Perairan Laut Jawa Hubungan antara Faktor Abiotik dan Komunitas Ikan Demersal

109° 110° 111° Bujur -7.5° -6.5° -5.5° Lintang Kep. Karimunjawa Semarang Gambar 89. Hubungan antara subtrat lumpur dan berat sapuan Saurida longimanus beloso 6.7 Penyebaran Ikan Demersal Berdasarkan Selang Kelas Kedalaman Berdasarkan analisis selang kelas kedalaman, maka setiap lokasi dilakukan pembahasan secara terpisah sebagai berikut :

6.7.1 Perairan Laut Jawa

Berdasarkan data hasil deteksi hidroakustik di perairan Laut Jawa pada Musim Peralihan II 2002 menunjukkan n ilai target strength ikan demersal ditemukan kecil di perairan dangkal dan dengan bertambahnya kedalaman perairan nilai rata-rata target strength bertambah besar. Ini menjelaskan bahwa di Laut Jawa memiliki ikan-ikan demersal berukuran kecil menjadi penghuni di perairan dangkal dan ikan-ikan demersal besar menjadi penghuni perairan lebih dalam. Nilai rata-rata densitas ikan demersal secara keseluruhan tidak berbeda, namun ada kenaikan dua kali lipat nilai densitas pada selang kedalaman 29,60 - 36,50 m dibandingkan kedalaman lainnya. Ini menjelaskan bahwa ikan-ikan kecil menyukai daerah dangkal sebagai tempat hidupnya Badrudin, 2004. Hasil sapuan trawl juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang menyolok antar selang kelas kedalaman. Pada perairan dangkal 29,50 m memiliki nilai densitas yang tinggi dibandingkan selang kelas kedalaman lainnya. Ini menunjukkan bahwa ikan-ikan tunggal maupun kelompok ikan di Laut Jawa pada Musim Peralihan II menyukai daerah dangkal. Hal ini dikuatkan dengan hasil analisis terhadap spesies dominan dimana di Perairan Laut Jawa yang didominas oleh ikan pepetek Leiognathus splendens dan ikan kurisi Nemipterus hexodon yang termasuk ikan demersal kecil yang memiliki sifat suka bergerombol Nontji, 1993. Hasil survei di perairan Laut Jawa pada Musim Barat 2005 menunjukkan nilai rata-rata target strength ikan demersal pada kedalaman kurang dari 50,50 m tidak menunjukkan ukuran yang berbeda, hal ini menunjukkan bahwa ikan-ikan yang ada pada perairan kurang dari 50,50 m merupakan populasi yang sama. Namun pada selang kelas kedalaman lebih dari 50,50 m menunjukkan ikan demersal di perairan lebih besar dibandingkan perairan dengan kedalaman kurang dari 50,50 m, Pada perairan dengan kedalaman lebih dari 50,50 m memiliki ikan tunggal yang lebih besar berukuran dua kali lipat dari ikan-ikan tunggal pada kedalaman kurang dari 50,50 m. Badrudin 2004 menjelaskan ikan-ikan kecil menyukai daerah dangkal, dan semakin dalam perairan jumlah ikan akan berkurang. Atmadja et al 2003 menjelaskan ikan-ikan besar banyak ditemukan di perairan dalam. Rata-rata densitas ikan hasil deteksi hidroakustik menunjukkan densitas rata-rata berkisar 1,12 hingga 3,20 gm 3 . Densitas tertinggi pada selang kelas kedalaman perairan 29,60 – 36,50 m yaitu mencapai 3,20 gm 3 , diikuti selang kelas kedalaman 43,60-50,50 m sebesar 2,29 gm 3 , pada selang kelas kedalaman lainnya memiliki rata-rata nilai densitas lebih dari 1,00 gm 3 . Hasil sapuan trawl pada setiap selang kelas kedalamannya menunjukkan nilai kisaran rata-rata densitas antara 0,41 – 8,71 gm 3 . Hasil sapuan trawl pada selang kelas kedalaman 36,60 -50,50 m yang memiliki densitas tertinggi yaitu 8,71 gm 3 . diikuti selang kelas kedalaman 43,60-50,50 m sebanyak 5,84 gm 3 . Selang kelas kedalalaman yang lainnya memiliki densitas rata-rata 1,09 dan 0,41 gm 3 . Perbedaan nilai rata-rata densitas hasil integrasi hidroakustik dan sapuan trawl pada selang kelas kedalaman perairan yang berbeda belum dapat dijelaskan dengan pasti, namun kemungkinan disebabkan jeda waktu antara pengoperasian alat hidroakustik dan trawl. Pepetek merupakan spesies dominan di seluruh perairan. Pada perairan dengan kedalaman antara 43,50 – 50,50 m ditemukan ikan kuniran Upeneus sulphureus dan kurisi Nemipterus japonicus yang banyak menghuni. Tabel 19 menunjukkan hasil deteksi hidroakustik dan sapuan trawl di setiap selang kelas kedalaman substrat di Laut Jawa tahun 2002 dan 2005.

6.7.2 Perairan Belitung