Kadaluwarsa Berakhirnya Utang Pajak

39

2. Kompensasi Pengimbangan

Kompensasi dapat dilakukan atas pembayaran dan atas kerugian yang dimungkinkan jika pada awal pendiriannya Wajib Pajak badan menderita kerugian. Kompensasi karena pembayaran dilakukan apabila salah satu pihak mempunyai utang dan mempunyai tagihan kepada pihak lain. Dalam hukum pajak kompensasi pembayaran dapat dilakukan jika Wajib Pajak untuk satu jenis pajak mempunyai kelebihan pembayaran pajak sedangkan untuk lain jenis terdapat kekurangan pembayaran pajak. Kelebihan pembayaran pajak untuk satu jenis pajak tersebut dapat digunakan untuk membayar kekurangan pembayaran atas jenis pajak lain utang pajak lainnya yang juga terutang olehnya. Hal ini disebut sebagai kompensasi pembayaran.

3. Penghapusan Utang

Dalam hukum pajak dimungkinkan pula berakhirnya pajak melalui penghapusan terhadap kewajiban pajak karena Wajib Pajak mengalami kebangkrutan sehingga mengalami kesulitan keuangan. Untuk menentukan apakah seorang Wajib Pajak pailit atau tidak, diperlukan penyelidikan yang seksama oleh fiskus, dengan tujuan nantinya tindakan fiskus dapat dipertanggungjawabkan.

4. Kadaluwarsa

Berakhirnya utang pajak karena kadaluwarsa atau lewat waktu terjadi jika dalam jangka waktu tertentu terhadap suatu utang pajak tidak dilakukan penagihan pajak, sehingga utang pajak tersebut dianggap lunas dan tidak dapat ditagih lagi. Dengan demikian utang pajak akan berakhir jika telah melewati Universitas Sumatera Utara 40 waktu kadaluwarsa. Berakhirnya utang pajak karena kadaluwarsa diatur secara jelas dalam undang – undang pajak Indonesia. Ketentuan tentang kadaluwarsa penagihan pajak untuk jenis pajak pusat diatur dalam Undang – Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan KUP. Menurut Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang KUP sebagaimana diubah dengan Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2009 pada pasal 22, yang berbunyi pada ayat 1 yaitu, hak Negara untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak, daluwarsa setelah melampaui waktu 5 lima tahun terhitung sejak Surat Tagihan Pajak dan Surat Ketetapan Pajak diterbitkan. Saat daluwarsa penagihan pajak ini perlu ditetapkan untuk memberi kepastian hukum kapan utang pajak tersebut tidak dapat ditagih lagi. Dengan demikian petugas pajak harus melakukan tindakan penagihan pajak sebelum berakhirnya jangka waktu kadaluarsa penagihan pajak, karena kalau tidak maka tidak dapat ditagih lagi karena ketentuan hukum. Hal ini berarti apabila setelah lewat waktu lima tahun sejak pajak terutang, Wajib Pajak belum membayar lunas utang pajaknya dan fiskus tidak melakukan tindakan penagihan pajak maka secara hukum utang pajak tersebut telah berakhir dengan sendirinya. Walaupun demikian undang – undang pajak juga mengatur adanya pengecualian terhadap jangka waktu kadaluwarsa penagihan pajak dalam keadaan tertentu. Pada ayat 2 dijelaskan bahwa daluwarsa penagihan pajak dapat melampaui 5 lima tahun sebagaimana dimaksud pada ayat 1 apabila : a. Direktur Jenderal Pajak menerbitkan dan memberitahukan Surat Paksa kepada Penanggung Pajak yang tidak melakukan pembayaran utang pajak sampai Universitas Sumatera Utara 41 dengan tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam hal seperti itu, daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal pemberitahuan Surat Paksa tersebut. b. Wajib Pajak menyatakan pengakuan utang pajak dengan cara mengajukan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran utang pajak sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam hal seperti itu, daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal surat permohonan angsuran atau penundaan pembayaran utang pajak diterima oleh Direktur Jenderal Pajak. c. Terapat Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan yang diterbitkan terhadap Wajib Pajak karena Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dan tindak pidana lain yang dapat merugikan pendapatan Negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Dalam hal seperti itu, daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal penerbitan Surat Ketetapan Pajak tersebut.

5. Pembebasan