Seksi Penagihan Seksi Pemeriksaan Seksi Ekstensifikasi Timbulnya Utang Pajak Menurut Ajaran Material

27 SEKIP

6. Seksi Penagihan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan pajak, penundaan dan pengangsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan piutang pajak sesuai ketentuan yang berlaku. Tugas dan fungsinya adalah : a. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penagihan pajak, penundaan pajak dan angsuran pajak. b. Melakukan penerbitan Surat Tagihan, Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan Penyitaan. c. Melakukan penyitaan, usulan lelang dan penagihan lainnya. Di Seksi Penagihan juga terdapat Juru Sita Pajak yang telah mendapat pendidikan khusus berkaitan dengan penagihan dan penyitaan pajak. Adapun tugas Juru Sita Pajak adalah : a. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus SPPSS. b. Memberitahukan Surat Paksa. c. Melaksanakan penyitaan barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan. Juru Sita Pajak dalam melaksanakan tugasnya harus memakai pakaian Juru Sita Pajak dan memperlihatkan kartu tanda pengenal kepada Penanggung Pajak. Universitas Sumatera Utara 28

7. Seksi Pemeriksaan

Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran surat perintah pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

8. Seksi Ekstensifikasi

Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendapatan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak dalam rangka ekstensifikasi.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan pemeriksaan kepada Wajib Pajak yang telah ditetapkan ataupun diusulkan untuk dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaan bertujuan untuk menguji kepatuhan pelaksanaan kewajiban pajak dari Wajib Pajak untuk selanjutnya diterbitkan Surat Ketetapan Pajak SKP. Universitas Sumatera Utara 29

BAB III GAMBARAN DATA

A. Pengertian Istilah – Istilah dalam Penagihan

1. Pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H, adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang – undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Resmi, 2012 : 1 2. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Marihot, 2010 : 215 3. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan Biaya Penagihan Pajak. Erly, 2011 : 171 4. Penagihan Pajak menurut UU Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita. Universitas Sumatera Utara 30 5. Penagihan Seketika dan Sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh juru sita pajak kepada penanggung pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, masa pajak, dan tahun pajak. Erly, 2011 : 172 6. Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Resmi, 2012 : 19 7. Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, Objek Pajak dan atau bukan Objek Pajak, dan atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan. Resmi, 2012 : 19 8. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan. Resmi, 2012 : 21 9. Biaya Penagihan Pajak adalah biaya pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Pengumuman Lelang, Pembatalan Lelang, Jasa Penilai, dan biaya lainnya sehubungan dengan penagihan pajak. Erly, 2011 : 171 10. Juru Sita Pajak menurut UU Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2000 tetang Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa adalah pelaksana tindakan Universitas Sumatera Utara 31 penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan dan penyanderaan.

B. Dasar Penagihan Pajak

Dasar yang dipakai dalam melakukan penagihan pajak adalah Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pembetulan, Surat Ketetapan Keberatan, dan Putusan Banding. Pada dasarnya besarnya utang pajak dihitung sendiri oleh Wajib Pajak. Apabila terdapat kekeliruan atau kesalahan dalam penghitungan pajak terutang tersebut, maka Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan. Dalam hal tagihan pajak tersebut tidak dibayar pada tanggal jatuh tempo, penagihannya dapat dilakukan dengan Surat Paksa. Menurut UU Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2000 pasal 18, Dasar Penagihan Pajak adalah : a. Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar. Universitas Sumatera Utara 32 c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. d. Surat Ketetapan Pembetulan adalah adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung dan atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang – undangan perpajakan yang terdapat dalam Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang tidak benar, atau Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak. e. Surat Ketetapan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap surat ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak. f. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.

C. Pengertian Utang Pajak

Utang pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan. Marihot, 2010 : 127 Universitas Sumatera Utara 33

D. Timbulnya Utang Pajak

Utang pajak timbul jika undang – undang yang menjadi dasar untuk pengenaan dan pemungutannya telah ada, dan telah dipenuhi syarat – syarat subjektif dan syarat objektif yang ditentukan oleh undang – undang pajak secara bersamaan simultan. Syarat objektif dipenuhi apabila terdapat taatbestand keadaan yang nyata sebagaimana ditentukan dalam undang – undang pajak. Taatbestand berasal dari bahasa Jerman, yang dapat berupa : perbuatan, keadaan, atau peristiwa. Pada pajak subjektif, utang pajak timbul selain setelah terpenuhinya syarat subjektif, yaitu syarat mutlak mengenai orangnya sebagai titik pertautan utama, maka keadaan objek juga harus terpenuhi, yaitu adanya keadaan atau peristiwa atau perbuatan yang ditentukan sebagai objek pajak. Sebaliknya pada pajak objektif, walaupun telah ada syarat objektif adanya objek pajak sesuai dengan ketentuan undang – undang, maka haruslah tetap terpenuhi syarat subjektif, yaitu ada subjek pajak yang dikenakan kewajiban pajak. Marihot, 2010 : 128 Peningkatan jumlah utang pajak yang menyebabkan tunggakan pajak. Adanya tunggakan pajak sebagai akibat tidak dilunasinya utang pajak sampai tanggal jatuh tempo pembayaran sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang – undangan perpajakan.

1. Timbulnya Utang Pajak Menurut Ajaran Material

Menurut ajaran material utang pajak timbul karena adanya undang – undang pajak dan peristiwa keadaan perbuatan tertentu taatbestand, serta tidak menunggu dari tindakan pihak fiskus pemerintah. Timbulnya utang Universitas Sumatera Utara 34 pajak adalah karena bunyi undang – undang saja, tanpa diperlukan perbuatan manusia. Jadi sekalipun tidak dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak oleh fiskus asalkan terdapat suatu taatbestand sesuai dengan ketentuan dalam undang – undang pajak maka telah timbul utang pajak. Dengan demikian utang pajak timbul dengan sendirinya karena undang – undang dengan kekuatan berlaku sebatas di wilayah Negara tersebut, dan sudah menjadi utang pajak pada permulaan tahun pajak atau akhir tahun pajak, tergantung pada ketentuan dalam undang – undang pajak yang bersangkutan. Surat Ketetapan Pajak dalam ajaran material tidak menimbulkan utang pajak, tetapi hanya diperlukan untuk mentapkan besarnya utang pajak dan untuk memberitahukan besarnya utang pajak kepada Wajib Pajak. Diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak hanya formalitas semata, dimana tanpa adanya Surat Ketetapan Pajak pun utang pajak telah timbul asalkan taatbestand sudah menjadi fakta yuridis fiskal. Dengan demikian meskipun Surat Ketetapan Pajak belum diterima dan belum diketahui besarnya pajak yang terutang, sesorang yang sudah memenuhi taatbestand dianggap telah memenuhi syarat objektif dan subjektif sehingga telah memiliki utang pajak dan berkewajiban membayar pajak yang terutang tersebut. Ketentuan suatu utang pajak timbul bukan karena ketetapan fiskus melainkan karena undang – undang berguna dalam praktik pemungutan pajak. Salah satunya berkaitan dengan penagihan pajak terutang kepada Wajib Pajak yang meninggal dunia. Dalam ajaran material jika sebelum keluarnya Surat Ketetapan Pajak seorang Wajib Pajak meninggal dunia maka utang pajaknya Universitas Sumatera Utara 35 beralih kepada ahli waris. Hal ini didasari pada pengertian bahwa ahli waris secara hukum merupakan pihak yang ditentukan untuk menggantikan Wajib Pajak untuk melunasi semua kewajiban yang timbul terhadap Wajib Pajak yang telah meninggal dunia. Setiap ahli waris selain mewarisi kekayaan dari pewaris juga mendapat tanggung jawab untuk melunasi utang – utanpewaris, termasuk utang pajak yang telah timbul pada permulaan tahun pajak, sesuai dengan ketentuan undang – undang pajak. Marihot, 2010 : 129

2. Timbulnya Utang Pajak Menurut Ajaran Formal