Perikanan Demersal Secara Umum

Klasifikasi campuran sedimen dapat dilakukan berdasarkan komposisi partikel di dalam sedimen itu sendiri. Komposisi partikel sedimen dapat dipetakan didalam tetrahedron yang di gambarkan dalam bentuk segitiga Gambar 2 untuk mendapatkan campuran yang pas dari komposisi yang ada. 100 SAND SAND 75 25 SILTY CLAYEY 50 SAND SAND 50 MUDDY SANDY CLAYED SANDY SILT SANDY CLAY 25 75 SILT CLAYEY SILTY CLAY SILT CLAY 100 75 50 25 100 SILT CLAY Gambar 2. Aplikasi tetrahedron untuk klasifkasi tekstur Krumbein and Sloss, 1951, dimodifikasi

2.2 Perikanan Demersal Secara Umum

Sumberdaya ikan demersal adalah jenis-jenis ikan yang hidup di dasar atau dekat perairan dengan ciri utama adalah : memiliki aktifitas yang relatif rendah, gerak ruaya yang tidak jauh dan membentuk gerombolan yang tidak terlalu besar, sehingga penyebarannya relatif lebih merata dibandingkan dengan ikan pelagis Aoyama, 1973 dalam Badrudin et al, 1998. Akibat aktifitas yang rendah dan gerak ruaya yang tidak jauh, maka daya tahan ikan demersal terhadap tekanan penangkapan relatif rendah sehingga apabila intensitas penangkapan ditingkatkan dua kali upamanya, maka mortalitas penangkapan fishing mortality akan meningkat dua kali pula. Salah satu contoh ikan cod, ikan haddock di laut utara Norway mengalami penurunan jumlah dalam kondisi kritis akibat bertambahnya armada kapal Wigan, 1998. Ikan demersal dibedakan menjadi dua tipe, yaitu 1 round fish misalnya cod, haddock, hake dan 2 flat fish yang beradaptasi lebih luas dengan kehidupannya di atas dasar laut, misalnya plaice, sole dan halibut. Ikan yang hidup berdekatan dengan dasar akan beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya, memiliki modifikasi struktur dimana badan mereka terpipihkan dan kedua matanya bergeser ke satu sisi dari kepalanya. Ikan plaice Pleuronectes platessa adalah contoh ikan yang telah mengalami modifikasi dalam beberapa hal seperti cara berbaring di atas dasar dengan sisi kanannya di sebelah atas, warnanya yang menyesuaikan sehingga sama persis dengan lingkungan, perilaku gerakan sirip-siripnya dan sebagainya. Contoh lain adalah ikan pari dimana pemipihan terjadi pada arah yang berlawanan, dan badannya lebih simetris. Ikan-ikan utama yang termasuk ke dalam kelompok ikan demersal dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu ikan demersal besar dan ikan demersal kecil. Dua kelompok tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Namun dilihat dari nilai ekonomisnya, ikan demersal yang memiliki nilai ekonomis tinggi yaitu ikan kakap merah, kerapu, pari, bawal putih, bawal hitam. Tabel 2. Ikan-ikan utama yang termasuk kelompok ikan demersal No. Sub kelompok Nama Indonesia Nama Inggris Nama Ilmiah Barramundi, Lutjanus malabaricus L.. sanguineus Kakap merah Giant sea perch L.. johni Kerapu Groupers Epinephelus spp. Manyung Sea catfishes Arius spp. Polynemus spp. Senangin Thread fins Eleutheroneme tetradactylum Pari Rays Trigonidae Remang Murrays Muraenesex spp. Bawal putih Silver pomfret Pampus argenteus Bawal hitam Black pomfret Formio niger Tiga waja Drums Scianidae Ketang-ketang Spotted Sickelfish Drepane punctata Gulamah Croackers Scianidae 1 Demersal Besar Layur Hairtails, cutlass fishes Trichiurus spp. Pepetek Pony fishes, slip mounts Leiognathidae Kuniran Goatfish Upeneus sulphureus Beloso Lizard fishes Saurida spp. Kurisi Treadfin breams Nemipterus spp. Gerot-gerot Grunters, sweetlips Pomadasys spp. 2 Demersal Kecil Sebelah Indian halibuts Psettodidae Sumber : Boer, et al 2001 Produksi ikan di Indonesia tahun 2002 menunjukkan hasil yang tinggi dimana Ikan pelagis kecil 1.546,33 x 10 3 ton 46, diikuti ikan demersal 1.085,36 x 10 3 ,ton 32 dan ikan pelagis besar 737,18 x 10 3 ton 22 Gambar 3. Gambar 3. Produksi sumberdaya ikan demersal di perairan Indonesia Daerah penangkapan ikan demersal di Indonesia cukup luas, antara lain meliputi hampir seluruh perairan Paparan Sunda yaitu Selat Malaka, Laut Cina Selatan dan Laut Jawa. Juga di Paparan Sahul yang mencakup Laut Arafura yaitu sekitar Dolak, Tembaga Pura, Kepulauan Aru dan Tanimbar. Selain itu di perairan pantai barat Sumatera mulai dari Aceh Barat, pantai selatan Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, pantai timur Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Kesemuanya merupakan daerah penangkapan yang mempunyai prospek cukup baik untuk dikembangkan. Secara umum dapat dikatakan bahwa hampir semua perairan sampai dengan kedalaman 100 meter dengan permukaan dasar relatif rata, jenis substrat lumpur dan lumpur berpasir serta sedikit berkarang merupakan daerah penyebaran yang potensi untuk penangkapan ikan demersal, namun menurut Ridho et al 2002 informasi mengenai distribusi ikan demersal yang dikumpulkan dan dianalisis baru terbatas pada sebagian perairan Paparan Sunda, yaitu Laut Jawa dan perairan Laut Cina Selatan. Boer et al 2001 telah melakukan pendataan pada 8 wilayah pengelolaan untuk mengetahui potensi, pemanfaatan dan peluang pengembangan sumberdaya ikan laut di perairan Indonesia. Potensi dan pemanfaatan sumberdaya ikan demersal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Produksi ikan x 10 3 ton 737.18 1546.33 1085.36 Ikan pelagis besar Ikan pelagis kecil Ikan demersal Tabel 3. Potensi, produksi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan demersal, tahun 2000 Sumber : Boer, et al. 2001 Ridho et al 2001 telah melakukan penelitian mengenai distribusi Biomassa Sumberdaya Ikan Demersal di Perairan Pantai Bengkulu dengan metode swept area menunjukkan bahwa total biomassa ikan demersal di setiap stasiun berkisar 50,8 – 2.336,8 kgkm 2 . Rhido et al 2002 juga melakukan penelitian dengan judul Distribusi Biomassa Sumberdaya Ikan Demersal di perairan Laut Cina Selatan, dengan metode swept area juga menunjukkan biomassa ikan demersal sebesar 214,86 – 1009,46 kgkm 2 pada 19 stasiun.

2.3 Perikanan Demersal di Laut Jawa dan Sekitarnya