6.3 Klasifikasi Tipe Substrat Dasar Perairan
Klasifikasi tipe substrat karang, pasir, pasir berliat, pasir berlumpur dan lumpur berpasir didasari oleh komposisi partikel yang terkandung dalam substrat
tersebut. Hasil analisis nilai hambur balik dari pantulan pertama E-1 dan komposisi kandungan lumpur di setiap tipe subatrat di Kepulauan Seribu
menunjukkan hambur balik dasar perairan dari substrat karang memiliki nilai yang paling besar diikuti hambur balik dari substrat pasir, pasir berliat, pasir
berlumpur dan lumpur berpasir Gambar 77. Hal ini menjelaskan bahwa karang memiliki ukuran partikel yang lebih besar dibandingkan partikel pasir dan
lumpur. Data yang ada menunjukkan substrat pasir memiliki komposisi kandungan lumpur yang berkisar 2,31-8,18 dan memiliki nilai hambur balik
terbesar ke dua setelah nilai hambur balik karang. Substrat pasir berlumpur yang memiliki kandungan lumpur yang berkisar antara 10,18 – 40,07 memiliki
nilai pantulan hambur balik ke tiga setelah pasir. Substat lumpur berpasir yang memiliki kandungan lumpur 80,84 memiliki nilai hambur balik dasar paling kecil,
sedangkan pasir berliat memiliki kandungan liat hampir 20 namun hanya di temukan satu stasiun menjadi sulit untuk di bahas. Gambar tentrahedron
Gambar 78 menjelaskan hubungan komposisi substrat dan hambur balik dasar perairan.
-40 -35
-30 -25
-20
-10 10
N il
a i h
am b
u r b
al ik d
asar dB
1
-4 -3
5 -3
-2 5
-2
10 20
30 40
50 60
70 80
Presentase lumpur di dalam substrat
-4 0 -3 5
-3 0 -2 5
-2 0
20 30
Gambar 77. Nilai hambur balik dasar dari tipe substrat Pasir
Karang Pasir berlumpur
Lumpur berpasir Pasir berliat
100
SAND
SAND
75 25 SILTY
CLAYEY 50
SAND SAND 50 MUDDY
SANDY CLAYED SANDY
SILT SANDY CLAY
25 75
SILT CLAYEY SILTY CLAY
SILT CLAY
100 75
50 25
100
SILT CLAY
Gambar 78. Hubungan nilai hambur balik dan tipe substrat Berdasarkan nilai hambur balik dasar perairan dari pantulan pertama E-
1 yang menggambarkan kekerasan terlihat jelas dari tipe substrat keras karang menuju tipe substrat lunak lumpur maka nilai hambur balik dasar pantulan
pertama juga semakin kecil. Nilai hambur balik dasar pantulan ke dua E-2 yang menggambarkan kekasaran memiliki kecenderungan yang demkian pula,
dimana pada tipe substrat yang kasar yaitu karang memiliki nilai hambur balik dasar lebih besar dibandingkan dari nilai hambur balik ke dua dari tipe substrat
yang halus yaitu lumpur berpasir Gambar 79. Hal ini sesuai dengan hasil dari Siwabessy 2001 menjelaskan bahwa nilai hambur balik dari dasar perairan
yang lebih keras akan lebih besar diibandingkan nilai hambur balik dari dasar perairan yang lunak. Namun demikian ukuran partikel, kekerasan dan kekasaran
bukan hal yang membatasi besar kecilnya nilai hambur balik dasar. Hasil analisis komponen utama terhadap komposisi substrat dan nilai
hambur balik dasar perairan memperlihatkan bahwa kontribusi terhadap sumbu utama F1,F2 sebesar 78,04. Sebagian besar informasi terpusat pada sumbu
1F1 yang menjelaskan 56,09 dari ragam total. Sumbu 2 F2 menjelaskan 21, 94 dari ragam total. Komponen yang memberikan kontribusi pada sumbu 1
negatif adalah partikel karang, hambur balik pertama E-1 dan hambur balik ke Nilai hambur balik
semakin besar
dua E-2. Komponen yang memberikan kontribusi pada Sumbu 2 positif adalah liat dan negative adalah pasir. Berdasarkan Gambar 80 menunjukkan adanya
lima tipe substrat yaitu:: 1. kelompok 1 yang meliputi stasiun 7,15, 19 adalah stasiun dengan
substrat karang dan memiliki nilai hambur balik besar, 2. kelompok 2 yang meliputi stasiun 4,12,13 adalah stasiun dengan substrat
pasir namun memiliki nilai hambur balik yang lebih kecil dari kelompok 1. 3. Kelompok 3 diwakili stasiun 1,2,6,8,9,10,11,14,16,17,18 dan 20 dengan
substrat pasir berlumpur dan nilai hambur balik yang lemah. 4. Kelompokan 4 yang diwakili stasiun 3 memiliki substrat pasir berliat dan
memiliki nilai hambur balik dasar perairan lemah. 5. Kelompok 5 yang di wakili stasiun 5 memiliki substrat lumpur pasir dan
nilai pantulan lemah.
-40 -35
-30 -25
-20 5
10 15
20
H a
m b
ur ba
li k
da s
a r p
e rt
a m
a dB
-4 0 -3 5
-3 0 -2 5
-2 0 2
4 6
-70 -65
-60 -55
-50 5
10 15
20
H a
m b
ur ba
li k
da s
a r k
e dua
d B
-7 0 -6 5
-6 0 -5 5
-5 0 2
4 6
Gambar 79. Nilai hambur balik pantulan pertama atas dan nilai hambur balik pantulan ke dua bawah
Karang Pasir
Pasir berlumpur
Lumpur berpasir
Pasir berliat
Pasir Liat
Lumpur Karang
E-1 E-2
-1.0 -0.5
0.0 0.5
1.0 F 1 : 56.09
-1.0 -0.5
0.0 0.5
1.0
F 2 : 21.94
1 2
3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 13
14 15
16 17
18 19
20
-6 -5
-4 -3
-2 -1
1 2
3 4
F 1: 56.09 -4
-3 -2
-1 1
2 3
4 5
F 2: 21.94
Gambar 80. Analisis komponen utama tipe substrat Bila komposisi substrat dilanjutkan dengan analisis kelompok maka dapat
dilihat pada dendrogram grab pada indek ketidakmiripan 20 Gambar 80 menunjukkan ada empat kelompok yaitu kelompok karang Stasiun 7, 15, 19,
kelompok lumpur berpasir Stasiun 5 dan pasir berliat Stasiun 3 dan kelompok pasir berlumpur. Namun untuk kelompok pasir berlumpur Stasiun
1,2,6,8,9,10,11,14,16,17,18 dan 20 terlihat didalamnya ada sub kelompok pasir Stasiun 4,12,13. Ini menunjukkan antara stasiun-stasiun yang termasuk
kelompok pasir berlumpur dan stasiun-stasiun kelompok berpasir memiliki komposisi partikel pasir yang tidak jauh berbeda banyaknya.
Bila dijelaskan berdasarkan tetrahedro tekstur, maka kelompok pasir memiliki komposisi partikel pasir lebih banyak dari pada partikel substrat lainnya,
pasir berlumpur adalah substrat dengan komposisi terbanyak pasir namun ada sedikit campuran lumpur. Substrat pasir berliat adalah substrat dengan
komposisi partikel pasir dengan sedikit partikel liat dan substrat lumpur berpasir memiliki komposisi partikel lumpur lebih dominan dengan sedikit pasir.
Hasil dendrogram hidroakustik pada index ketidakmiripan 75 Gambar 81 terlihat bahwa kelompok karang Stasiun 7,15,19 dan pasir Stasiun 4,12,
13 memiliki kelompok sendiri, artinya bahwa hambur balik hidroakustik dari karang berbeda dengan nilai hambur balik hidroakustik dari pasir. Namun untuk
kelompok pasir berlumpur Stasiun1,2,6,8,9,10,11,14,16,17,18 dan 20, pasir berliat stasiun 3 dan lumpur berpasir stasiun 5 menunjukkan nilai hambur balik
hidroakustik dari tiga tipe substrat tersebut relatif sama.
Kel-1
Kel-2 Kel-3
Kel-4 Kel-5
107
19 15
7 5
3 17
9 11
8 16
10 6
13 4
12 14
2 18
20 1
Stasiun grab 35
70
Indek Ketidakmiripan
Gambar 81. Dendrogram grab
Keterangan: karang
Lumpur berpasir Pasir berlumpur
berpasir Pasir
berliat
5
100
20 Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III Kelompok IV
4.1 4.3 4.4
4.2
108
15 19
7 13
12 4
6 10
18 8
5 3
11 17
16 2
20 14
9 1
Stasiun hidroakustik 0.0
3.5 7.0
Indek Ketidakmiripan
Gambar 82. Dendrogram hidroakustik
Keterangan: karang
Lumpur berpasir Pasir berlumpur
berpasir Pasir
berliat
Kelompok I Kelompok II
50 100
1.
1
1.2
2.2 2.3
2.4 2.5 2.6
2.1
75
Hal ini menjelaskan bahwa nilai hambur balik dipengaruhi oleh ukuran partikel. Selain ukuran partikel, nilai hambur balik dasarsubstrat kemungkinan
juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti porositas ataupun kandungan zat organik dan biota yang berada di dalam substrat. Namun dalam penelitian ini
porositas, zat organik dan biota yang ada di dalam substrat tidak dibahas. Hasil klasifikasi dari nilai hambur balik pertama E-1 ini dapat dipakai
untuk menduga tipe substrat di perairan Laut Jawa dan perairan Belitung. Hasil dugaan tipe substrat di perairan Laut Jawa yang memiliki nilai hambur balik
berkisar -35,91 hingga -38,57 dB dengan rata-rata hambur balik -37,10 dB ditemukan didominasi oleh lumpur dan sedikit ada lumpur berpasir Gambar 83.
109° 110°
111° Bujur
-7.5° -6.5°
-5.5°
Li nt
an g
Kep. Karimunjawa
Semarang
Tipe substrat
lumpur lumpur berpasir
Gambar 83. Klasifikasi substrat di Laut Jawa 2005
Klasifikasi dasar perairan di perairan Belitung berdasarkan nilai hambur balik dasar perairan dapat diduga memiliki berbagai tipe substrat. Bila dirinci maka
ditemukan Gambar 84 : 1 Sepanjang lintasan survei dari semarang menuju perairan Belitung diduga
merupakan lumpur, lumpur berpasir, pasir. 2 Di sekitar selat Belitung di duga adalah lumpur dan lumpur berpasir untuk
bagian utara Selat Belitung dan di bagian selatan diduga terdapat karang, pasir hingga pasir berlumpur.
3 di sebelah timur pantai Sumatera Selatan diduga di dominasi oleh lumpur berpasir hingga lumpur, namun ada beberapa lokasi berkarang dan berpasir.
106° 107°
108° 109°
110°
Bujur
-6° -5°
-4° -3°
-2°
Lint a
n g
Laut Jawa
Kep. Karimunjawa
Bangka P. Lepar
P. Liat Belitung
Pangkalpinang Tanjungpandan
J A K A R T A
Tipe substrat
Karang Pasir
Pasir berliat Pasir
berlumpur lumpur berpasir
lumpur
Gambar 84. Klasifikasi substrat di perairan Belitung
1 2
3
6.4 Estmasi Stok Ikan Demersal Secara Hidroakustik