dominan di seluruh perairan. Pada perairan dengan kedalaman antara 43,50 – 50,50 m ditemukan ikan kuniran Upeneus sulphureus dan kurisi Nemipterus
japonicus yang banyak menghuni. Tabel 19 menunjukkan hasil deteksi hidroakustik dan sapuan trawl di setiap selang kelas kedalaman substrat di Laut
Jawa tahun 2002 dan 2005.
6.7.2 Perairan Belitung
Hasil deteksi hidroakustik di perairan Belitung pada Musim Peralihan I 2002 memiliki nilai rata-rata target strength ikan demersal pada perairan kurang
dari 29,50 m memiliki ukuran ikan demersal tunggal lebih kecil dibandingkan ikan-ikan demersal tunggal pada perairan selang kelas kedalaman 29,60 –
36,50 m. Bahkan diduga ikan-ikan tunggal pada selang kelas kedalaman 29,60 – 36,50 m lebih besar dua kali dibandingkan ikan-ikan tunggal pada selang kelas
kedalaman kurang dari 29,50 m. Densitas ikan demersal hasil integrasi hidroakustik menunjukkan nilai yang tidak berbeda, namun selang kelas
kedalaman lebih dari 43,50 m tidak ada data. Data survei di perairan Belitung pada Musim Peralihan II 2005 memiliki
ukuran ikan tunggal terbesar ditemukan di perairan dengan kedalaman lebih dari 64,60 m, kemudian disusul ikan-ikan demersal pada selang kelas kedalaman
43,60 -50,50m. Adapun perairan dengan selang kelas kedalaman lainnya umumnya berukuran kecil. Kemampuan ikan-ikan demersal berukuran besar
untuk beradaptasi pada lingkungan lebih gelap dan tekanan lebih besar, menjadikan perairan dalam sebagai habitatnya. Densitas ikan demersal hasil
integrasi hidroakustik menunjukkan di perairan dangkal kurang dari 29,50 m memiliki densitas ikan yang tinggi.
Pada lokasi perairan Belitung nilai rata-rata densitas tertinggi pada selang kelas kedalaman kurang dari 29,50 m. Densitas ikan pada selang kelas
kedalaman tersebut antara musim Peralihan I 2002 tidak jauh berbeda jika dibandingkan Musim Peralihan II 2005 yaitu 0,67 dan 0,70 gm
3
. Pada selang kelas kedalaman 29,60-36,50m musim Peralihan I 0,44 gm
3
lebih tinggi dibandingkan Musim Peralihan II 0,13 gm
3
. Ini menunjukkan lokasi yang disukai oleh ikan tunggal dengan perbedaan musim maupun waktu tidak
berubah.
120
Tabel 20. Analisis selang kelas kedalaman substrat di Laut Jawa
2002 2005
Selang Kelas
Kedalaman
−
TS
dB
ρ
gm3
ρ
trawl gm3
Spesies Dominan
−
TS
dB
ρ
gm3
ρ
trawl gm3
Spesies Dominan
29,50 -48,24 0,01 1,13
Nemipterus hexodon -42,15 1,95
1,09
Leiognathus dacorus
29,60-36,50 -45,75 0,02 0,89
Leiognathus splendens -44,46 3,20
0,41
Gaza achlamys
36,60-43,50 -46,17 0,01
0,46 Leiognathus splendens
-44,42 1,76 8,71
Leiognathus splendens 43,60-50,50 -44,39 0,01
0,39 Nemipterus japonicus
-40,26 2,29 5,84
Upeneus sulphureus dan Nemipterus japonicus
50,60-57,50 -44,93 0,01 0,28
Nemiptorus nematophorus
-39,98 1,12 -
-
57,60-64,50 -44,66 0,01 0,39
Nemipterus japonicus - -
- -
64,60-71,50 -45,82 0,01 0,00
- - -
- -
71,60-78,50 -41,43 0,00 0,36
Priacanthus tayenus 78,60 -42,34 0,01
0,00 -
Keterangan - : tidak ada data
121
Tabel 21 menunjukkan hasil deteksi hidroakustik dan sapuan trawl di setiap selang kelas kedalaman substrat di perairan Belitung tahun 2002 dan
2005. Tabel 21. Analisis selang kelas kedalaman substrat di perairan Belitung
2002 2005
Selang Kelas
Kedalaman
−
TS
dB
ρ
gm3
−
TS
dB
ρ
gm3
29,50 -56,79 0,67
-42,41 0,70
29,60-36,50 -54,33 0,44
-46,54 0,13
36,60-43,50 - -
-46,17 0,05
43,60-50,50 -
- -39,84
0,02 50,60-57,50 -
- -45,33
0,01 57,60-64,50
- -
- -
64,60-71,50 - -
-37,87 0,00
71,60-78,50 -
- -37,88
0,00 78,60
- -
- -
Keterangan - : tidak ada data 6.7.3
Perairan Kalimantan Timur
Densitas ikan demersal hasil integrasi hidroakustik tinggi pada perairan dangkal kurang dari 29,50 m yaitu 4,74 gm
3
, kemudian menurun dengan bertambahnya kedalaman perairan. Hal ini juga didukung dari hasil sapuan
trawl, dimana pada perairan kurang dari 29,50 m memiliki densitas ikan demersal yang tinggi yaitu 3,81 gm
3
. Ikan sapuan yang mendominasi sama dengan wilayah survei lainnya yaitu pepetek Leiognathus bindus maupun Leiognathus
splendens . Bila dilakukan perbandingan nilai rata-rata densitas tertinggi pada
kedalaman perairan kurang dari 29,50 m, di musim yang sama yaitu Musim Peralihan II, pada wilayah yang berbeda yaitu Laut Jawa 2002, Belitung 2005
dan Kalimantan Timur 2004 menunjukkan nilai rata-rata densitas ikan demersal tertinggi di lokasi perairan Kalimantan Timur 4,74 gm
3
disusul perairan Belitung 0,70 gm
3
dan Laut Jawa 0,01 gm
3
. Hal ini diduga akibat perbedaan kepadatan penangkapan, perairan Laut Jawa telah diketahui memiliki armada
penangkapan yang lebih banyak di bandingkan wilayah lainnya.
Tabel 22. Analisis selang kelas kedalaman substrat di perairan Kalimantan Timur
Selang Kelas Kedalaman
−
TS
dB
ρ
gm3
ρ
trawl gm3
Spesies Dominan
29,50 -49,71 4,74
3,81 Liegnathus bindus
29,60-36,50 -50,23 0,09
2,74 Liegnathus splendens
36,60-43,50 -51,72 0,07
- -
43,60-50,50 -49,18 0,04
- -
50,60-57,50 -47,31 0,04
- -
57,60-64,50 -49,38 0,06
- -
64,60-71,50 -46,52 0,04
- -
71,60-78,50 -45,97 0,01
- -
78,60 -40,10 0,03
- -
Keterangan - : tidak ada data
7. KESIMPULAN DAN SARAN