49
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA
A. Faktor Penyebab Timbulnya Tunggakan Pajak
Pada ajaran material dimana utang pajak timbul apabila terpenuhi keadaan, peristiwa, atau perbuatan yang memenuhi syarat dikenakan pajak sesuai dengan
masing – masing Undang – Undang Pajak tersebut. Dengan demikian, untuk melunasi utang pajak, Wajib Pajak tidak perlu menunggu terbitnya Surat
Ketetapan Pajak dari fiskus. Ketentuan dalam Undang – Undang KUP mengatur bahwa setiap Wajib Pajak
wajib membayar pajak yang terutang berdasarkan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya Surat
Ketetapan Pajak. Hal ini yang mendasari bahwa dalam pembayaran pajak, Wajib Pajak tidak perlu menunggu dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak oleh fiskus
sehingga tidak ada alasan bagi Wajib Pajak untuk membayar pajak hanya karena menganggap ia belum memiliki utang pajak. Sepanjang fakta kena pajak telah
terpenuhi sesuai dengan ketentuan Undang – Undang pajak, maka utang pajak telah timbul terhadap orang tersebut dan ia harus membayar pajak yang terutang
sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Berdasarkan Undang – Undang KUP, dalam pengenaan PPh, PPN dan
PPnBM, Direktorat Jenderal Pajak fiskus tidak berkewajiban untuk menerbitkan Surat Ketetapan Pajak atas semua Surat Pemberitahuan SPT yang disampaikan
Universitas Sumatera Utara
50
Wajib Pajak. Penerbitan suatu Surat Ketetapan Pajak hanya terbatas pada Wajib Pajak tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian SPT atau karena
ditemukannya data fiskal yang tidak dilaporkan oleh Wajib Pajak. Jumlah pajak yang terutang menurut SPT yang disampaikan oleh Wajib Pajak adalah jumlah pajak yang
terutang menurut ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan. Hal ini dimaksudkan bahwa Wajib Pajak yang telah menghitung dan membayar besarnya
pajak yang terutang secara benar berdasarkan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan, serta melaporkan dalam SPT, kepadanya tidak perlu diberikan
Surat Ketetapan Pajak ataupun Surat Keputusan dari administrasi perpajakan. Apabila fiskus mendapatkan bukti bahwa jumlah pajak yang terutang menurut SPT tidak
benar, fiskus menetapkan jumlah pajak terutang yang semestinya. Apabila diketahui kemudian, berdasarkan hasil pemeriksaan atau berdasarkan keterangan lain bahwa
pajak yang dihitung dan dilaporkan dalam SPT yang bersangkutan tidak benar. Misalnya :
pembebanan biaya ternyata melebihi yang sebenarnya, maka fiskus menetapkan besarnya pajak yang terutang sebagaimana mestinya menurut ketentuan peraturan
perundang – undangan perpajakan. Pada akhir tahun, untuk PPh tampak bahwa walaupun menurut ajaran material utang pajak timbul pada saat terpenuhinya
peristiwa keadaan perbuatan tertentu taatbestand, tetapi karena berkaitan dengan administrasi perpajakan yang tidak sederhana, ketentuan perpajakan Indonesia
memberikan kelonggaran dalam penentuan saat terutangnya pajak atau saat timbulnya utang pajak. Pajak terutang ini harus dibayar sesuai dengan batas waktu
jatuh tempo pembayaran pajak yang ditentukan. Selama pajak dibayar sesuai
Universitas Sumatera Utara
51
dengan ketentuan yang berlaku, utang pajak akan dihapus dan tidak ada tunggakan pajak yang perlu ditagih oleh fiskus.
Sedangkan pada ajaran formal, timbulnya utang pajak tidak melihat adanya taatbestand sebagai dasar yang menimbulkan utang pajak tetapi menggantungkan
pada adanya Surat Ketetapan Pajak. Dengan demikian utang pajak timbul pada saat dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak. Tanpa adanya Surat Ketetapan Pajak yang
dikeluarkan oleh fiskus maka tidak ada utang pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak. Misalnya contoh kasus sebagai berikut :
Wajib Pajak A memasukkan SPT Tahunan PPh tahun 2012 tepat waktu. Berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan data bahwa perhitungan dan pembayaran pajak ternyata
tidak benar. Dalam hal ini terdapat pajak kurang dibayar sebesar Rp 100.000.000. Akibatnya kepada Wajib Pajak diterbitkan SKPKB oleh fiskus pada tanggal 5
Desember 2013. Selama bulan Januari sd November 2013 Wajib Pajak A menurut ajaran formal ini belum menjadi tunggakan pajak karena SKPKB diterbitkan pada
tanggal 5 Desember 2013 dengan pajak kurang dibayar sebesar Rp 100.000.000. SKPKB diterbitkan karena perhitungan dan pembayaran pajak yang dilaporkan dalam
SPT Tahunan PPh tidak benar sehingga terdapat pajak kurang dibayar. Dalam hal ini kepada Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 per
bulan dihitung sejak berakhirnya tahun pajak sampai dengan diterbitkannya SKPKB. SKPKB diterbitkan pada tanggal 5 Desember 2013, sedangkan berakhirnya tahun
pajak 2012 adalah tanggal 31 Desember 2012. Karena itu sanksi bunga dikenakan selama 12 bulan 31 Desember 2012 sd 5 Desember 2013. Jadi jumlah pajak
terutang dalam SKPKB yang harus dibayar oleh Wajib Pajak adalah :
Universitas Sumatera Utara
52
Pokok pajak Rp 100.000.000
Sanksi bunga : 12 x 2 x Rp 100.000.000 Rp 24.000.000
Pajak terutang dalam SKPKB Rp 124.000.000
Berdasarkan contoh kasus diatas, maka setelah itu dilakukan tindakan penagihan. Tahap – tahap pelaksanaan tindakan penagihan dapat digambarkan sebagai berikut :
1
2 3
4
5 STP
SKPKB SKPKBT
SK PEMBETULAN SK KEBERATAN
PUTUSAN BANDING
SURAT TEGURAN
PENAGIHAN SEKETIKA DAN
SEKALIGUS SURAT
PAKSA
SPMP
LELANG
Universitas Sumatera Utara
53
1. Surat Teguran sebagai awal tindakan penagihan. Surat Teguran ini diterbitkan segera setelah 7 tujuh hari sejak tanggal jatuh tempo pembayaran dari
jumlah pajak yang harus dibayar yang tercantum dalam STP, SKPKB, SKPKBT, SK Pembetulan, SK Keberatan, dan Putusan Banding yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah. 2. Penagihan Seketika dan Sekaligus dilaksanakan tanpa menunggu tanggal
jatuh tempo pembayaran berdasarkan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, masa
pajak dan tahun pajak. Surat perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus diterbitkan sebelum penerbitan surat paksa.
3. Apabila jumlah utang pajak yang masih harus dibayar dalam Surat Teguran tidak dapat dilunasi atau dipenuhi oleh Penanggung Pajak setelah lewat 21
duapuluh satu hari sejak diterbitkannya Surat Teguran, maka fiskus segera menerbitkan Surat Paksa.
4. Apabila jumlah utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak setelah lewat 2 x 24 jam sejak Surat Paksa diterbitkan
kepadanya, fiskus segera menerbitkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan SPMP.
5. Dalam hal utang pajak dan biaya penagihan yang harus dibayar tidak dilunasi oleh penanggung pajak setelah lewat waktu 14 empat belas hari sejak
Universitas Sumatera Utara
54
tanggal pelaksanaan penyitaan, maka Kepala Kantor Pelayanan Pajak mengajukan permintaan penetapan tanggal dan tempat pelelangan kepada
Kepala kantor Lelang Negara setempat. Jangka waktu penagihan ini bertujuan untuk mempercepat proses penagihan sejak
dari pengeluaran Surat Teguran sampai dengan dilunasinya utang pajak. Dalam hal ini Wajib Pajak tidak saja melunasi hutangnya yang masih harus dibayar tetapi juga
harus membayar biaya penagihan yang dibebankan kepadanya. Disamping itu, tujuan lain dari jadwal waktu penagihan adalah untuk menekan pentingnya memperhatikan
ketentuan yang berlaku, menjamin kepastian hukum dan tepat waktu sehingga dapat segera mencairkan tunggakan pajak untuk meningkatkan penerimaan Negara.
B. Faktor Penyebab Tunggakan Pajak Semakin Besar