6.5 Estimasi Stok Ikan Demersal Hasil Sapuan Trawl
Hasil sapuan trawl tertinggi ditemukan di Perairan Laut Jawa pada stasiun 5 Musim Peralihan II - 2002, stasiun 9 Musim Barat – 2005 dan
Stasiun 14 di Perairan Kalimantan Timur pada Musim Peralihan II 2004. Stasiun-stasiun ini memiliki kedalaman perairan yang dangkal yaitu antara 24 -
40 m. Engas and Ona 1990 menyatakan bahwa pada perairan yang dangkal, ikan akan lebih terkonsentasi dekat dasar perairan, sehingga dengan
pengoperasian trawl dasar memberikan hasil yang memuaskan. Hasil sapuan ikan demersal di Perairan laut Jawa 2002, 2005 dan
Perairan Kalimantan Timur 2004 saat penelitian dilakukan, dibandingkan dengan hasil sapuan dengan menggunakan trawl pada tahun 1975-1979 sebelum trawl
dihapuskan memberikan informasi yang sama yaitu hasil sapuan didominasi dengan ikan demersal kecil yaitu ikan pepetek Rijal dan Sumiono, 1989.
Jumlah famili yang tertangkap pada survei 1978 dibandingkan dengan survei 2002, 2004, 2005 memiliki jumlah famili yang berbeda. Jumlah famili pada
perairan Laut Jawa 2002 berjumlah lebih banyak yaitu 39 jenis, tahun 2005 berjumlah 46 famili dan perairan Kalimantan Timur terdapat 31 famili sedangkan
pada tahun 1978 hanyak 27 famili. Perbedaan ini diduga disebabkan ada dominasi dari spesies tertentu sehingga ada spesies lain yang menghilang, hal
yang lain yang diduga menjadi penyebab perbedaan jumlah famili adalah kemampuan pengoperasian dari alat tangkap secara optimal.
Perbandingan panjang total ikan untuk spesies yang sama pada bulan 2002, 2004, 2005 dan 1978 memperlihatkan kecenderungan menurun Tabel
19. Perubahan ukuran panjang ini belum dapat diketahui pasti. Menurut Atmadja et al 2003 fenomena ini masih memerlukan penelitian seksama namun
kemungkinan disebabkan oleh adanya alat tangkap yang kurang selektif. Sumiono et al 2003 menemukan hal yang sama dimana ikan biji nangka
Upenus sulphureus, ikan mata besar Priacanthus tayenus dan pepetek Leiognathus bindus di perairan barat Kalimantan pada survei tahun 1989 dan
2001 mengalami panjang total yang semakin menurun. Jika diasumsikan bahwa contoh ikan yang diukur adalah proposonal dengan ikan yang ada di alam, maka
fenomena tersebut merupakan indikasi tekanan penangkapan yang lebih tinggi pada tahun 2001 jika dibandingkan tahun 1989.
Tabel 19. Perbandingan panjang ikan hasil sapuan
Panjang Ikan cm No. Spesies
L. Jawa 2002
Kaltim 2004
L. Jawa 2005
Survei 1978
1. Pentaprion longimanus
9,09 - 7,91 10,65
2. Leiognathus splendens
10,24 8.75 7,95 6,41
Hasil sapuan dari spesies pepetek Leiognathus splendens yang tinggi,
tidak diikuti dengan frekuensi kemunculan yang tinggi di seluruh lokasi sapuan di tiga wilayah survei. Hal ini diduga spesies ini mempunyai sifat membentuk
gerombolan yang cukup besar pada kolom perairan dan daerah tertentu, dan saat dilakukan pengoperasian trawl, gerombolan tersebut tepat masuk kedalam
mulut trawl. Hal ini seperti diungkapkan oleh Nontji 1997 bahwa spesies Leiognathus splendens banyak ditemukan di Indonesia bagian barat, hidup di
perairan dangkal dan biasanya membentuk gerombolan yang besar. Adapun ciri-ciri ikan ini adalah bentuk tubuhnya pipih, kecil dan panjang kurang dari 15
cm. Munculnya beberapa spesies yang sering di stasiun-stasiun survei sering
kali tidak diikuti dengan hasil sapuan yang besar untuk setiap spesies tersebut. Hal ini dijelaskan oleh Sumiono et al. 2002 dimana ikan demersal di pantai
utara Jawa Tengah tidak menunjukkan kecenderungan untuk bergerombol secara musiman.
Berdasarkan selang kelas kedalaman, rata-rata hasil sapuan tertinggi terdapat pada selang kedalaman 2 yaitu antara 29,60 – 37,50 m Musim
Peralihan II Laut Jawa 2002, selang kelas kedalaman 3 pada kedalaman 37,60 – 43,50 m Musim Barat Laut Jawa 2005 dan selang kelas kedalaman 1 dengan
kedalaman kurang dari 29,50 m perairan Kalimanatan Timur 2004 ini menunjukkan bahwa ikan demersal menyukai perairan dangkal. Atmadja et al.
2003 menyatakan bahwa rata-rata laju penangkapan tinggi pada kedalaman 31-40 m untuk survei di utara Jawa Timur 2002, sedangkan survei 1975-1979
ikan terkonsentarasi pada kedalaman 30 m.
6.6 Hubungan antara Faktor Abiotik dan Komunitas Ikan Demersal