 0,59 dan terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 0,61. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif dengan tipe Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di SMP Islamiyah Ciputat.


(6)

ii

ABSTRACT

Prabu Eko Prasetyo NIM 108015000110. Social Science Education

Department Faculty of Tarbiyah and Teacher’s Training. The Application of

Cooperative Learning with Group Investigation (GI) Type to Improve The Learning Outcome Social Studies at SMP Islamiyah Ciputat. (Classroom Action Research in SMP Islamiyah Ciputat).

This study aims to determinate the role of Cooperative Learning Methods with Group Investigation type that can improve the student learning outcome in social studies at SMP Islamiyah Ciputat. This study method using the method of Classroom Action Research (CAR) which consist of two cycles and each cycle includes planning, execution, observation, and reflection. The cyclestops when the indicator of success has achived 100%. The instruments of data collection used are: The test sheet of learning outcomees, the teacher observation sheet, interview with teacher and students, and the daily study report.

From the result of observation during the learning process, student respond positevely to the methods of cooperative learning with Group Investigation type are applied to the student it can make they help and teach to their friends each otherin understanding the material. The student also feels happy because with this methods, it can facilitate students in absorbing the material that being tought. This learning method can also foster solidarity and responsibility of students. The result of this study shows that there is an increased of learning outcomes in each cycle. Indicated by the average value of N-Gain on first cycle is 0,59 and being increase on second cycle become 0,61. The result of this study can be concluded that with the implementaion of cooperative learning method with Group Investigation type can improve student learning outcomes in social studies at SMP Islamiyah Ciputat.


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji dan syukur atas kehadirat ALLAH SWT, Tuhan Semesta Alam yang Tiada Tuhan Selain-Nya yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah serta karunia-Nya kepada penulis selama menjalani proses pembuatan skripsi ini. Dan tak lupa Shalawat dan salam kita curahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW beserta seluruh keluarganya, para sahabatnya dan kepada seluruh umatnya yang insya allah akan mendapatkan syafaat beliau di akhirat nanti. Amien..

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dra.Nurlena Rifa’i MA, Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 2. Dr. Iwan Purwanto M. Pd Kepala Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang juga menjadi dosen pembimbing yang dengan tulus ikhlas telah dan sabar memberikan bimbingan dan bantuannya.

3. Bapak dan ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan sumbangan wawasan keilmuan dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Sarmuji, S.Pd selaku Kepala SMP Islamiyah Ciputat dan Bapak Achmad Djuanda selaku Guru Pembimbing serta segenap pengajar dan karyawan SMP Islamiyah Ciputat penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan sehingga penulis dapat melakukan penelitian di sekolah.

5. Kedua Orangtua Tercinta, Yaitu ayahanda Sayyidun dan ibunda Kaswati yang senantiasa memberikan doa, motivasi, dukungan, kasih sayang dan perhatian yang tulus, serta dengan sabar membimbing ananda. Terima kasih atas semua


(8)

iv

yang telah diberikan dalam hidupku. Semoga ananda menjadi orang yang bahagia dan sukses serta dapat membahagiakan kalian.

6. Teman-teman Seperjuangan, Rani Adha Bakti, Deni Sopian, Khairul Anwar, Nurliza Novianti, Rino Anggara, Wina Arnita, Yulinah Diatul, Fitri Wijayanti serta teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu yang telah memberikan motivasi, dukungan dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. My Sweet Heart yang telah mendampingi hidupku selama lebih dari 5 tahun yang senantiasa memberikan dukungan, semangat dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulisan dan penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan, tentunya segala kebaikan tersebut tidak dapat penulis balas dengan balasan yang melebihi balasan Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi lembaga pendidikan, teman-teman mahasiswa serta penulis khususnya.

Jazakumullah Khairan Katsiro ….

Jakarta, Oktober 2013 Penulis


(9)

v DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …... 1

B. Identifikasi Masalah ………... 5

C. Pembatasan Fokus Penelitian………... 5

D. Perumusan Masalah ……….. ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR

DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Deskripsi Teoritis 1. Teori Belajar a. Hakikat Belajar ... 8

b. Prinsip-Prinsip Belajar ... 10

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar ... 15


(10)

vi

2. Metode Pembelajaran Kooperatif

a. Metode Pembelajaran ………. 19

b. Hakikat Pembelajaran Kooperatif ... 20

b. Manfaat Pembelajaran Kooperatif ... 23

c. Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation ... 23

d. Kelebihan dan Kekurangan Tipe Group Investigation .. 37

3. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial a. Pengertian IPS ... 38

b. Tujuan Pendidikan IPS ... 49

c. Pengembangan IPS Terpadu di SMP ... 50

B. Penelitian yang Relevan ... 54

C. Kerangka Berpikir ... 55

D. Hipotesis Tindakan ... 55

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 56

B. Metode dan Desain Penelitian ... 56

C. Subjek/Partisipasi Yang Terlibat Dalam Penelitian ... 59

D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ... 59

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 59

F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan ... 63

G. Data dan Sumber Data ... 63

H. Instrumen Penelitian ... 63

I. Teknik Pengumpulan Data ... 65

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi ... 65

K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ... 69

L. Tindak Lanjut/Pengembangan Perencanaan ... 69

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data


(11)

vii

1. Sejarah Berdirinya SMP Islamiyah Ciputat ... 71

2. Visi dan Misi Sekolah ... 72

3. Sarana dan Fasilitas Sekolah ... 72

4. Jenis Ekstrakurikuler ... 73

5. Struktur Organisasi Sekolah ... 74

B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan Atau Hasil Intervensi Tindakan Siklus 1 ... 75

C. Instrumen Data ... 78

D. Analisis Data ... 79

E. Interpretasi Hasil Analisis ... 88

F. Pembahasan Temuan Penelitian ... 98

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 102

B. Saran ... 103


(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tahap 1 Group Investigation

Tabel 2.2 Tahap 2 Group Investigation

Tabel 2.3 Tahap 3 Group Investigation

Tabel 2.4 Tahap 4 Group Investigation

Tabel 2.5 Tahap 5 Group Investigation

Tabel 2.6 Tahap 6 Group Investigation

Tabel 4.1 Sarana dan Fasilitas SMP Islamiyah Ciputat

Tabel 4.2 Jenis Ekstrakurikuler

Tabel 4.3 Struktur Organisasi Sekolah

Tabel 4.4 Hasil Belajar Siklus 1

Tabel 4.5 Hasil Belajar Siklus 2

Tabel 4.6 Hasil Wawancara Dengan Siswa Setelah Tindakan

Tabel 4.7 PBM Siklus 1

Tabel 4.8 Aktivitas Guru

Tabel 4.9 Kegiatan Pembelajaran

Tabel 4.10 PBM Siklus 2

Tabel 4.11 Aktivitas Guru


(13)

ix

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1

N-Gain Siklus 1

Grafik 4.2

N-Gain Siklus 2


(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus 1 Lampiran 2 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus 1 Lampiran 3 Instrumen Tes Hasil belajar Siklus 1

Lampiran 4 Hasil Belajar Siswa Siklus 1

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus 2 Lampiran 6 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus 2 Lampiran 7 Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus 2

Lampiran 8 Hasil Belajar Siswa Siklus 2

Lampiran 9 Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus 1 Lampiran 10 Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus 2 Lampiran 11 Observasi Pra Penelitian

Lampiran 12 Wawancara Siswa Sebelum Pembelajaran Group Investigation Lampiran 13 Wawancara dengan Guru IPS sebelum Pembelajaran Group Investigation

Lampiran 14 Wawancara Siswa Setelah Pembelajaran Group Investigation Lampiran 15 Wawancara dengan Guru IPS setelah Pembelajaran Group Investigation

Lampiran 16 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1 Lampiran 17 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus 2 Lampiran 18 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus 1 Lampiran 19 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus 2 Lampiran 20 Catatan Lapangan Siklus 1

Lampiran 21 Catatan Lapangan Siklus 2 Lampiran 22 Daftar Nama Kelompok

Lampiran 23 Tugas Diskusi Kelompok Siklus 1 Lampiran 24 Tugas Diskusi Kelompok Siklus 2 Lampiran 25 Materi Pelajaran


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sesuai dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, salah satu tujuan yang hendak dicapai dari pembangunan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, hal ini mengandung pengertian yang luas bahwa bangsa yang cerdas dan berkompetensi, yang ditandai dengan adanya kemampuan berfikir, kepribadian yang bagus dan memiliki ketrampilan menjadi tujuan dari pembangunan tersebut. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa kemudian ditegaskan melalui berbagai kebijakan.

Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk membangun manusia agar memiliki kecerdasan dan akhlak mulia. Tidak hanya itu, pendidikan juga dapat mempermudah kita dalam bersosialisasi dengan orang lain serta memperoleh keterampilan yang berguna bagi diri sendiri maupun masyarakat sekitar. Oleh karena itu dunia pendidikan dituntut mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan berprestasi.

Berbicara tentang proses pendidikan sudah tentu tak dapat dipisahkan dengan semua upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, sedangkan manusia yang berkualitas itu, dilihat dari segi pendidikan, telah terkandung secara jelas dalam tujuan pendidikan. Salah satu tujuan pendidikan adalah menjadikan manusia yang berilmu, beriman, dan bertaqwa.

Sejalan dengan itu perbaikan dan penyesuaian kurikulum nasional terus dikembangkan sesuai dengan perkembangan jaman. Terlebih lagi sistem


(16)

pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan1.

Dinamika pendidikan dewasa ini ditandai dengan suatu pembaharuan dan transformasi pemikiran tentang hakekat pembelajaran sebagai suatu proses yang aktif, interaktif dan konstruktif. Titik sentral setiap peristiwa pembelajaran terletak pada keberhasilan siswa dalam mengorganisasikan pengalamannya, mengembangkan berfikir dan mengimplementasikan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam konteks pendidikan ilmu pengetahuan sosial (IPS), seharusnya proses pembelajaran menghasilkan siswa yang mampu berfikir kritis, analitis, dan kreatif. Indikator keberhasilan IPS ditandai dengan bertambahnya pengetahuan, ketrampilan dan perubahan perilaku siswa. Sehingga kelak kemudian hari siswa mampu mengatasi masalahnya sendiri dan dapat menjalin hubungan sinergis antara manusia dengan lingkungan alam dan sosial.

Menghadapi keseriusan pemerintah, tentu kita patut berbesar hati. Mengingat dewasa ini masih banyak masalah-masalah sosial yang perlu segera diatasi. Jumlah pengangguran makin bertambah eksplorasi alam yang berlebihan, kerusakan dan permusuhan antar kelompok, ini menunjukkan belum berhasilnya pendidikan IPS di sekolah karena rendahnya kualitas pembelajaran IPS dan belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat.

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan merupakan suatu mata pelajaran yang mengkaji kehidupan sosial yang bahannya didasarkan pada kajian sejarah, geografi, antropologi, dan tata negara. IPS merupakan pelajaran yang sangat penting dipelajari oleh seorang peserta didik karena IPS membahas hubungan seseorang dengan orang lain, dan membahas seseorang dengan sekitarnya.

1


(17)

Dengan pelajaran IPS seseorang dapat memahami kehidupannya dan apa yang harus dilakukan dalam hidupnya.

Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, siswa seringkali dijadikan sebagai objek pendidikan sehingga guru selalu mendominasi proses belajar mengajar. Dalam pelaksanaan pembelajaran seperti ini, siswa menjadi pasif di kelas yaitu hanya datang, duduk, mendengar, dan melihat tanpa mengerti dengan materi yang telah diajarkan oleh guru. Padahal prestasi belajar siswa dapat mencapai suatu hasil yang baik jika siswa tersebut memiliki tingkat penguasaan pemahaman yang baik mengenai konsep dari pokok-pokok bahasan yang diberikan.

Pada dasarnya setiap siswa berbeda yang satu dengan yang lainnya, baik dalam hal kemampuan maupun belajarnya. Itu berarti setiap siswa mempunyai ciri–ciri yang khusus. Kondisi seperti ini melatarbelakangi adanya perbedaan kebutuhan pada setiap anak. Dalam pembelajaran klasikal perbedaan individu jarang mendapat perhatian, semua siswa dalam satu kelas dianggap mempunyai kemampuan dan kecepatan yang sama karena itu diperlakukan cara yang sama yang mengakibatkan pembelajaran IPS di kelas masih monoton.

Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan hidupnya secara optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. “Dalam kaitan ini, guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual, karena antara satu peserta didik dengan yang lain memiliki perbedaan yang mendasar”.2

Banyak guru yang masih menggunakan metode bersifat konvensional yang mengakibatkan belum ada kolaborasi antara guru dan siswa yang bisa tercipta proses pembelajaran yang bagus. Metode pembelajaran yang selama ini digunakan guru adalah metode ceramah, yang jarang melibatkan siswa secara langsung di kelas. Dalam hal ini fungsi dan peranan guru menjadi

2


(18)

sangat dominan, sedangkan di lain pihak siswa hanya menyimak dan mendengarkan informasi serta pengetahuan yang diberikan oleh guru.

Hasil observasi yang ditemui peneliti di dalam kelas adalah kelas terlihat pasif karena siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran, motivasi siswa untuk belajar rendah, kurangnya variasi model pembelajaran dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dan menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Ini terlihat ketika peneliti melihat hasil belajar siswa banyak yang dibawah KKM 65 (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu dengan nilai rata-rata 45,33 dari tes hasil belajar siklus 1 (satu)3.

Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan ini, perlu diterapkan suatu metode agar siswa dapat mudah mencari dan memahami bagian penting dari suatu teks bacaan dan meningkatkan kemampuan siswa memahami konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam ingatan mereka, maka guru harus menerapkan suatu metode yang dapat mengembangkan pengetahuan awal siswa, mengembangkan ingatan siswa dan proses berfikir siswa dalam memecahkan masalah. Metode pembelajaran yang dipilih juga harus tepat, efektif, dan metode yang dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat terlibat secara fisik dan mental semaksimal mungkin dengan kata lain pelajaran IPS hendaknya disampaikan dengan berbagai variasi yang memungkinkan siswa belajar secara aktif. Sehingga menyebabkan hasil belajar siswa menjadi tinggi atau di atas KKM yang telah ditentukan sekolah.

Dalam usaha meningkatkan prestasi belajar dan kualitas pendidikan, perbedaan individu perlu mendapat perhatian yang lebih serius. Titik sentralnya tindakan guru pada proses pembelajaran. Salah satu tindakan guru dalam pembelajaran yang berorientasi pada sikap menghargai perbedaan individu adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi alternatif untuk mencapai tujuan IPS yaitu berupa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, inkuiri, memecahkan masalah, keterampilan sosial, meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetensi dalam mesyarakat yang majemuk.

3


(19)

Melihat kondisi di dalam kelas yang ada di lingkungan SMP Islamiyah Ciputat, dalam hal sarana belajar mengajar sudah masuk katagori memadai, tetapi meskipun hasil belajarnya cukup maksimal tetapi keadaan siswa kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran IPS. Selama melakukan pengamatan dan penelitian dalam pelajaran IPS di sekolah tersebut, tampak bahwa para siswa memang kurang antusias dalam belajar IPS, akibatnya mereka kurang mampu untuk memecahkan soal-soal materi IPS.

Dalam metode kooperatif group Investigation, kehadiran dan partisipasi tiap anggota harus di berdayakan atau dimanfaatkan, di mana pada setiap siswa ada tanggung jawab, ada pembagian tugas, harus ada interaksi dan komunikasi antar siswa, ada hubungan yang saling menguntungkan di antara anggota kelompok. Selain itu, ketika siswa belajar bersama dalam kelompok kecil, mereka saling membantu dan pada saat yang sama, mengembangkan arah dan tanggung jawab pribadi atas pembelajaran mereka.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa perlu melakukan penelitian dengan judul skripsi “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa

Kelas VII SMP Islamiyah Ciputat.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah yang diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran IPS di kelas masih berjalan monoton. 2. Belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat. 3. Belum ada kerjasama yang baik antara guru dan siswa. 4. Metode yang digunakan bersifat konvensional.

5. Rendahnya kualitas pembelajaran IPS. 6. Banyak siswa yang hasil belajar IPS rendah.


(20)

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Berdasarkan penjelasan identifikasi di atas, maka penelitian skripsi ini dibatasi pada “Group Investigation” untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, dirumuskan masalahnya sebagai berikut:

“Apakah Penerapan Pembelajaraan Kooperatif tipe Group Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa IPS kelas VII SMP Islamiyah Ciputat tahun 2012-2013?.”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan umum perbaikan pembelajaran yang ingin dicapai adalah dengan Penerapan Pembelajaraan Kooperatif tipe Group Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa IPS kelas VII SMP Islamiyah Ciputat Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan dan pembelajaran pendidikan IPS baik secara teoritis maupun praktis.

1) Secara Teoritis

Apabila terbukti bahwa Cooperative Learning tipe Investigasi Kelompok dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS maka :

a) Hasil penelitian ini dapat memberikan kejelasan teoritis dan pemahaman yang mendalam tentang model pendekatan ini. Sehingga dapat memperkaya khasanah ilmu khususnya disiplin ilmu pendidikan.


(21)

2) Secara Praktis

Apabila terbukti bahwa Cooperative Learning tipe Investigasi Kelompok mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : a) Guru

Yakni membantu mengatasi permasalahan dan pembelajaran IPS. Memberikan wawasan, keterampilan, dan pemahaman metodologis pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. b) Siswa

Siswa dapat memperoleh pengalaman belajar pendidikan IPS yang lebih bermakna. Berangkat dari sini diharapkan prestasi belajar IPS siswa akan meningkat. Di samping itu dengan menerapkan metode pembelajaran Cooperative Learning diharapkan dapat memberikan keputusan bagi siswa memperoleh nilai – nilai kehidupan yang sangat bermanfaat bagi dirinya.

c) Sekolah

Sebagai masukan dalam meningkatkan intensitas, efektivitas dan supervisi kepada guru kedalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPS, hasil belajar IPS dan kualitas sekolah yang dikelola.


(22)

8

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR

DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A.

Deskripsi Teoritis

1. Teori Belajar

a. Hakikat Belajar

Dalam perspektif psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hamalik (1992) menyatakan “Belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lebih lengkap1.

Reber (1989) membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan (the process of acquiring knowledge). Kedua, Belajar adalah suatu perubahan kekampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat (A relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced practice)2.

Belajar juga dapat didefinisikan, “suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup

1 Syarifan Nurjan, dkk., Psikologi Belajar, Amanah Pustaka, Surabaya, 2009 hal. 2-11 2


(23)

perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya3.

“Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strenghthening of behavior through experiencing)”4. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.

Belajar pada dasarnya adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek pengetahuan, maupun sikap. Dengan belajar seseorang akan semakin dewasa, belajar membuat seseorang mengetahui apa yang harus dilakukan sehingga dia akan mengalami perubahan sikapnya.

William Burton, mengemukakan bahwa: A good learning situation consist of a rich and varied series of learning experiences unified around a vigorous purpose and carried on interaction with a rich, varied and propoactive environment. Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Situasi belajar harus bertujuan dan tujuan itu diterima baik oleh masyarakat.

b. Tujuan dan maksud belajar timbul dari kehidupan anak sendiri.

c. Di dalam mencapai tujuan itu, murid senantiasa akan menemui kesulitan, rintangan, dan situasi yang tidak menyenangkan.

d. Hasil belajar yang utama ialah pola tingkah laku yang bulat. e. Proses belajar terutama mengerjakan hal-hal yang sebenarnya.

f. Kegiatan dan hasil belajar dipersatukan dan dihubungkan dengan tujuan dalam situasi belajar.

g. Murid memberikan reaksi secara keseluruhan.

3 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 49 4


(24)

h. Murid mereaksi sesuatu aspek dari lingkungan yang bermakna baginya. i. Murid diarahkan dan dibantu oleh orang-orang yang berada dalam lingkungan itu.

j. Murid dibawa/diarahkan ke tujuan lain, baik yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan tujuan utama dalam situasi belajar5.

Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar di pandang sebagai proses validasi (pengabsahan) terhadap penguasaan siswa/siswi atas materi-materi yang telah dipelajari. Bukti institusional yang menunjukan siswa telah belajar dapat diketahui sesuai proses mengajar. Ukurannya, semakin baik mutu guru mengajar akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor.Sementara secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa/siswi6.

Proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pembelajaran yang dilakukan berpusat pada siswa, sehingga siswa ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran, dapat mengembangkan cara-cara belajar mandiri, berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses belajar itu sendiri, maka disini pengalaman siswa lebih diutamakan dalam memutuskan titik tolak kegiatan7.

b. Prinsip-Prinsip Belajar

Prinsip-prinsip belajar ada 5 aspek yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kemampuan peserta didik yaitu:

1. Kematangan Jasmani dan Rohani

Salah satu prinsip utama belajar adalah harus mencapai kematangan jasmani dan rohani sesuai dengan tingkatan yang dipelajarinya.

5

Ibid., hal. 28-29

6 Syarifan Nurjan, dkk., Psikologi Belajar, Amanah Pustaka, Surabaya, 2009 hal. 2-11 7


(25)

Kematangan jasmani yaitu telah sampai pada batas minimal umur serta kondisi fisiknya telah cukup kuat untuk melakukan kegiatan belajar. Kematangan rohani artinya telah memiliki kemampuan secara psikologis untuk melakukan kegiatan belajar, misalnya kemampuan berpikir, ingatan, fantasi, dan sebagainya.

2. Memiliki Kesiapan

Setiap orang hendaknya melakukan kegiatan belajar harus memiliki kesiapan yakni dengan kemampuan yang cukup baik fisik, mental maupun perlengkapan belajar. Kesiapan fisik berarti memiliki tenaga cukup dan kesehatan yang baik, sementara kesiapan mental, memiliki minat dan motivasi cukup untuk melakukan kegiatan belajar. Belajar tanpa kesiapan fisik, mental dan perlengkapan akan banyak mengalami kesulitan, akibatnya tidak memperoleh hasil belajar yang baik.

3. Memahami Tujuan

Setiap orang yang belajar harus memahami apa tujuannya, ke mana arah tujuan itu dan apa manfaat bagi dirinya. prinsip ini sangat penting dimiliki oleh orang belajar agar proses yang dilakukannya dapat dengan cepat selesai dan berhasil. Belajar tanpa memahami tujuan dapat menimbulkan kebingungan pada orangnya, hilangnya kegairahan, tidak sistematis, atau asal ada saja.

4. Memiliki Kesungguhan

Orang yang belajar harus memiliki kesungguhan untuk melaksanakannya. Belajar tanpa kesungguhan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Selain itu akan banyak waktu dan tenaga terbuang percuma. Prinsip kesungguhan sangat penting. Biarpun seseorang itu sudah memiliki kematangan, kesiapan serta mempunyai tujuan yang kongkret dalam melakukan kegiatan belajarnya, tetapi


(26)

kalau saja tidak bersungguh-sungguh, belajar asal ada saja, bermalas-malas, akibatnya tidak memperoleh hasil yang memuaskan8.

5. Ulangan dan Latihan

Prinsip yang tak kalah pentingnya adalah ulangan dan latihan. Sesuatu yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak, sehingga dikuasai sepenuhnya dan sukar dilupakan. Sebaliknya belajar tanpa diulang hasilnya akan kurang memuaskan.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu faktor internal dan eksternal. Di bawah ini dikemukakan faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar.

1. Faktor Internal (Yang berasal dari dalam diri) a. Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat, sakit kepala, demam, pilek, batuk dan sebagainya, dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar. Demikian pula jika kesehatan rohani (jiwa) kurang baik, misalnya mengalami gangguan pikiran, perasaan kecewa karena konflik dengan pacar,orangtua atau karena sebab lainnya ini dapat menganggu atau mengurangi semangat belajar. Karena itu pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap orang agar badan tetap kuat,pikiran selalu segar dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar.

b. Inteligensi dan Bakat

Seseorang yang memiliki inteligensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya cenderung baik. Sebaliknya, bila orang inteligensinya rendah cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir sehingga prestasi belajarnya pun rendah.

8


(27)

Bakat, juga besar pengaruhnya dalam menentukan keberhasilan belajar. Bila seseorang memiliki inteligensi tinggi dan bakatnya sudah ada dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajarnya akan lancer dan sukses dibandingkan dengan yang memiliki bakat saja tetapi inteligensinya rendah.

c. Minat dan Motivasi

Minat dapat timbul karena daya tarik luar dan juga datang dari hati. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk mencapai/memperoleh benda/tujuan yang diminati itu.Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau untuk memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.

Motivasi berbeda dengan minat. “Motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan”9

. Motivasi yang berasal dari dalam diri (intrinsik) yaitu dorongan yang datang dari hati, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu. Motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik) yaitu dorongan yang datang dari luar diri (lingkungan), misalnya dari orang tua, guru, teman-teman dan anggota masyarakat. Seseorang yang belajar dengan motivasi kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah atau semangat. Belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran. Kuat lemahnya motivasi belejar seseorang turut mempengaruhi keberhasilannya. Karena itu motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara senantiasa

9


(28)

memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapay cita-cita. Senantiasa memasang tekad bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan belajar.

d. Cara Belajar

Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan factor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Teknik-teknik belajar perlu diperhatikan, bagaimana caranya membaca, mencatat, menggarisbawahi, membuat ringkasan dan sebagainya. Perlu juga diperhatikan waktu belajar, tenpat, fasilitas, penggunaan media pengajaran dan penyesuaian bahan pelajaran.

2. Faktor Eksternal (Yang berasal dari luar diri)10 e. Keluarga

Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orangtua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya kedua orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orangtua dengan anak-anak, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semuanya itu turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak. Di samping itu, faktor keadaan rumah juga turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Besar kecilnya rumah, ada atau tidaknya peralatan/media belajar seperti papan tulis, gambar, peta, ada atau tidak kamar atau meja belajar, dan sebagainya juga turut menentukan keberhasilan belajar seseorang.

f. Sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas

10


(29)

di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebagainya semua ini turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak. Bila suatu sekolah kurang memperhatikan tata tertib (disiplin), maka murid-muridnya kurang mematuhi perintah para guru dan akibatnya mereka tidak mau belajar sungguh-sungguh di sekolah maupun di rumah. Hal ini mengakibatkan prestasi belajar anak menjadi rendah.

g. Masyarakat

Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila disekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar. Sebaliknya, bila tinggal di lingkungan yang banyak anak-anak nakal, tidak bersekolah dan pengangguran, hal ini akan mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan tidak menunjang sehingga motivasi belajar kurang.

h. Lingkungan Sekitar

Keadaan lingkungan tempat tinggal juga sangat penting dalam mempengaruhi prestasi belajar. Misalnya, bila bangunan penduduk sangat rapat, akan mengganggu belajar. Keadaan lalu lintas yang membisingkan, suara hiruk pikuk orang disekitar, suara pabrik, polusi udara, iklim yang terlalu panas, semuanya ini akan mempengaruhi kegairahan belajar. Sebaliknya, tempat yang sepi dengan iklim yang sejuk, ini akan menunjang proses belajar11.

d. Pengertian Hasil Belajar

Keberhasilan dari suatu kegiatan belajar dapat dilihat dari hasil belajar setelah mengikuti usaha belajar, hasil belajar merupakan dasar yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa menguasai

11


(30)

suatu materi pelajaran. Manusia melakukan kegiatan belajar dengan bermacam cara, sesuai dengan keadaan. Bila seseorang telah melakukan kegiatan belajar, maka dalam dirinya akan terjadi perubahan-perubahan yang merupakan pernyataan perbuatan belajar. Perubahan tersebut disebut hasil belajar.

Setiap proses belajar mengajar keberhasilan diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar berasal dari dua kata yaitu hasil dan belajar, istilah hasil dapat diartikan sebagai sebuah prestasi dari apa yang telah dilakukan.

Kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol disebut dengan kegiatan pembelajaran yang telah ditetapkan terlebih dahulu oleh guru, Jadi anak yang berhasil dalam belajar akan mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.

Indramunawar mengemukakan bahwa “Hasil belajar dalam kamus umum bahasa Indonesia adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya”12

.

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak dari suatu interaksi dalam proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan hasil akhir pengambilan keputusan mengenai tinggi rendahnya nilai yang diperoleh siswa selama meng-ikuti proses pembelajaran. Hasil belajar dikatakan tinggi apabila tingkat kemampuan siswa bertambah dari hasil sebelumnya”13.

Seorang guru akan kecewa bila hasil belajar yang dicapai oleh peserta didiknya tidak sesuai dengan target kurikulum. Hasil belajar bermakna pada keberhasilan seseorang dalam belajar atau aktivitas lainnya. Hasil itu merupakan perwujudan dari bakat dan profesionalisme, hasil yang menonjol pada salah satu bidang mencerminkan bakat yang unggul dalam bidang tersebut.

12

Indramunawar, hasil belajar pengertian dan definisi, artikel di akses pada Senin 29 April 2013 dari: http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.

13 Akhmadsudrajat, penilaian hasil belajar, artikel di akses pada Senin 29 April 2013 dari:


(31)

Keberhasilan seorang Guru dari proses belajar mengajar adalah ketika siswanya mengerti dan memahami atas apa yang telah disampaikannya. Hal itu menunjukkan bahwa siswa mengalami peningkatan dalam belajar. Oleh karena itu, kegiatan belajar akan lebih terarah dan sistematis jika disertai dengan proses pembelajaran. Belajar dengan proses pembelajaran akan lebih efektif, karena ada guru, bahan ajar, metode, serta ada lingkungan yang kondusif yang sengaja diciptakan, selain itu keberhasilan seorang guru dari proses belajar mengajar adalah ketika siswanya mengerti dan memahami atas apa yang disampaikannya. Hal itu menunjukkan bahwa siswa mengalami peningkatan dalam hasil belajar.

Seseorang yang telah mengalami proses belajar akan nampak pada perubahan tingkah lakunya. Perubahan ini meliputi tingkah laku secara keseluruhan yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Di sekolah biasanya hasil belajar siswa dinyatakan dengan angka, hasil belajar terhadap pengetahuan, kemampuan, kebiasaan, keterampilan dan sikap siswa selama mengikuti proses belajar dalam jangka waktu tertentu.

“Hasil Belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar”14. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan penilaian hasil belajar. Dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak belajar.

Berkaitan dengan hasil belajar yang diperoleh sebagai hasil belajar, terdapat tiga tipe hasil belajar yaitu (1) tipe hasil belajar bidang kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis sintetis dan evaluasi (2) tipe hasil belajar bidang afektif meliputi penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi dan karakteristik nilai (3) tipe hasil belajar bidang psikomotor meliputi tingkatan keterampilan.

Hasil belajar dapat mengantarkan siswa menguasai konsep-konsep IPS dan keterkaitannya untuk dapat memecahkan masalah

14


(32)

dalam kehidupan sehari-hari. Menguasai disini yaitu harus menjadikan siswa tidak sekedar tahu dan hafal tentang konsep-konsep IPS, melainkan harus menjadikan siswa untuk mengerti dan memahami konsep-konsep tersebut. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah mereka menjalani proses pembelajaran..

Standar penilaian pendidikan terdiri atas penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah. Penilaian hasil belajar tingkat nasional dilakukan oleh pemerintah untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional. Ujian Nasional (UN) merupakan kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan untuk menentukan standar mutu pendidikan.

Penilaian hasil belajar tingkat sekolah atau satuan pendidikan bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran. Penilaian hasil belajar satuan pendidikan dilakukan pada akhir program pendidikan. Bahan-bahan yang diujikan meliputi seluruh materi standar, standar kompetensi, dan kompetensi dasar yang telah diberikan. Hasil penilaian ini terutama digunakan untuk menentukan kelulusan bagi setiap peserta didik, dan layak tidaknya untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat di atasnya.

Penilaian hasil belajar tingkat kelas menurut Mulyasa adalah penilaian yang dilakukan oleh guru atau pendidik secara langsung15. Penilaian hasil belajar pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi pada diri peserta didik. Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa yang menjadi ukuran hasil belajar siswa adalah ranah kognitif, afektif dan ranah

15


(33)

psikomotor. Semakin tinggi taraf tingkat yang dicapai maka akan menjadi baik pula kualitas hasil belajar yang didapatkan.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu faktor penentu penguasaan siswa terhadap apa-apa yang disampaikan kepadanya dalam kegiatan belajar, dimana penguasaan itu dapat berupa pengetahuan, sikap maupun keterampilan.

2. Metode Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

a. Metode Pembelajaran

Metode Pembelajaran adalah suatu cara atau upaya yang dilakukan oleh para pendidik agar proses belajar-mengajar pada siswa tercapai sesuai dengan tujuan. Metode pembelajaran ini sangat penting di lakukan agar proses belajar mengajar tersebut nampak menyenangkan dan tidak membuat para siswa tersebut suntuk, dan juga para siswa tersebut dapat menangkap ilmu dari tenaga pendidik tersebut dengan mudah16. Ada beberapa macam metode pembelajaran, diantaranya:

1. Metode ceramah

Metode ceramah adalah metode belajar mengajar secara tradisional, sebab metode pembelajaran ini telah gunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif sejak dari dahulu.

2. Metode eksperimen

Metode eksperimen ini memberikan kesempatan kepada para anak didik secara individu atau pun berkelompok untuk dilatih dalam melakukan suatu proses atau percobaan-percobaan. Metode ini bertujuan agar para anak didik tersebut berpikir kreatif, mandiri dan inovatif.

16

http://seputarpendidikan003.blogspot.com/2013/06/pengertian-metode-pembelajaran.html. Artikel ini diakses pada tanggal 17 Februari 2015.


(34)

3. Metode pemberian tugas

Metode pemberian tugas di maksudkan para pendidik memberikan penjelasan dalam suatu bahasan lalu para pendidik tersebut memberikan tugas kepada para siswa untuk mengembangkan pembahasan yang telah di bahas, hal tersebut bertujuan agar para siswa berpikir dan memiliki wawasan yang luas.

4. Metode diskusi

Metode ini adalah suatu alternatif dalam mengamati dan mencari jalan keluar dari suatu masalah melalui gagasan-gagasan yang di berikan para siswa, metode ini bertujuan untuk melatih para siswa agar berani dalam menyampaikan pendapat atau pun saran dan untuk mengembangkan pemikiran mereka.

5. Metode latihan

Metode latihan atau metode training yaitu metode yang menanamkan tentang kebiasaan-kesbiasaan tertentu dan untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan baik terhadap anak. Metode latihan ini bertujuan untuk membentuk kebiasaan serta ketepatan dan kecepatan dalam pelaksanaan.

6. Metode proyek

Metode ini menggunakan cara mengajar dengan memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan hal-hal yang ada di kehidupan sehari-hari sebagai bahan pendidikan. Metode ini bertujuan agar anak didik tertarik untuk terus belajar dan juga untuk membentuk pola pikir anak menjadi luas.

b. Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning)

Banyak guru telah melaksanakan metode belajar berkelompok, dengan membagi para siswa dan memberikan tugas kelompok. Namun hasil kegiatannya tidak seperti yang diharapkan. Siswa tidak memanfaatkan kegiatan tersebut dengan baik dan kreatif untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mereka.


(35)

Para siswa tidak dapat bekerja sama secara efektif dalam kelompok, memboroskan waktu dengan bermain, bergurau, duduk diam, bahkan ada kalanya siswa memanfaatkan kesempatan ini untuk mengerjakan tugas mata pelajaran yang lainnya. Pada waktu yang sama ada beberapa siswa mendominasi kelompoknya.

Keinginan para guru untuk mengaktifkan siswa sangat baik, untuk itu guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning yang tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Pelaksanaan prosedur cooperative learning dengan benar akan meningkatkan guru mengelola kelas dengan efektif. Inti dari pembelajaran kooperatif yaitu adanya suatu kerja sama kelompok yang saling menunjang untuk keberhasilan individu dan kelompoknya. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerja sama pada tugas dan mereka mengkoordinasikan usaha untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam penerapan setiap siswa saling tergantung satu sama lain untuk mencapai penghargaan bersama.

Metode kooperatif didefinisikan sebagai suatu proses belajar mengajar di mana murid bekerja sama satu sama lain dalam kumpulan belajar yang kecil untuk memenuhi kehendak tugasnya individu atau kumpulan yang diberikan oleh guru. Metode kooperatif adalah sangat sesuai di dalam sebuah kelas yang mengandung murid-murid yang mempunyai tahap kecerdasan yang berbeda-beda. Metode kooperatif memerlukan berbagai kemahiran sosial dalam penggunaan dan arahan yang penting untuk menyelesaikan tugas dengan baik.

Menurut Slavina “metode kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya”17.

Menurut Vigotsky “ metode kooperatif ialah bahwa fase mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul pada percakapan atau kerjasama antara

17 Syarif, Tujuan pembelajaran kooperatif, artikel di akses pada Senin 29 April 2013 dari:


(36)

individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap dalam individu tersebut”18

.

Metode pembelajaran kooperatif menyediakan alternatif untuk pertanyaan dan menawarkan berbagai cara untuk meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran.Belajar aktif itu sangat diperlukan oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum19.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode kooperatif adalah peranan guru di kelas haruslah jelas tampak. Misalnya, dalam menjalin terlaksananya metode kooperatif seyogyanya guru harus bisa membantu siswa memahami dinamika dalam bekerjasama dalam kelompok, membantu siswa agar dapat memahami bahwa mereka menghadapi kepentingan serta tujuan yang sama, terampil untuk berpartisipasi/berbagi tugas, bertanggung jawab dan saling menghargai dalam metode kooperatif.

Dalam metode kooperatif, kehadiran dan partisipasi tiap anggota harus di berdayakan atau dimanfaatkan, di mana pada setiap siswa ada tanggung jawab, ada pembagian tugas, harus ada interaksi dan komunikasi antar siswa, ada hubungan yang saling menguntungkan di antara anggota kelompok.

Komunikasi dan interaksi memungkinkan terjadinya pertukaran informasi yang membantu meningkatkan pemikiran serta memberikan gagasan-gagasan baru dalam diri siswa. Hal ini memang dapat terjadi karena dalam kelompok kecil yang dibentuk itu terdiri dari siswa-siswa yang latar belakang kemampuan berbeda-beda. Dalam hal ini agar proses metode kooperatif dapat berlangsung dari siswa diperlukan adanya will dan skill, yaitu kemauan dan keterampilan untuk bekerja sama.

Beberapa metode pembelajaran kooperatif memerlukan pengarahan guru yang lebih baik dibandingkan dengan metode lainnya, tetapi semua itu memungkinkan siswa untuk berinteraksi dan mengungkap apa yang mereka

18

Muhammad Faiq Dzaki, pembelajaran kooperatif, artikel di akses pada Senin 29 April 2013 dari: http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/pembelajaran-kooperatif-cooperative.html

19

Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, Pustaka Insan Madani, Yohyakarta, 2008, hal. xiv


(37)

pikirkan, mereka ketahui dan rasakan mengenai apa yang mereka pelajari.Selain itu, ketika siswa belajar bersama dalam kelompok kecil, mereka saling membantu dan pada saat yang sama, mengembangkan arah dan tanggung jawab pribadi atas pembelajaran mereka.

Penyelidikan kelompok berasal dari filsafat pendidikan John Dewey. Dewey percaya bahwa pembelajaran yang bermakna bisa dihasilkan melalui tahap-tahap penelitian ilmiah, dimana pengalaman tentang pengetahuan siswa diperoleh. Dalam pandangan Dewey,”penyelidikan terhadap banyak subjek bisa menghasilkan fitur penting dari metode ilmiah dan oleh karenanya bisa mendidik siswa dalam semangat dan metode penelitian ilmiah”20. Para guru dan siswa memberikan pengakuan atas gagasan ini ketika mereka melaporkan investigasi kelompok membantu siswa “mempelajari cara belajar”.

3. Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Jacobsen mengatakan Metode kooperatif mempunyai manfaat-manfaat yang positif apabila diterapkan di ruang kelas. Antara lain: 1. Mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru

2. Kemampuan untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain

3. Mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan mem- bandingkan dengan ide temannya

4. Membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah, juga menerima perbedaan ini21.

Jadi dapat disimpulkan bahwa manfaat metode kooperatif ini sangat baik jika di terapkan pada saat proses belajar mengajar berlangsung karena metode ini dapat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. 4. Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI)

Karakter unik Investigasi Kelompok ada pada integrasi dari empat fitur dasar seperti investigasi, interaksi, penafsiran, dan motivasi intrinsik.

20

Sharan, Shlomo, The Handbook of Cooperatife Learning, Familia, Jakarta, 2012, hal. 168

21 Jacobsen, pembelajaran kooperatif, artikel di akses pada senin 12 Februari 2013 dari:


(38)

a. Investigasi

Investigasi dimulai ketika guru memberikan masalah yang menantang dan rumit kepada kelas. Di tengah-tengah berlangsungnya penelitian mereka untuk menjawab masalah,siswa membangun pengetahuan yang mereka peroleh,bukannya menerima dari guru mereka. Proses investigasi menekankan inisiatif siswa, dibuktikan dengan pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan, dengan sumber-sumber yang mereka temukan, dan dengan jawaban yang mereka rumuskan. Siswa mencari informasi dan gagasan dengan bekerjasama dengan rekan mereka dan menggabungkannya bersama pendapat, informasi, gagasan, ketertarikan, dan pengalaman yang masing-masing mereka bawa untuk mengerjakan tugas. Bersama-sama mereka menempa informasi dan gagasan ke dalam pengetahuan baru melalui proses penafsiran.

b. Interaksi

Interaktif di antara siswa penting bagi Investigasi Kelompok. Ini adalah kendaraan yang dengannya siswa saling memberikan dorongan, saling memberikan gagasan, saling membantu untuk memfokuskan perhatian mereka terhadap tugas dan bahkan saling mempertentangkan gagasan dengan menggunakan sudut pandang yang berseberangan. Interaksi social dan intelektual merupakan cara yang digunakan siswa untuk mengolah lagi pengetahuan personal mereka di hadapan pengetahuan baru yang didapatkan oleh kelompok selama berlangsunganya penyelidikan.

c. Penafsiran

Pada saat siswa menjalankan penelitian mereka secara individual berpasangan dan dalam kelompok kecil, mereka mengumpulkan banyak sekali informasi dari berbagai sumber yang berbeda. Secara berkala mereka bertemu dengan anggota kelompok mereka untuk bertukar informai dam gagasan. Penafsiran atas temuan yang telah mereka gabung merupakan proses negosiasi antara tiap-tiap pengetahuan pribadi siswa dengan pengetahuan baru yang dihasilkan dan antara tiap-tiap siswa dengan gagasan dan informasi yang diberikan oleh anggota lain dalam kelompok itu.


(39)

Investigasi kelompok memberi siswa kesempatan untuk berinteraksi dengan sesamanya yang meneliti aspek-aspek berbeda dari tema umum yang sama, dan yang memberikan sudut pandang berbeda atas tema itu.Penafsiran informasi kooperatif yang dikumpulkan oleh anggota kelompok ini meningkatkan kemampuan mereka untuk menyusun, menegaskan, dan mengkonsolidasikan temuan-temuan mereka dan dengan demikian membuatnya bermakna.

d. Motivasi Intrinsik

Investigasi kelompok memotivasi siswa untuk berperan aktif menentukan apa yang mereka pelajari dan bagaimana cara mereka belajar. Dengan mengundang siswa menghubungkan masalah-masalah yang akan mereka selidiki berdasarkan keingintahuan,pengetahuan, dan perasaan mereka,Investigasi Kelompok mempertinggi minat pribadi mereka mencari informasi yang mereka perlukan. Penyelidikan mereka mendatangkan motivasi kuat lain yang muncul dari interaksi mereka dengan orang lain. Banyak metode pembelajaran kooperatif didasarkan pada tanggung jawab bersama dan interaksi di antara anggota kelompok. Investigasi kelompok meningkatkan kesempatan untuk memperbesar interdepedensi positif yang berkembang ketika siswa belajar bersama.

Keempat unsur dari Investigasi Kelompok digabungkan dalam model enam tahap: 1. Tahap 1: Kelas menentukan subtema dan menyusunnya dalam penelitian

kelompok.

a) Memberikan Masalah Umum

Guru memberi siswa suatu masalah yang besar dan rumit yang tidak memiliki satu jawaban benar. Masalah itu seringkali merupakan bagian dari kurikulum, meskipun bisa berupa sempalan dari isu-isu yang ada atau berasal dari ketertarikan siswa terhadap tema tertentu. Faktor lain yang perlu diperhatikan ketika memilih masalah adalah relevansinya bagi kehidupan siswa di dalam dan di luar sekolah. Secara langsung maupun


(40)

tidak langsung, penelitian itu bisa meningkatkan kemampuan siswa untuk memahami dunia disekitar mereka.

b) Berbagai Sumber Pelajaran

Menghadirkan masalah umum tidaklah semata-mata mendorong minat siswa dalam penelitian. Selama satu atau dua minggu sebelum dimulainya penelitian, guru mengundang kelas untuk menyelidikinya. Buku, majalah, gambar, peta, katalok, rekaman video, dan Koran merupakan sumber materi yang bisa digunakan. Setiap siswa harus mampu menemukan materi yang tepat untuk minat mereka, tingkat kemampuan membaca mereka, dan model pembelajaran yang mereka pilih. Beragam materi itu juga dimaksudkan untuk membantu siswa agar bisa melihat apa yang dekat dengan mereka dari masalah itu dan juga apa yang mereka ketahui.

c) Membuat Pertanyaan

Setelah melakukan penelusuran, siswa siap untuk merumuskan dan memilih berbagai pertanyaan yang bisa menunjang penelitian.

Guru menulis persoalan umum di papan tulis dan mengundang siswa untuk mengungkapkan apa yang ingin mereka selidiki agar bisa memahaminya lebih baik22.

a. Secara individu: Setiap siswa menuliskan pertanyaan yang ingin mereka selidiki. Setelah sepuluh atau lima belas menit, guru mengundang siswa untuk memberitahukannya kepada teman sekelas apa yang mereka tulis dan menulis setiap saran di papan tulis.

b. Kelompok bercakap-cakap: Siswa bertemu dalam kelompok beranggotakan empat atau lima orang dan bergiliran mengungkapkan gagasan mereka tentang apa yang akan mereka selidiki. Petugas pencatat dalam kelompok itu mencatat semua pertanyaan dan kemudian menyampaikannya kepada kelas, dengan menuliskan di papan tulis atau dengan menyerahkan daftar itu kepada guru.

22


(41)

c. Perseorangan, berpasangan, berempat: Prosedur ini memungkinkan tiap-tiap siswa untuk berpikir sendiri dan juga mendapatkan keuntungan dari bertukar gagasan dengan teman. Pada tiap-tiap tahap, siswa membandingkan daftar pertanyaan mereka dan menusun satu daftar keseluruhan. Daftar terakhir diserahkan kepada guru.

d) Menentukan Subtema

Langkah selanjutnya dalam tahap ini adalah membuat semua pertanyaan itu bisa diketahui seluruh kelas. Pertanyaan bisa di temple di dinding. difotocopy dan diberikan kepada setiap siswa, atau ditulis di papan tulis. Sekarang siswa mengelompokan pertanyaan itu ke dalam kategori-kategori. Kategori yang ditentukan kelas itu menjadi subtema bagi kelompok-kelompok untuk melakukan penelitian.

e) Membentuk Kelompok Minat

Judul subtema diperlihatkan di depan kelas dan menyajikan bukti yang nyata tentang perencanaan mereka. Kelompok-kelompok terbentuk berdasarkan pada basis minat yang sama terhadap sub tema tertentu. Jika penelitian berikutnya mencerminkan minat dan kemampuan bersama dari semua anggota kelompok, maka tiap-tiap kelompok menghasilkan produk yang unik.

Proses pembelajaran dan peran guru dalam tahap 1 diringkas sebagai berikut23:

Tabel 2.1

Tahap 1 Group Investigation

Proses Pembelajaran Peran Guru

1. Memeriksa pilihan:

Dalam tahap ini guru memeriksa pilihan yang akan diambil oleh masing-masing kelompok apakah sesuai dengan pembelajaran yang dilakukan.

2. Mengaitkan pengetahuan

pribadi dengan masalah:

Dalam tahap ini guru dapat

1. Memimpin diskusi penelitian:

Dalam tahap ini guru menjadi fasilitator dan membimbing jalannya diskusi kelompok agar sesuai dengan tujuan dari pembelajaran.

2. Menyediakan materi dasar:

Dalam tahap ini guru sudah harus menyiapkan materi-materi

23


(42)

mengaitkan masalah yang akan dibahas sesuai dengan pengetahuan pribadi siswa masing-masing.

3. Memilih pertanyaan-pertanyaan:

Dalam tahap ini guru memilih pertanyaan yang akan diajukan kepada masing-masing kelompok.

4. Menentukan subtema penelitian:

Dalam tahap ini guru mengajukan pertanyaan yang telah dipilih oleh kelompok dan bersama guru menjadikan pertanyaan itu menjadi subtema.

dasar yang akan digunakan dalam pembelajaran.

3. Memfasilitasi kepedulian

terhadap masalah:

Dalam tahap ini guru menjadi fasilitator yang menjawab setiap permasalahan yang terjadi dalam diskusi kelompok.

4. Mengkoordinasi penyusunan Subtema pilihan untuk diselidiki:

Dalam tahap ini guru menyusun subtema dari masing-masing kelompok dan membimbing setiap kelompok agar mengikuti dari subtema yang telah dipilih masing-masing kelompok.

2. Tahap 2: Kelompok merencanakan penelitian mereka.

Siswa menggabungkan masing-masing kelompok penelitian mereka dan memfokuskan perhatian mereka pada perencanaan kooperatif atas pertanyaan yang akan mereka cari jawabannya. Para anggota kelompok memiliki tiga tanggung jawab utama:

o Memilih pertanyaan yang akan mereka cari jawabannya o Menentukan sumber-sumber yang mereka perlukan o Membagi pekerjaan dan menentukan peran-peran

Para anggota kelompok mendiskusikan gagasan, minat dan pandangan mereka tentang cakupan penelitian bersama mereka. Mereka menggunakan daftar pertanyaan yang dihasilkan kelas sebagai dasarnya dan memilih pertanyaan-pertanyaan yang mereka rasakan paling mencerminkan minat spesifik mereka dalam subtema itu. Setelah perencanaan berhasil, mereka menambahkan beberapa pertanyaan dan membuang beberapa pertanyaan, semua itu sambil mengklarifikasi apa yang mereka teliti.

Guru berkeliling di antara kelompok siswa dan menawarkan bantuan kepada yang membutuhkan. Para anggota dari salah satu kelompok mungkin tidak senang dengan rencana awal mereka. Alih-alih memaksa mereka agar


(43)

mengikuti rencana itu, guru mendiskusikan alternatifnya dan membantu menentukan ulang tujuan mereka.

Guru juga bertanggung jawab untuk membantu kelompok memilih sumber-sumber yang tepat. Bantuan guru dalam memilih materi sangatlah diperlukan bagi siswa yang berkemampuan rendah dan bagi siswa yang berbahasa Inggris sebagai bahasa kedua.

Interaksi di antara siswa pada tahap ini menentukan pilihan dan keputusan yang membentuk penelitian mereka. Semakin terlatih siswa dalam merencanakan penelitian, minat unik dan pilihan anggota kelompok akan lebih terlihat24.

Proses pembelajaran dalam tahap 2 bisa diringkas sebagai berikut: Tabel 2.2

Tahap 2 Group Investigation

Proses Pembelajaran Peran Guru

1. Perencanaan kooperatif:

Dalam tahap ini guru dan setiap kelompok harus sesuai dengan perencanaan kooperatif yang sudah dibuat.

2. Membuat pertanyaan:

Dalam tahap guru menyiapkan pertanyaan tambahan apabila ada kelompok yang tidak senang dengan pilihan awal mereka.

3. Menjelaskan pemikiran kepada

teman sekelompok:

Dalam tahap ini guru menjelaskan pembelajaran kepada setiap kelompok agar mengerti dalam diskusinya.

4. Mengantisipasi apa yang akan

mereka pelajari:

Dalam tahap ini guru sudah dapat mengantisipasi hal-hal apa yang akan melenceng dari diskusi setiap kelompok.

5. Memilih sumber-sumber yang

relevan:

1. Membantu kelompok-kelompok

merumuskan rencana realistis: Dalam tahap ini guru membantu setiap kelompok dalam merumuskan rencana pembelajaran serta jalannya diskusi secara realistis dan sesudai dengan rencana pembelajaran.

2. Membantu menjaga norma

kooperatif:

Dalam tahap ini guru mengawasi dan menjaga jalannya diskusi setiap kelompok agar sesuai dengan norma kooperatif.

3. Membantu kelompok

menemu-kan sumber-sumber yang tepat: Dalam tahap ini guru membantu kelompok dalam menentukan sumber-sumber yang tepat agar diskusi setiap kelompok tidak mengalami kesulitan.

24


(44)

Dalam tahap ini guru menentukan dan memilih sumber-sumber yang sesuai dengan materi serta diskusi setiap kelompok.

6. Memutuskan apa yang perlu

diteliti:

Dalam tahap ini setiap kelompok sudah memilih pertanyaan yang akan didiskusikan.

7. Menentukan peran-peran:

Dalam tahap ini guru menjadi fasilitator dan membimbing jalannya diskusi sementara masing-masing siswa sudah tahu apa tugasnya dalam kelompok.

3. Tahap 3: Kelompok melakukan penelitian.

Dalam tahap ini, yang mungkin berlangsung sampai beberapa periode kelas, tiap-tiap kelompok menjalankan rencana mereka. Secara sendiri-sendiri atau berpasangan, para anggota kelompok:

• Menemukan informasi dari berbagai sumber • Menyusun dan mencatat data

• Melaporkan temuan-temuan mereka kepada teman sekelompok • Mendiskusikan dan menganalisis temuan-temuan mereka • Memutuskan apakah mereka memerlukan informasi lain • Menafsirkan dan menyatukan temuan-temuan mereka25

Siswa didorong untuk menemukan informasi yang mereka perlukan dari berbagai macam sumber: buku, teks, percobaan, buku referensi, pamflet, peta, film dan materi lainnya. Pada awal atau akhir pelajaran, kelompok berkumpul untuk memeriksa pekerjaan mereka yang sedang berlangsung dan mencoba membuat penafsiran atas temuan mereka. Ketika mereka mendiskusikan temuan-temuan mereka, para siswa memperjelas, memperluas, dan mengubah gagasan dan informasi baru dan memeriksa makna afektif dan kognitif mereka.

25


(45)

Seringkali selama diskusi ini berjalan, siswa menjadi tahu dengan ketidaksesuaian di antara cara penafsiran materi mereka atau bahkan di antara sumber-sumber yang ada. Pada saat-saat seperti itu, mereka perlu memperluas pemeriksaan atas sumber-sumber yang ada dan mencari cara memecahkan dilema itu. Ketika penelitian itu selesai, petugas pencatat mencatat kesimpulan kelompok mereka, terutama yang di tingkat awal, mungkin sekedar menggabungkan jawaban pertanyaan tiap-tiap anggota yang ia teliti.

Proses pembelajaran dan peran guru dalam tahap tiga diringkas sebagai berikut:

Tabel 2.3

Tahap 3 Group Investigation

Proses Pembelajaran Peran Guru

1. Menemukan informasi dari

beragam sumber:

Dalam tahap ini siswa dapat menemukan informasi baru dari sumber yang telah didapatkannya.

2. Membandingkan dan

meng-evaluasi sumber:

Dalam tahap ini guru membandingkan dan mengevaluasi sumber yang dijadikan bahan diskusi setiap kelompok agar sesuai dengan pembelajaran.

3. Menjelaskan, memperluas, dan

menyaring pengetahuan dan

membuat informasi:

Dalam tahap ini setiap kelompok dapat sudah memiliki pengetahuan dan informasi dari sumber yang didapatkan sehingga dapat menjelaskan pada diskusi kelompok.

4. Merumuskan jawaban

pertanyaan:

Dalam tahap ini setiap kelompok sudah bisa merumuskan jawaban dari hasil diskusinya.

1.Membantu dengan

keterampilan meneliti:

Dalam tahap ini guru dapat membantu setiap kelompok dalam meneliti hasil jawaban dari diskusi.

2.Membantu memeriksa

sumber-sumber:

Dalam tahap ini guru dapat membantu kelompok memeriksa sumber-sumber yang mereka dapatkan selain dari sumber yang diberikan guru.

3.Membantu menemukan

hubung-an baru di antara sumber-sumber:

Dalam tahap ini guru bisa membantu kelompok dalam menemukan hubungan baru (informasi baru) ketika memeriksa sumber-sumber.

4.Membantu menjaga

norma-norma interaksi kooperatif: Dalam tahap ini guru mengawasi jalannya pembelajaran di kelas agar sesuai dengan norma interaksi kooperatif.


(46)

4. Tahap 4: Kelompok merencanakan presentasi.

Dalam tahap ini, kelompok-kelompok harus memutuskan mana temuan mereka yang akan di bagi bersama kelas dan bagaimana menyajikan temuan-temuan mereka itu kepada teman sekelas. Tujuan utama dari presentasi itu adalah untuk menunjukkan kepada teman sekelas bahwa apa yang diperhatikan kelompok itu bisa menjadi gagasan utama dari temuan itu.

Untuk melakukan itu, para anggota kelompok mengintegrasikan semua bagian dari penelitian mereka dan merencanakan presentasi yang akan menjadi instruktif dan menarik bagi teman-teman sekelas yang lain.

Guru, yang secara terus menerus mengamati kelompok-kelompok yang sedang bekerja, akan tahu kelompok mana yang memerlukan bantuan untuk menentukan gagasan utama dari penelitian mereka. Setelah mereka menentukan yang akan dipresentasikan kepada teman sekelas, kelompok-kelompok itu memikirkan bagaimana cara mempresentasikan gagasan mereka itu.

Ketika guru mencatat bahwa kelompok-kelompok hampir menyelesaikan penelitian mereka, ia melakukan rapat pertemuan yang anggota-anggotanya telah dipilih dalam tahap 2. Dengan bimbingan guru, para anggota komite memastikan bahwa gagasan untuk presentasi itu beragam dan jelas serta bisa dijalankan.

“Guru menuliskan persyaratan materi khusus dari tiap-tiap kelompok dan menyusun jadwal waktu untuk melakukan presentasi”26. Dalam tahap ini, proses pembelajaran dan peran guru adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4

Tahap 4 Group Investigation

Proses Pembelajaran Peran Guru

1. Menentukan gagasan utama dari

temuan-temuan yang ada:

Dalam tahap ini setiap kelompok sudah menentukan ide atau gagasan utama dari temuan mereka

1. Menyusun rencana kelompok:

Dalam tahap ini guru sudah menyusun langkah-langkah semua kelompok dalam melakukan diskusi.

26


(47)

pada saat diskusi.

2. Menjelaskan, membandingkan,

mengevaluasi temuan-temuan: Dalam tahap ini setiap kelompok sudah dapat menjelaskan, membandingkan dan mengevaluasi hasil temuan mereka pada saat diskusi.

3. Menghubungkan temuan dengan

masalah umum:

Dalam tahap ini siswa dalam masing-masing kelompok menghubungkan temuan mereka dengan masalah umum yang dibahas dan didiskusikan di dalam kelompoknya.

4. Memutuskan bagaimana

menyaji-kan temuan:

Dalam tahap ini setiap kelompok mendiskusikan dan memutuskan bagaimana menyajikan temuan mereka didepan kelas.

2. Bertemu dengan komite

pelaksana:

Dalam tahap ini guru bertemu dengan perwakilan setiap kelompok dan membimbing agar setiap kelompok dapat menyajikan gagasan yang beragam.

3. Membantu memperoleh materi:

Dalam tahap ini guru membantu masing-masing kelompok memperoleh materi yang sesuai dengan pembahasan setiap kelompok.

4. Memastikan bahwa semua

anggota kelompok

berpartisipasi:

Dalam tahap ini guru harus memastikan bahwa semua anggota kelompok ikut berpartisipasi dalam jalannya diskusi.

5. Tahap 5: Kelompok melakukan presentasi.

Guru memasang jadwal presentasi sehingga masing-masing kelompok tahu kapan giliran mereka. Selama presentasi berlangsung, yang biasanya memerlukan dua jam pelajaran, kelas berkumpul kembali seperti “kumpulan kelompok-kelompok”, dan tiap-tiap kelompok memberikan perhatian khusus pada yang dibahas di kelas. Sementara satu kelompok menyajikan esensi temuan-temuannya, kelompok yang lain menjadi pendengar.

Sebelum presentasi dimulai, guru dan siswa bersama-sama menyiapkan lembar evaluasi, yang diisi siswa ketika presentasi berlangsung. Presentasi di hadapan audiens bisa menyebabkan beberapa siswa merasa malu dan tidak nyaman. Guru harus memastikan bahwa penyaji merasa nyaman dengan peran mereka sebagai “guru” dan bahwa siswa yang berperan sebagai pendengar tidak menjadi terlalu kritis. Untuk menyimpulkan presentasi, guru harus membiarkan kelas berdiskusi tentang bagaimana tema itu digabungkan untuk menjelaskan masalah umum yang telah diatasi dikelas.


(48)

Komentar-komentar siswa selama diskusi berlangsung akan menunjukkan tingkat kemampuan antara yang mereka dengar dan yang mereka lihat dengan sub tema mereka27. Proses pembelajaran dan peran guru dalam tahap 5 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.5

Tahap 5 Group Investigation

Proses Pembelajaran Peran Guru

1. Menunjukkan manfaat

pengetahu-an:

Dalam tahap ini guru menunjukkan manfaat pengetahuan dari hasil diskusi setiap kelompok.

2. Mengevaluasi kejelasan, daya

tarik, dan relevansi presentasi: Dalam tahap ini guru bisa mengevaluasi kejelasan, daya tarik dan relevansi presentasi setiap kelompok ketika menyajikan presentasi di depan kelas.

3. Membuat hubungan baru di

antara subtema:

Dalam tahap ini guru dapat membuat hubungan baru diantara subtema masing-masing kelompok.

1. Mengkoordinasi presentasi

setiap kelompok:

Dalam tahap ini guru membuat jadwal dan mengkoordinasikan presentasi setiap kelompok untuk maju di depan kelas dan setiap kelompok diberikan gilirannya.

2. Mengarahkan komentar diskusi

siswa:

Dalam tahap ini guru mengarahkan diskusi siswa agar sesuai dengan proses pembelajaran dan komentar dari diskusi para siswa sesuai dengan pembelajaran.

3. Membuat aturan-aturan untuk

membuat komentar:

Dalam tahap ini guru membuat aturan untuk membuat komentar agar setiap siswa ketika melakukan komentar harus sesuai dengan presentasi yang disajikan.

4. Mengarahkan penyimpulan

hasil diskusi:

Dalam tahap ini guru mengarahkan hasil diskusi dari setiap kelompok untuk dijadikan kesimpulan dalam pembelajaran.

5. Menunjukkan hubungan di

antara subtema:

Dalam tahap ini guru dapat menunjukkan hubungan diantara subtema untuk dijadikan tujuan akhir pembelajaran.

27


(49)

6. Tahap 6: Guru dan siswa mengevaluasi proyek mereka.

Evaluasi difokuskan pada pengetahuan yang diperoleh selama berlangsungnya proyek itu, dan juga pengalaman investigasi perseorangan atau kelompok. Siswa dan guru bisa bekerjasama dalam penyusunan ujian yang digunakan untuk menilai pemahaman siswa atas gagasan utama dari temuan-temuan mereka dan juga pengetahuan faktual yang baru saja mereka peroleh. Salah satu cara untuk melakukan itu adalah dengan meminta dengan tiap-tiap kelompok menyerahkan dua atau tiga pertanyaan berdasarkan pada gagasan utama dari hasil penelitian itu.

Guru bisa menambah pertanyaan untuk menilai ingatan dan pemahaman atas fakta dan istilah tertentu yang berhubungan dengan masalah umumnya. Guru juga harus mengevaluasi bagaimana siswa menyatukan semua informasi yang mereka temukan ketika mencari jawaban. Siswa juga harus diminta menunjukkan kemampuan mereka dalam menarik kesimpulan penelitian mereka dan dalam menerapkan pengetahuan baru mereka kerika menceritakan masalah beserta situasinya. Disamping penelitian, guru memiliki banyak kesempatan mengamati prestasi akademik siswa, sikap kooperatif, dan besarnya motivasi. Guru selalu ada untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, untuk mengakui dan mendorong upaya-upaya yang dilakukan siswa, dan untuk mengingatkan mereka tentang norma-norma sikap kooperatif.

Proses pembelajaran dalam tahap 6 mendukung keterampilan yang diperlihatkan siswa dalam semua tahap sebelumnya. Mereka berlanjut dengan membuat keputusan tentang pembelajaran mereka28.

Secara spesifik, proses pembelajaran dan peran guru dalam tahap 6 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.6

Tahap 6 Group Investigation

28


(50)

Proses Pembelajaran Peran Guru

1. Mengevaluasi gagasan hasil

penelitian:

Dari hasil diskusi setiap kelompok baik guru dan siswa mengevaluasi gagasan utama dari hasil diskusi pembelajaran.

2. Mengevaluasi pengetahuan:

Dalam tahap ini proses pembelajaran yang telah berlangsung harus sesuai dengan materi pembelajaran.

3. Menggabungkan semua temuan

kelompok:

Dalam tahap ini masing-masing kelompok sudah mendapatkan hasil

temuan mereka dan

menyerahkannya kepada guru untuk dibahas pada saat akhir pembelajaran.

4. Memperlihatkan prestasi sebagai

peneliti dan sebagai anggota kelompok:

Dalam tahap ini baik guru maupun murid sudah melakukan masing-masing tugas dengan baik sehingga proses pembelajaran sesuai dengan rencana awal.

1. Mengevaluasi pemahaman atas

gagasan utama:

Dalam tahap ini guru mengevaluasi pemahaman siswa terhadap gagasan utama dari proses pembelajaran yang telah dilakukan.

2. Mengevaluasi pengetahuan atas

fakta dan istilah baru:

Dalam tahap ini guru dapat menjelaskan terhadap fakta dan istilah baru yang terjadi dalam proses pembelajaran.

3. Mengevaluasi penggabungan

semua temuan kelompok: Dalam tahap ini guru memeriksa dan mengevaluasi hasil temuan diskusi dari setiap kelompok.

4. Memfasilitasi refleksi siswa

tentang proses dan isi

penelitian:

Dalam tahap ini guru bisa memfasilitasi pemahaman siswa terhadap proses dan isi dari diskusi yang telah mereka lakukan.

Biasanya, guru adalah yang memprakarsai proyek Investigasi Kelompok, menentukan jangka waktunya, dan menyediakan sumber materi. Selama berlangsungnya investigasi, guru mengatur dan memfasilitasi proses pembelajaran juga proses sosialnya. Ia membimbing siswa dalam menjalankan semua fase penelitian dan pada saat yang sama, mengukur seberapa besar bantuan yang diperlukan tiap-tiap kelompok untuk menjaga interaksi efektif diantara para anggotanya. Perencanaan yang baik untuk peran komplek ini termasuk hal-hal berikut:

• Menilai kemampuan siswa ketika ia merancang dan belajar bersama • Memilih masalah untuk diselidiki


(51)

• Mencari sumber materi29

6. Kelebihan dan Kekurangan Tipe Group Investigation

Setiap metode atau model pembelajaran pasti mempunyai ciri khas sendiri, mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dan berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI).

Kelebihan :

Pembelajaran kooperatif ini terbukti lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model-model pembelajaran individual yang digunakan selama ini. Keunggulan itu dapat dilihat pada kenyataan sebagai berikut :

1. Peningkatan belajar terjadi tidak tergantung pada usia siswa, mata pelajaran, dan aktivitas belajar.

3. Pembelajaran kooperatif dapat menyebabkan unsur-unsur psikologis siswa menjadi terangsang dan lebih aktif. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa kebersamaan dalam kelompok, sehingga mereka dengan mudah dapat berkomunikasi dengan bahasa yang lebih sederhana.

3. Pada saat berdiskusi fungsi ingatan dari siswa menjadi lebih aktif, lebih bersemangat dan berani mengemukakan pendapat.

4. Pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan kerja keras siswa, lebih giat dan lebih termotivasi.

5. Penerapan pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa mengaktifkan kemampuan latar belakang mereka dan belajar dari pengetahuan latar belakang teman sekelas mereka.

6. Siswa dapat belajar dalam kelompok dan menerapkannya dalam menyelesaikan tugas-tugas kompleks, serta dapat meningkatkan kecakapan individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah, meningkatkan komitmen, dapat menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebayanya dan siswa yang berprestasi dalam pembelajaran kooperatif

29


(1)

8. Pembelajaran seperti apa yang kamu inginkan dalam belajar IPS?

Jawaban: Metode pembelajaran yang baru. Agar tidak membosankan bagi para siswa dan bisa menangkap ilmu-ilmu yang dipelajari dengan mudah. Karena kami mudah bosan dengan metode ceramah saja.

9. Menurut kamu metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru IPS sudah cukup baik dan cukup membuat kamu memahami materi ajar?


(2)

Lampiran 15

Wawancara dengan Guru setelah Proses Pembelajaran dengan menggunakan Group Investigation

1. Apakah pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Group Investigation menarik menurut Bapak ?

Ternyata dengan menggunakan metode ini pembelajaran IPS menjadi menarik. Siswa menjadi lebih aktif dan jadi menyukai pelajaran IPS.

2. Bagaimana kesan bapak setelah mengamati Model Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Group Investigation?

Saya tertarik dengan model pembelajaran ini, insyaallah saya akan menggunakan model pembelajaran ini, dengan begitu siswa diharapkan menjadi senang dalam belajar dan tentu meningkatkan nilai mereka.

3. Apakah Model Pembelajaran Kooperatif dengan Group Investigation ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

Ternyata model pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa, banyak siswa yang mendapatkan nilai yang memenuhi nilai KKM. 4. Kendala apa yang bapak temukan ketika mengamati Model Pembelajaran Kooperatif dengan Group Investigation?

Model pembelajaran ini cukup memerlukan waktu sehingga sebagai guru harus pintar mengatur waktu jika ingin menggunakan model ini.

5. Apa yang akan bapak lakukan setelah mengetahui Model Pembelajaran Kooperatif dengan Group Investigation?

Saya akan menggunakan model pembelajaran ini pada mata pelajaran IPS dan berusaha menggunakan metode lain yang bisa meningkatkan hasil belajar siswa.


(3)

Lampiran 22

DAFTAR NAMA KELOMPOK

METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TIPE GROUP INVESTIGATION (GI)

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Ayu Pratiwi Larra Duta Alfira

Rohana Mayestika Alina Septianti Dwi Ayuni Ajeng Lia Apriliani Maulidina Salwa

Tuti Siti Yulianti

Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6 Ananda Aulia Aditia S Yunus Aurelia Bagus S Alvis Herlina Jimmy Abril Winda Astri M. Albani Faizal

Tendi

Kelompok 7 Kelompok 8 Kelompok 9

Aldi G Rafli Alisa

Wahyu Rizul Mareta

Alvan Wahyu Chintya

Bagas Haris Shela

Kelompok 10 Dimas Rifa Fahrizal Yana Rico


(4)

Lampiran 23

TUGAS DISKUSI KELOMPOK SIKLUS 1

1. Mengapa banyak orang yang lebih memilih berbelanja di supermarket daripada ke pasar?


(5)

Lampiran 24

TUGAS DISKUSI KELOMPOK SIKLUS 2

1. Saat ini banyak produsen yang saling bersaing satu sama lain misalnya perang tarif operator telpon seluler, penawaran diskon yang besar di antara toko-toko, dan lain-lain. Apa pendapatmu tentang hal ini jika kalian adalah produsen? Konsumen? Distributor?


(6)

BIODATA PENULIS

Prabu Eko Prasetyo, S.Pd. Anak Pertama dari dua bersaudara. Anak dari pasangan Sayyidun dan Kaswati yang dilahirkan di Tangerang pada tanggal 31 Januari 1990. Bertempat tinggal di Jl. Raya Serpong km.7 Rt 02/01 No 86 Kp. Kamurang atas Kelurahan Pakualam Kecamatan Serpong Utara Kota Tangerang Selatan.

Email:prabu_arwana@yahoo.co.id.

Riwayat Pendidikan:

Mulai pendidikan di SD. Islamic Village di Karawaci pada tahun 1996-2002 kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 4 Tangerang pada tahun 2002-2005. Setelah SMP melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 9 Tangerang pada tahun 2005-2008. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Program Studi Ekonomi lewat jalur SNMPTN.

Pengalaman Organisasi:

Sewaktu SMA pernah menjabat jadi anggota OSIS anggota Sekbid Tiga pada tahun 2006 dan pernah menjadi Sekretaris Osis pada tahun 2007 dan menjadi wakil ketua MPK pada tahun 2008.


Dokumen yang terkait

Penerapan pembelajaran kooperatif model group investigation untuk meningkatkan hasil belajar sosiologi SMA SIT Fajar Hidayah Kotawisata-Cibubur: penelitian tindakan di SMA Fajar Hidayah pada kelas X

0 6 75

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (Gi) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sdit Bina Insani ( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Sdit Bina Insani Kelas V Semester Ii Serang-Banten )

0 3 184

IMPLEMENTASI METODE KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

0 6 183

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KERJASAMA SISWA SMP

0 18 262

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 SAWIT TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

0 2 16

PENDAHULUAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 SAWIT TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

0 2 5

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION) SEBAGAI USAHA MENGEMBANGKAN AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMP Muhammadiyah 1 Kartasura).

0 1 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KERJASAMA SISWA SMP.

0 0 1

Efektifitas Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation (GI) Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII di SMP Negeri 2 Ungaran.

0 0 2

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN 181 PEKANBARU

0 0 15